JAKARTA. Melakukan kegiatan di alam bebas (outdoor) mungkin tengah menjadi tren bagi sejumlah kalangan. Lihat saja, hampir di setiap akhir pekan banyak masyarakat memadati jalur pendakian seperti Gunung Gede dan Pangrango di Jawa Barat hingga Gunung Semeru yang terletak di wilayah Jawa Timur. Lantaran banyak yang ingin mendaki, sejumlah pengelola seperti Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) pun memberlakukan sistem kuota pengunjung sekitar 600-1500 orang per minggu. Dimana upaya pembatasan ini sendiri dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kebersihan gunung serta faktor keamanan pendaki. Selain mendaki Gunung, kegiatan outdoor yang juga tengah naik daun di kalangan masyarakat adalah olahraga arus deras atau arung jeram (rafting). Asal tahu saja, olahraga yang biasa dilakukan dengan perahu karet atau kayak itu mulai populer setelah sejumlah kelompok pemuda lokal melakukan pengarungan sungai berarus deras di Amerika Serikat pada awal abad 20.
Di Indonesia, arung jeram sendiri berkembang semenjak organisasi penggiat alam bebas yakni Wanadri melakukan ekspedisi pengarungan sungai di sejumlah wilayah di tahun 1970-an. Arung jeram pun semakin dikenal paska organisasi asal Bandung Jawa Barat tersebut menggelar kejuaran Citarum Rally I pada tahun 1971 dan Citarum Rally II di tahun berikutnya. Sejak itulah, olahraga arus deras atau biasa dikenal dengan Orad (whitewater sport) mulai dikenal dan ditekuni oleh sejumlah penggiat alam Indonesia. "Setahu saya, Wanadri yang mengenalkan Orad di Indonesia melalui event Citarum Rally pada medio 1970-an. Olaharaga ini pun kian berkembang dengan diadakannya sejumlah kegiatan dan perlombaan hingga sekarang," ungkap pengelola perusahaan jasa rafting dari Choker Adventure Indonesia (CAI) Ariyanto. Bak cendawan di musim hujan, sudah banyak kegiatan serta kejuaraan yang digelar untuk terus mempopulerkan Orad. Sebut saja Kejuraan Nasional Orad Piala Menpora yang diadakan di Banten pada 26-27 Oktober lalu hingga Kejuaran orad R-6 yang bakal diselenggarakan di Jambi pada 11-16 November 2013 mendatang. Disamping itu, terang Anto, berkembangnya Orad di Indonesia sendiri juga tak lepas dari peran aktif para penggiat alam dalam mempopulerkan olahraga tersebut. Diantaranya kehadiran divisi pengarungan sungai (rafting) yang dimiliki oleh organisasi pencinta alam di beberapa kampus. Disamping itu, banyaknya kegiatan ekspedisi atau penjelajahan sungai juga diyakini bisa menjadi pendongkrak ketenaran orad. Seperti halnya rencana ekspedisi sungai yang dilakukan oleh Wanadri dalam waktu dekat. Ekspedisi Sebagai informasi, pada bulan April-Mei 2014 Wanadri bakal melakukan ekspedisi pengarungan sungai di Krueng Kluet, Aceh Selatan. Rencananya, ekspedisi sendiri bakal dilakukan oleh 24 orang anggota dengan menghabiskan waktu selama 40 hari. Adapun dalam skenario operasi, tim bakal mengarungi sungai Kluet menggunakan kayak dengan jarak tempuh sekitar 50 Km. Menurut Ketua Umum Ekspedisi, Muhammad Togaf, tujuan diselenggarakannya ekspedisi tersebut dimaksudkan untuk mendongkrak kepopularitasan olahraga arus deras di kalangan masyarakat terutama pecinta olahraga alam bebas. "Selain itu, Kami juga bakal melakukan pendataan sungai, biodeveritas serta kondisi sosial masyarakat di sekitar kawasan ekspedisi. Pasalnya hingga saat ini belum ada data-data komprehensif menyoal Kluet karena sungai itu memang belum pernah dilalui," terangnya. Sebagai gambaran, untuk mencapai titik awal pengarungan tim harus mampu menembus rimbunnya hutan sekitar 6 hari. Adapun sungai yang masuk dalam kawasana Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) itu diketahui memiliki jeram-jeram dengan tingkat kesulitan (grade) di kisaran 4-6 dari batas maksimal 6 poin. Manajer operasi ekspedisi, Reva Sumeru menambahkan, untuk menyukseskan rencananya Wanadri pun bakal melakukan simulasi latihan di beberapa sungai. Rencananya, dalam waktu dekat tim akan mengarungi sungai Progo yang terletak di Jawa Tengah. Kendati memiliki bentang alam yang berbeda, cetus Reva, grade yang bakal dihadapi di Sungai Progo diyakini bisa meningkatkan kemampuan pengarung sebelum menyusuri jeram di Sungai Kluet. Dengan begitu pengarung pun bisa menyesuaikan diri sewaktu melintasi sungai Kluet yang diketahui memiliki grade yang ganas. "Sungai Progo dikenal memiliki grade yang tinggi dan sulit dilalui. Dengan berlatih disana, saya yakin kemampuan mengarung anggota tim juga bakal meningkat," ungkap pemuda yang masih berusia 17 tahun itu. Bisnis operator Selain sebagai olahraga dan petualangan, meningkatnya popularitas Orad di Indonesia ternyata juga memberikan berkah tersendiri bagi sejumlah penggiat. Pasalnya, seiring dengan ketenaran Orad banyak masyarakat berkeinginan untuk merasakan sensasi andreline dengan mengarungi sungai-sungai berarus deras. Berangkat dari fenomena ini, sejumlah penggiat pun mulai membuka jasa penyedia pengarungan sungai sebagai usaha bisnis. Satu diantaranya paket rekreasi pengarungan sungai (rafting) yang ditawarkan oleh CAI. "Kami menyediakan paket pengarungan untuk Sungai Cikaniki di Bogor hingga Sungai Palayangan dan Cisangkuy di Bandung. Adapun biaya paketnya per orang sekitar Rp 150.000-Rp 350.000 dengan minimal peserta 10 pengarung," ujarnya. Anto menerangkan, dalam paket yang ditawarkanya tersebut sudah meliputi sejumlah fasilitas seperti makan siang, snack hingga layanan kapten perahu dan asuransi. Walaupun bersifat bisnis, katanya, aspek keselamatan dan keamanan peserta merupakan faktor utama yang harus diprioritaskan oleh perusahaan operator. Ini dimaksudkan untuk meminimalisir jatuh korban sewaktu melakukan pengarungan sungai.
Kendati terkesan menyenangkan, tegas Anto, Orad atau kegiatan arung jeram bisa membawa petaka jika tidak dilakukan dan diawasi oleh orang yang tidak ahli. Oleh karenanya, CAI selalu memakai prosedur standar keselamatan tertinggi atau river running system sewaktu pengarungan. "Kalau ada korban sewaktu pengarungan, Kami juga yang rugi. Pasalnya popularitas Orad di masyarakat akan menurun dan kami kehilangan klien," katanya. Anto mengatakan, dalam 1 bulan pihaknya menerima pengunjung sekitar 600 orang. Selain jasa pengarungan, tambahnya, CAI juga menyediakan jasa penyewaan perahu karet berbahan PVC dengan kapasitas pengarung mulai dari 4 hingga 12 orang. Adapun biaya sewa per perahu dimulai dari Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Dari usahanya ini, Anto mengaku bisa mendapatkan omset hingga puluhan juta rupiah per bulan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan