Membaca penyebab Duniatex Group gagal bayar utang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan lalu, pasar keuangan dihebohkan dengan aksi S&P menurunkan rating obligasi berbentuk senior unsecured notes milik PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) yang merupakan bagian dari Duniatex Group dari BB- menjadi CCC-.

Seorang sumber yang terlibat dalam upaya restrukturisasi Duniatex bilang alasan utama S&P menurunkan rating obligasi tersebut bukan karena gagal bayar obligasi sebagaimana ditulis banyak media.

Baca Juga: Dunitex gagal bayar, sejumlah bank yang jadi kreditur mulai merasa was-was


Melainkan gagal bayar dari entitas Duniatex lainnya, yaitu PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST). Perusahaan ini gagal membayar bunga dan pokok sindikasi senilai US$ 11 juta pada 10 Juli 2019.

“Sepertinya ada salah tangkap membaca rilis S&P, maksudnya debt obligations itu bukan utang obligasi melainkan kewajiban utang. Karena bunga obligasinya baru akan dibayar September. Yang default bukan obligasinya tapi pinjaman sindikasi dari bank,” katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/7).

Sayangnya si sumber enggan merinci berapa nilai obligasi tersebut, dan siapa anggota sindikasinya.

Baca Juga: Bank Mandiri kaget anak usaha Duniatex gagal bayar utang

Kegagalan DDST menunaikan kewajibannya dinilai S&P terjadi lantaran likuiditas Duniatex Group juga terimbas tensi perang dagang antar Amerika dan China  yang makin memanas.

Likuiditas secara grup yang minim ini jadi alasan S&P menilai kewajiban DMDT tak punya kemampuan membayar kupon obligasinya senilai US$ 13 juta pada September mendatang.

Apalagi di bulan yang sama, DMDT juga mesti menunaikan pokok dan bunga sindikasi yang diperkirakan S&P mencapai US$ 5 juta

Baca Juga: Kredit bank pelat merah tersangkut di Duniatex Group

“Kami mungkin juga akan kembali memangkas peringkat DMDT menjadi SD (selective default) jika perseroan gagal kewajiban utangnya dalam pinjaman sindikasi pada September 2019. Kami juga bisa kembali menurunkan peringkat menjadi D (default) jika dalam Grup, termasuk DMDT (Duniatex Grup) sedang dalam proses restrukturisasi,” tulis S&P dalam paparannya, 16 Juli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi