Membangkitkan Gundala Agar Sejajar dengan Superhero Asing



wm-hasmi_dokjpnnDI KALANGAN pecinta komik nama Harya Suryaminata atau Hasmi tidak asing lagi. Pria yang sudah menginjak usia 54 tahun ini adalah pencipta karakter komik Gundala. Tokoh komik asli Indonesia itu bisa dibilang sejajar dengan tokoh-tokoh superhero asal negeri Uwak Sam semisal Superman, Batman, dan Spiderman. Sekedar mengingatkan, Hasmi melahirkan tokoh Gundala pada 1969. Judul yang pertama kali terbit waktu itu adalah Gundala Putra Petir. Sejak itu, komik Gundala menjadi salah satu komik paling laris di tanah air. Sampai kurun waktu 1982, Hasmi telah membuat 23 judul Gundala. Buku  terakhir yang terbit berjudul  Surat dari Akherat. Di zaman kejayaan Gundala, komik-komik buatan anak negeri sangat merajai pasar. Sebut saja komikus Ganes Th. dengan karyanya Si Buta Dari Goa Hantu; Djair yang menjadi pencipta Djaka Sembung, Hans Jaladara yang melahirkan Panji Tengkorak, serta Wid NS yang menciptakan tokoh Godam. Sayang, nyaris secara bersamaan, di awal 1980-an tokoh-tokoh komik lokal itu mulai tergusur oleh Superman maupun Spiderman. Setelah Gundala tidak terbit lagi, lambat laun Hasmi mulai banting setir menjadi penulis skenario. Memang, selain dikenal sebagai komikus, pria lulusan Akademi Bahasa Asing (ABA) itu juga terkenal sebagai penulis skenario handal. Sejumlah karya skenario film telah dihasilkan olehnya. Diantaranya Kelabang Sewu yang disutradarai Imam Tanthowi, Lorong Sesat, Harta Karun Rawa Jagitan, dan beberapa film lainnya. Selain itu, Hasmi aktif menulis skenario untuk acara ketoprak di TVRI Yogyakarta. Hasmi juga merupakan seorang penulis paling produktif di Teater Stemka. Pada 1982, Gundala sempat diangkat ke layar lebar. Waktu itu, Teddy Purba memerankan tokoh Sancaka atau Gundala. Namun sayang, Hasmi sama sekali tak terlibat dalam pembuatan film itu. Pada 1988, tokoh Gundala juga sempat muncul kembali sebagai komik strip di salah satu koran, tapi tidak bertahan lama. Saat ini, Hasmi tengah sibuk membuat komik baru untuk melahirkan kembali tokoh Gundala ciptaannya yang telah "tertidur" sejak 27 tahun lalu itu. Penerbitan komik anyar berjudul Gundala Duta ini juga sekaligus akan menandai peringatan 40 tahun penerbitan Gundala Putra Petir yang jatuh pada September tahun ini. Tentu saja, pria kelahiran Yogyakarta ini juga berharap para jagoan seangkatan Gundala bisa bangkit lagi. Atau paling tidak, ia berharap, ada komik-komik lokal yang laku di pasar. "Satu hal yang perlu ditekankan untuk mengembangkan komik Indonesia adalah kepedulian karena yang peduli komik kita sedikit," kata Hasmi. Hasmi berharap, ada orang yang mau mengembangkan dan menerbitkan kembali komik-komik Indonesia. Sejauh ini, ia melihat, hanya segelintir orang yang benar-benar peduli terhadap komik. Meski demikian, pria yang sempat bercita-cita menjadi insiyur ini mengaku cukup bangga melihat semakin banyak komikus-komikus baru yang bermunculan. Namun, menurutnya, sikap beberapa komikus itu sendiri yang juga membuat komik bikinan Indonesia tak terlalu laku. Bapak dua putri ini melihat, para komikus muda itu mencoba membawa komik masuk menjadi bagian dari seni murni independen. Padahal, menurutnya, komik adalah bagian dari sebuah industri. "Oleh karena itu, komikus sekarang lebih senang memproduksi dan menjual komik sendiri tanpa jalur penerbit," ujarnya. Hasmi berpendapat, perlu ada sinergi dari empat elemen agar komik lokal kembali berjaya. Keempat elemen itu adalah: penerbit, distributor, komikus, dan pembaca. "Sinergi ini harus terjalin sehingga mampu mengangkat komik kita saat ini," harapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie