KONTAN.CO.ID -BANGLI. Perkembangan digitalisasi memberikan buah manis terhadap penjualan kopi Luwak asal Bali, Meluwes Coffee. Dengan mengikuti perkembangan digitalisasi yang pesat, produsen mutiara hitam asal Bangli ini merasa dipermudah baik dalam sisi memasarkan produk maupun menjual produknya secara daring. Produsen Meluwes Coffee generasi ketiga Raka Santhi Harmini berkisah, ia merintis Meluwes Coffee pada tahun 2006. Saat awal mengembangkan kopi luwak ini, teknologi terutama internet di Indonesia belum secanggih sekarang. Sehingga, dirinya harus bekerja ekstra dalam melakukan promosi. "Kami harus benar-benar berinvestasi di promosi dan marketing. Kami berkunjung langsung ke daerah-daerah kunjungan wisatawan mancanegara dan memberikan contoh kopi gratis," terang Santhi saat ditemui KONTAN di kediamannya, belum lama ini.
Nah, setelah perkembangan digitalisasi makin pesat, Meluwes Coffee mengambil kesempatan untuk terjun di dalamnya. Kini, kegiatan promosi yang awalnya harus dilakukan secara door-to-door, bisa dilakukan lewat daring. Bahkan, Produsen Meluwes Coffee generasi keempat I Nyoman Rama Sastrawan Chandra tak ragu mengatakan, dirinya bisa menghemat biaya promosi. Rama memanfaatkan perkembangan media sosial untuk memasarkan produknya. Bahkan, dirinya kemudian membuat situs web Meluwes Coffee yang bisa diakses oleh masyarakat umum, serta bisa bertemu dengan calon pembeli dari manapun hanya via panggila video di aplikasi yang tersedia. Selain memanfatkan teknologi untuk memperkenalkan produknya, Meluwes Coffee juga menggunakan teknologi untuk menjual produk, yaitu lewat marketplace. Ia mengaku, langkah ini kemudian mendorong peningkatan pendapatan Meluwes Coffee hingga 25%. “Dengan adanya digitalisasi yang menyebabkan bisa menekan biaya promosi dan jangkauan yang makin luas, maka kenaikan omzet sudah pasti ada. Omzet kami meningkat sekitar 20% hingga 25%,” terang Rama. Rama melanjutkan, perkembangan Meluwes Coffee hingga saat ini juga tak lepas dari pembinaan Telkom Indonesia. Sejak bergabung menjadi UMKM binaan Telkom pada tahun 2019, ia mengaku telah diberi dukungan seperti pembinaan, edukasi terkait digitalisasi dan sistem pembayaran, fasilitas, dan bahkan platform marketplace untuk menjual produk yaitu Padi UMKM. Dengan dukungan tersebut, Meluwes Coffee mendapat kesempatan untuk menjangkau pasar yang lebih luas lagi. Santhi menambahkan, Telkom juga memberikan dukungan pendanaan bagi dirinya. Terlebih pada saat pandemi Covid-19 pada tahun 2020 memukul perekonomian Indonesia, tak terkecuali Meluwes Coffee. Saat pandemi, Shanti tak mendapatkan pendapatan sama sekali, dan bahkan harus menguras tabungannya untuk biaya hidup sehari-hari, memperhatikan karyawannya, dan menjaga luwak miliknya.
Namun, seiring pandemi Covid-19 yang membaik dan kondisi perekonomian kembali menggeliat, pun Meluwes Coffee mencoba untuk kembali menjajakan mutiara hitam. Di sinilah ada peran Telkom untuk menyemangati Meluwes Coffee untuk kembali berdiri tegak. “Kami dibantu untuk bangkit lagi, karena setelah pandemi kami diberi pembekalan dan pelatihan lagi terkait strategi bisnis. Ibaratnya, kami dicarikan jalan,” terang Santhi. Ke depan, Rama dan Santhi berharap penjualan Meluwes Coffee bisa membaik, seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian Indonesia setelah Covid-19, pemanfaatan digitalisasi, dan dukungan Telkom. Mereka optimistis mampu menemukan jalan baru untuk bisa melebarkan sayap Meluwes. Dan asal tahu saja, pembeli Meluwes Coffee tidak hanya masyarakat di sekitar Bali, wisatawan domestik, dan wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia saja. Meluwes Coffee juga telah mengekspor produknya ke berbagai negara di dunia seperti negara-negara Asia Tenggara, Polandia, Ukraina, Turki, Spanyol, Amerika Serikat (AS), Jepang, Taiwan, dan Belanda. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini