Membaca sinyal politik dari Cikeas dan Duren Sawit



JAKARTA. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung memanggil Sekretaris Dewan Pembina Jero Wacik, setelah ia menginjakkan kaki di Tanah Air, Kamis (7/2) malam. Gerak cepat SBY ini bisa jadi merupakan respons atas desakan terhadap dirinya untuk menyelamatkan Partai Demokrat. Partai bentukan SBY ini memang tengah mengalami kemerosotan tajam. Tingkat elektabilitasnya "terjun" bebas. Setidaknya, tergambar dari sejumlah hasil survei. Pertanyaan yang muncul, mengapa bukan Anas Urbaningrum yang dipanggilnya untuk mengetahui kondisi terakhir partai? Sebagai Ketua Umum, Anas merupakan nakhoda yang memimpin untuk menentukan mulus atau tidaknya langkah partai. Di saat yang bersamaan, Anas justru mengumpulkan para pengurus DPP dan DPD di kediamannya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya alias Toto menilai, apa yang dilakukan SBY dan Anas semakin menegaskan adanya faksionalisasi di tubuh Demokrat. Saat ini, bukan lagi pertarungan antar faksi pasca kongres, yaitu Anas, Andi Mallarangeng, dan Marzuki Alie. Tetapi, mengerucut menjadi dua faksi: faksi Cikeas (SBY) dan faksi Anas. "Sekarang semakin jelas dua faksi ini. Agak menyedihkan. SBY yang selama ini dianggap menjadi faktor perekat dan pemersatu, kini menjadi sebuah faksi sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan bagaimana SBY menggunakan orang-orang terdekatnya untuk melontarkan wacana pergantian Anas. Dengan adanya faksi Cikeas, seakan-akan saat ini tidak ada kepemimpinan di Demokrat. Sosok pemimpin itu sudah menjadi faksi sendiri," papar Toto, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/2) pagi. Sementara itu, langkah yang diambil Anas dengan mengumpulkan para pengurus DPP dan DPD juga ingin menunjukkan bahwa ia mendapatkan dukungan dari kalangan akar rumput Demokrat. Dengan dukungan ini, menurut Toto, wacana pelengseran Anas mustahil di lakukan. Sebab, jika menilik anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Demokrat, pelengseran hanya bisa dilakukan melalui Kongres Luar Biasa (KLB). Sementara, pemegang suara dalam KLB adalah kader-kader daerah. "Anas ingin menunjukkan bahwa proses pelengseran mustahil dilakukan. Dukungan bottom up ada di dia. Itu ditunjukkan dengan simbolisasi dalam pertemuan kemarin," kata Toto.  Bukan pertemuan tandingan Menanggapi sinyalemen adanya pertemuan tandingan dari Anas atas pertemuan yang digelar SBY di Cikeas, Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustopa membantahnya. Menurut dia, pertemuan itu hanya membahas persiapan Pilkada Maluku.

"Tidak ada konsolidasi. Biasa saja, tadi ada Pak Michael presentasi soal persiapan Tim 9 untuk Pilkada Maluku," ujar Saan, Jumat dini hari, seusai berkunjung ke rumah Anas.

Saan yang berkunjung selama 30 menit di rumah Anas mengaku, dirinya sempat berbincang dengan Anas. Perbincangan itu, kata Saan, berlangsung ringan tanpa obrolan politik. Di saat obrolan itu, Saan mengaku mendengar percakapan tentang persiapan Pilkada Maluku. "Tadi ketemu, Anas masih pakai sarung, kok. Santai saja," ujar Saan. (Inggried Dwi Wedhaswary)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: