Memasuki era suku bunga turun, produk KIK DIRE berpotensi berkembang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek Kontrak Investasi Kolektif (KIK) berbentuk Dana Investasi Real Estat (DIRE) berpotensi marak seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga.

Teranyar, Kamis (4/7), PT Sinarmas Asset Management resmi mencatatkan DIRE Simas Plaza Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode XSPI. 

Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan sepanjang tingkat suku bunga sesuai perkiraan dan bergerak turun maka produk KIK DIRE akan menarik.

"Jika di tahun ini suku bunga turun dua kali dan ada produk KIK DIRE yang menawarkan imbal hasil minimal di 6% maka akan menarik," kata Wawan.

Selain faktor kondisi suku bunga, Wawan mengatakan perkembangan KIK DIRE juga bergantung pada tingkat likuiditas. Selama ini KIK DIRE memiliki risiko likuiditas tinggi karena tidak bisa menjual sebagian kepemilikan dan sulit mencari pembeli atau investor lain.

"Faktor likuiditas tinggi jadi membatasi siapa yang bisa memegang DIRE dalam waktu lama, dan ujung-ujungnya yang mayoritas membeli dari investor institusi," kata Wawan.

Namun, dengan munculnya DIRE Simas Plaza Indonesia yang memiliki aset dasar berupa saham dari perusahaan terbuka membuat risiko likuiditas menurun.

"Selama ini investor ritel mungkin ragu jika ingin redeem sebagian kini kalau aset dasarnya saham terbuka maka harapannya MI bisa menjual saham saja dan likuiditas di pasar saham memang lebih tinggi dibanding DIRE generasi pertama yang memegang aset dasar properti murni," kata Wawan.

Terobosan skema DIRE Simas Plaza Indonesia Wawan harapkan bisa meramaikan industri produk DIRE di dalam negeri.

Wawan menambahkan instrumen DIRE menarik karena tawaran imbal hasil biasanya di atas deposito dan investasi lebih terjamin karena membeli aset properti. Hanya saja memang risiko bisa muncul jika suku bunga bergerak naik dan membuat imbal hasil DIRE jadi tidak menarik.

Wawan menyarankan meski aset DIRE dalam bentuk saham memiliki likuiditas yang lebih tinggi, baiknya investor memegang investasi ini minimal selama tiga hingga lima tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto