Memahami Smart Contract, Teknologi Masa Depan untuk Transparansi Aset



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Aset kripto seperti Bitcoin yang menggunakan teknologi blockchain saat ini sedang booming. Namun, tahukah Anda bahwa teknologi smart contract juga merupakan salah satu pengaplikasian teknologi blockchain yang menjadi backbone dari aset kripto? 

Smart contract atau yang sering disebut dengan kontrak pintar adalah protokol eksekusi digital yang disimpan di jaringan blockchain. Smart contract berjalan secara otomatis dan melibatkan lebih dari satu pihak. Teknologi ini cocok digunakan untuk sistem perekonomian, politik, dan kehidupan lainnya, termasuk Indonesia.

CEO Indodax, Oscar Darmawan, mengatakan bahwa smart contract dapat diprogram untuk berbagai keperluan, mirip dengan program komputer lainnya, tetapi yang membedakannya adalah penggunaan teknologi blockchain sebagai basisnya.


Baca Juga: Peringatan Robert Kiyosaki: Masa Depresi Bakal Segera Datang!

Menurut Oscar, dengan didukung oleh teknologi blockchain, maka smart contract juga mengadopsi sifat dari blockchain itu sendiri yaitu tidak dapat diubah (immutable), hanya bisa ditambahkan, transparan, aman, dan traceable

Dengan adanya smart contract, lanjutnya, kita dapat memasukkan aturan tersebut dan menerapkannya melalui kode. Jika perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak sudah menggunakan smart contract, maka kita tidak lagi memerlukan pihak ketiga sebagai penengah atau untuk memastikan verifikasi transaksi.

"Karena smart contract ini berdiri di atas jaringan blockchain yang bersifat publik, maka masyarakat umum sekalipun bisa melihat kontrak yang sudah disepakati," ujar Oscar dalam siaran pers, Sabtu (29/4).

Konsep smart contract pertama kali diperkenalkan oleh jaringan Ethereum. Oleh karena itu, banyak token yang berjalan di jaringan Ethereum yang merupakan hasil penggunaan smart contract.

Baca Juga: Standard Chartered Prediksi Harga Bitcoin Bisa Tembus US$ 100.000 Akhir Tahun Depan

"Dengan semakin banyaknya token yang berjalan di jaringan Ethereum, skalabilitas Ethereum pun semakin lambat. Belum lagi ditambah gas fee Ethereum yang juga besar. Namun, kekurangan ini telah memunculkan jaringan smart contract lainnya seperti jaringan Solana, Polygon, dan jaringan Cardano. Meskipun smart contract tidak luput dari kekurangan, seperti risiko hacking, namun teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan transparansi," jelas Oscar.

Smart contract sudah banyak digunakan oleh developer NFT, pembuat token, dan Decentralized Apps. Oscar berharap bahwa smart contract tidak hanya digunakan oleh pelaku industri di bidang blockchain, tetapi juga oleh pelaku industri di luar blockchain dan di pemerintahan.

Salah satu contoh pengaplikasian smart contract di industri lain adalah di industri kesehatan, di mana data rekam medis pasien dapat diakses melalui smart contract. Selain itu, teknologi ini dapat digunakan dalam pemungutan suara, penggalangan dana, dan lain-lain.

Baca Juga: 4 Cara Investasi ala Warren Buffett yang Mudah Dilakukan

"Dengan kemampuannya untuk terbuka dan dilihat secara umum, Oscar berpendapat bahwa smart contract menjadi terobosan teknologi yang dapat digunakan oleh industri dan pemerintahan di Indonesia. Karena sifatnya yang transparan, kita dapat dengan mudah melacak dan melaporkan jika ada ketidaksesuaian data," tutup Oscar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli