Meluaskan jangkauan pasar hingga Negeri Panda (3)



Pantang menyerah dan selalu belajar dari pengalaman menjadi kunci sukses Frans S. Pekasa dalam membangun usaha mebel hingga mampu mendatangkan omzet puluhan miliar per tahun. Berbekal keyakinan dan semangat pantang menyerah itu pula, dia berhasil melewati dua kali kegagalan hingga akhirnya bangkit lagi dari keterpurukan.

Frans mengaku selalu mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa pahit yang dialaminya ketika berbisnis. "Dari sana saya belajar lebih maju lagi," ujarnya.

Menurut Frans, jika ingin sukses, jangan cepat menyerah ketika dihadapkan pada masalah. Sekalipun masalah yang dihadapi sangat berat. Masalah yang pernah dihadapi Frans bukan terbilang masalah ringan. Ia pernah ditipu rekan kerjanya yang juga teman SMA dengan membawa kabur uang perusahaan tanpa sisa.


Saat itu, ia tak memiliki apa-apa lagi selain utang. Namun, ia tak patah arang. Di tengah keterpurukan itu ia tetap berusaha bangkit.  Dengan bantuan teknologi  internet, ia terus berusaha menjual produk furniturnya ke seluruh dunia. "Saya rajin melakukan pemasaran dari internet dan mengelola website, sehingga membuat saya seperti sekarang," katanya.

Semua upayanya itu tidak sia-sia. Sampai saat ini, ia sudah bisa mengekspor furnitur jati ke 45 negara dan membuka tiga toko di Tiongkok. Frans bilang, untuk saat ini tidak banyak kendala yang dia hadapi dalam menjalankan bisnisnya.

Itu juga yang membuat dia makin gencar mengembangkan bisnis. Ke depan, ia berencana untuk membuka dua toko lagi di China. Menurutnya, pangsa pasar di Negeri Panda itu masih sangat besar jika dikelola dengan baik.

Frans sendiri mengaku tidak tertarik merambah bisnis di sektor lain. Ia tetap akan fokus mengembangkan bisnis furnitur yang sedang dilakoninya. Apalagi dari pengalaman sebelumnya ia pernah gagal ketika merambah bisnis properti dan batubara.

Untuk membesarkan bisnis furnitur, ia fokus memproduksi furnitur luar ruangan, khususnya kayu jati. Frans sudah meninggalkan furnitur rotan karena bahan bakunya semakin sulit didapatkan.

Frans mengaku, tidak menyiapkan strategi khusus untuk mengembangkan usahanya yang bernaung di bawah PT Gading Dampar Kencana ini. Sebab, menurutnya, regulasi yang dikeluarkan pemerintah bisa berubah kapan saja. "Kalau regulasi berubah, strategi yang sudah disiapkan tidak akan ada gunanya," ujarnya.

Salah satu regulasi yang dikhawatirkan dapat menghambat industri furnitur dalam negeri adalah rencana pemerintah membuka keran ekspor kayu log atau kayu bulat. Menurut Frans, jika ekspor kayu log dibuka, otomatis industri furnitur dalam negeri akan kesulitan bahan baku. Pasalnya, banyak orang lebih memilih mengekspor kayu log karena harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga di pasar domestik.

"Padahal, industri yang kuat adalah industri yang memiliki jaminan pasokan bahan baku dalam jangka panjang," tuturnya. Ia berharap, regulasi yang dikeluarkan pemerintah tidak merugikan industri furnitur lokal.                       n(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini