Memanasnya Konflik Iran-Israel Membuat IMF Khawatir Akan Pertumbuhan Ekonomi Global



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mewanti-wanti dampak dari memanasnya konflik Iran dan Israel, juga geopolitik di Rusia dan ukraina yang belum juga usai.

Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas menyampaikan, sejumlah konflik tersebut dikhawatirkan akan mengerek inflasi global menjadi lebih tinggi. Di samping itu, pertumbuhan ekonomi global juga akan ikut terganggu.

“Kemajuan menuju target inflasi agak mengkhawatirkan karena terhenti sejak awal tahun di beberapa negara. Ini mungkin merupakan kemunduran sementara, namun ada alasan untuk tetap waspada,” tutur Gourinchas dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/4).


Baca Juga: IMF Khawatir Pertumbuhan Ekonomi Global Terganggu Akibat Konflik Israel vs Iran

Di samping itu, inflasi juga masih sangat tinggi di berbagai negara imbas harga minyak yang meningkat sebagian karena ketegangan geopolitik dan sektor jasa.

Memanasnya geopolitik ini juga diperkirakan akan membatasi laju perdagangan, sehingga akan mendorong inflasi barang. Dengan kekhawatiran tersebut, Gourinchas menyebut mengembalikan inflasi ke target sasaran harus menjadi prioritas.

Inflasi dan pertumbuhan ekonomi global yang terkoreksi juga ini dikhawatirkan dampaknya juga akan merembet ke Indonesia.

Ekonom Universitas Indonesia Bambang Brodjonegoro memperkirakan, akibat konflik Iran dan Israel, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun di kisaran 4,8% hingga 4,6% akibat konflik kedua negara tersebut.

Baca Juga: Konflik Iran-Israel, Cadangan BBM Nasional Masih Aman

Perkiraan ini turun drastis dari target pertumbuhan ekonomi oleh Pemerintah yang sebesar 5,2%.

“Mungkin perekonomian Indonesia agak bisa terdorong ke bawah 4,6% hingga 4,8% karena gangguan ini,” tutur Bambang dalam agenda Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, Senin (15/4).

Ia menyebut, konflik Iran dan Israel yang memanas akan menyebabkan gangguan eksternal, dan mengerek inflasi. Hal ini tentunya akan mengganggu konsumsi masyarakat dan akhirnya mengganggu prospek pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli