Sejak lama Desa Sukamulya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat dikenal sebagai penghasil jamur merang. Boleh dibilang, daerah ini merupakan salah satu sentra jamur merang terbesar di Indonesia. Bahkan, menurut warga setempat, masyarakat Karawang justru lebih banyak mengekspor jamur merang daripada sayuran atau padi. Banyak warga tergiur dengan usaha ini karena hasilnya memang lumayan menjanjikan. Dalam setahun, jamur merang bisa dipanen delapan kali hingga 10 kali. Omzet sekali panen mencapai Rp 2,5 juta per kumbung (rumah kecil untuk menanam jamur).
Sudin Permana Sidik (36), salah satu pengusaha jamur merang, bilang, awalnya banyak petani jamur yang gagal karena kumbung tidak dibangun dalam satu area seperti sekarang ini. Maklumlah, dulu belum banyak petani yang tahu cara membudidayakan jamur merang dengan baik dan benar. Melihat kondisi itu, Sudin lalu usul ke kelurahan agar petani jamur merang di Desa Sukamulya dibuatkan kelompok dan area penanaman jamur dilokalisasi atau disatukan. Selain Desa Sukamulya, awalnya budidaya jamur merang juga ditemukan di daerah lain di Karawang, seperti Kecamatan Tempuran. Tapi sekarang dipusatkan di Desa Sukamulya. "Jika ada yang mau gabung, mengerjakannya di sini. Jangan sendiri biar pemasarannya mudah," jelas Sudin. Kini total luas lahan budidaya jamur merang di Sukamulya sudah mencapai 6.000 meter persegi yang terdiri dari 27 kumbung. Jerami sebagai bekas limbah sawah dimanfaatkan warga sebagai media tanam jamur. Selain itu, sayuran yang tidak layak pakai digunakan juga sebagai pupuk kompos, sehingga tidak ada sisa pertanian yang dibuang percuma. Seiring berkembangnya sentra pertanian jamur merang di desa ini, belakangan juga bermunculan usaha olahan jamur. Antara lain ada yang membuka usaha mi ayam jamur, roti isi jamur, dan keripik jamur merang. "Rata-rata suaminya petani sawah dan pembudidaya jamur, sementara istrinya jualan makanan dari jamur. Jadi di Desa Sukamulya ini tidak ada yang menganggur, " kata Sudin. Selain diolah sendiri, jamur merang dari desa ini juga banyak dipasok ke industri olahan jamur di daerah Bandung, Jawa Barat. Dalam sebulan, mereka bisa memasok hingga 3 ton jamur merang. Belum lagi permintaan dari Jakarta dengan volume pengiriman mencapai 5 ton–10 ton per bulan. "Berapa pun yang kami produksi selalu habis terserap, tidak ada yang mubazir," katanya.
Lantaran menjanjikan, belakangan semakin banyak warga yang tertarik terjun ke usaha ini. Salah satunya adalah Supriyadi (35) yang baru menekuni usaha budidaya jamur selama dua tahun terakhir. "Saya tertarik karena potensinya besar, pasarnya jelas, dan prosesnya tidak sulit," kata dia. Sejauh ini, ia mengaku tidak ada kendala berarti dalam usaha budidaya jamur merang ini. "Kendalanya hampir tidak ada, paling jika hujan sedang lebat dan berangin, kumbung bisa roboh," kata dia. (Selesai) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri