Membaca efek Bernanke bagi IHSG



JAKARTA. Ekspektasi stimulus kembali antiklimaks. Dalam pidatonya, Jumat (31/8) waktu Amerika Serikat (AS), Ben Bernanke, pimpinan The Federal Reserve, tidak tegas-tegas menyebut quantitative easing tahap ketiga (QE3).

Seperti pada pernyataannya terdahulu, Bernanke hanya menyebut, otoritas moneter di Negeri Paman Sam itu, menyiapkan langkah yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi AS, jika perlu. Rencana pelonggaran itu terkait dengan kondisi pasar tenaga kerja Amerika yang masih jalan di tempat.

Kendati omongan Bernanke bersayap, "Pasar memberi respon positif," tutur Reza Priyambada, Managing Research Indosurya Asset Management, kemarin (2/9).


Dow Jones Industrial Average (DJIA) terangkat 90,13 poin ke level 13.090,84, seusai pidato Bernanke. Mayoritas indeks saham di Eropa juga ditutup menghijau.

Spekulasi yang bergulir, quantitative easing tahap ketiga mungkin akan mundur hingga pemilihan umum AS, November nanti. Adapun pembelian obligasi, melalui operation twist, diperkirakan masih berjalan.

Revisi target

Meski menyisakan harapan nan samar, pergerakan pasar diprediksi belum akan moncer. Pelaku pasar masih menunggu hasil pertemuan European Central Bank (ECB), pekan ini dan pertemuan The Fed pada 13 September.

Melihat perkembangan terakhir, Reza menilai ada kemungkinan revisi turun target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tahun ini. Semula, IHSG diperkirakan menembus level 4.450-4.500 di akhir tahun, dengan asumsi krisis tahun lalu berkurang tekanannya. "Tapi kini, jika menyentuh 4.200-4.250, sudah bagus," tandas Reza.

Jika bertahan di posisi itu, pertumbuhan IHSG berarti 10% tahun ini. Reza optimistis menilik aksi window dressing akhir tahun para emiten, juga manajer investasi dan dana pensiun, bisa menarik laju indeks lebih kencang.

Bulan ini akan banyak event penting, terutama terkait masa depan penyelesaian krisis Eropa. "Revisi target IHSG sekitar Oktober. Jika hasilnya optimistis, IHSG bisa ke 4.400," ujar Zulfirman Basir, analis Monex Investindo.

Sebaliknya, jika prospek penyelesaian krisis utang di zona euro dan perlambatan ekonomi dunia tak jua terurai, IHSG diprediksi sulit melompati 4.234. "Support kuat di 3.920, jika tertembus akan jatuh di 3.820," jelasnya.

Felix Sindhunata, Kepala Riset Henan Putihrai Securities, menambahkan, pasar juga mengharap Bank Indonesia (BI) lebih serius menjaga stabilitas rupiah. "Jika sampai lepas, confidence pasar bisa hilang dan spekulan akan memanfaatkannya," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: