KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki separuh kedua tahun 2023, kinerja emiten perbankan diprediksi bisa melaju lebih kencang. Alhasil, harga sahamnya pun juga bisa terdongkrak lebih tinggi. Pada enam bulan pertama di tahun ini, industri perbankan memang dihadapkan dengan perlambatan penyaluran kredit. Hingga Mei 2023 saja, pertumbuhan kredit yang disalurkan masih 9,4% YoY, masih di bawah target industri yang memproyeksikan tumbuh 10% YoY. Jika melihat dari harga sahamnya, emiten bank yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi di semester I/2023 adalah PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dengan kenaikan sebesar 59% year to date (YtD) dan seharga Rp 1.135.
Lebih lanjut, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengisi tiga besar kenaikan saham tertinggi di industri perbankan. BNGA naik 33,76% YtD dan BRIS naik 31,01% YtD. Baca Juga: Bottom Line Emiten Ritel Masih Tertekan, Intip Prospeknya di 2023 Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Anggi melihat emiten sektor perbankan ini masih overweight di separuh kedua tahun ini, terkhusus bank dengan kapitalisasi besar. Dia beralasan, periode tersebut risiko di pasar akan lebih stabil sejalan dengan stabilnya gerak suku bunga acuan dalam negeri. Ditambah, potensi kampanye pemilu yang bakal mendorong pertumbuhan kredit perbankan bisa semakin besar. “Secara historis menjelang pemilu, mayoritas harga saham perbankan dapat mengungguli kinerja IHSG itu sendiri,” ujar Nico, Minggu (2/7). Lebih lanjut, Nico melihat pertumbuhan kinerja keuangan dalam hal ini laba sudah bisa terlihat di laporan pada kuartal kedua nantinya. Di mana, pertumbuhan kredit perbankan mulai menunjukkan pemulihan pada laporan terakhir di Mei 2023. Tak hanya itu, dia juga melihat net interest margin (NIM) yang menjadi pendorong kinerja di tiga bulan pertama 2023 akan mencatatkan peningkatan lebih solid di kuartal kedua. “Seiring belum akan signifikannya kenaikan cost of fund dan LDR diprediksi juga cenderung stabil,” ujar dia. Baca Juga: Ramai Pembagian Dividen, Pilih Saham Blue Chips atau Lapis Kedua? Sementara itu, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengungkapkan bahwa kalau melihat di kinerja keuangan kuartal dua justru berpotensi lebih lambat di kuartal pertama karena masih ada efek suku bunga yang masih tinggi. Namun, dia sependapat kalau pertumbuhan dari di semester dua nanti akan kembali pulih terutama dari sisi penyaluran kredit. Meski demikian, pertumbuhan sepanjang tahun ini juga tak akan setinggi pertumbuhan di 2022. Dia justru memproyeksikan kredit di 2023 ini hanya mampu tumbuh sekitar 8% hingga 10%. Sementara, pendapatan secara rata-rata hanya akan tumbuh di kisaran 10% hingga 15% dan laba akan tumbuh rata-rata sekitar 15% dan 20%. Dari sisi kinerja saham sendiri, Praska melihat memang secara mayoritas emiten perbankan ini mencatatkan kinerja saham yang positif. Ia juga menambahkan koreksi-koreksi yang terjadi pada emiten perbankan di tahun ini belum membuat saham perbankan ini relatif murah. “Karena sebelumnya sudah mengalami kenaikan yang signifikan,” ujar Praska. Baca Juga: Setelah Libur Panjang, Simak Prediksi IHSG Untuk Perdagangan Senin (3/7)