Membangun laba properti hingga daratan aussie



Tawaran properti residensial asal Australia terus berdatangan ke Indonesia. Peluang investasi properti tempat tinggal di Negeri Kanguru ini juga masih menarik. Tidak percaya? Simak penuturan para pelaku dalam tulisan berikut.Anda yang berdompet tebal dan tengah mencari sarana investasi alternatif mungkin bisa mencoba menjajal investasi properti residensial di Australia. Berbeda dengan pasar properti residensial di Singapura yang kenaikan harganya sudah cenderung terbatas, bahkan di sebagian daerah malah turun, harga properti tempat tinggal di Australia masih terus cenderung naik.Besaran kenaikannya juga lumayan, lo. Kalau tidak percaya, dengar saja cerita Rina Lawrenson, salah satu warga Indonesia yang memiliki investasi properti di Australia. Asal tahu saja, wanita ini cukup getol melakukan jual beli properti di Negeri Kanguru tersebut. “Mungkin saya pernah jual beli properti residensial sekitar 15 kali,” cerita dia.Nah, tiga bulan yang lalu, Rina menjual sebuah rumah miliknya yang berlokasi di Vaucluse, Sydney. Harga jual rumah ini mencapai AU$ 2,2 juta. Dari penjualan rumah ini, Rina mengaku memperoleh imbal hasil sekitar 10%. Asyik, kan?Padahal, Rina memegang kepemilikan rumah tersebut tidak terlalu lama. Ia menuturkan, biasanya, dia memegang kepemilikan unit properti residensial selama sekitar enam bulan hingga satu tahun sebelum menjualnya kembali. Jadi, dalam waktu sekitar satu tahun, harga properti di Australia bisa naik sekitar 10%.Hal tersebut diakui oleh Anthony Raviolos, Chairman Penta Properties, salah satu agen properti besar di Australia. “Dalam delapan tahun terakhir, kenaikan harga properti residensial bisa mencapai sekitar 9%-11% per tahun,” papar Anthony.Imbal hasil dari penyewaan properti residensial juga tidak kalah menarik. Dengar saja penuturan Albert Pratama, mahasiswa asal Indonesia yang tengah melanjutkan pendidikan di Northern Sydney Institute. “Dari pengalaman saya, biasanya, harga sewa apartemen naik sekitar 5% per tahun,” ujar dia.Anthony memaparkan, tarif sewa properti tempat tinggal di Australia rata-rata memang bisa naik sekitar 4%-6% setiap tahun. Kenaikan harga tersebut berlaku untuk berbagai jenis properti residensial, baik landed house, town house, maupun apartemen.Orang-orang yang pernah berinvestasi properti di Australia menilai, investasi properti di negeri ini masih menarik sampai saat ini. “Investasi properti di Aussie masih menjanjikan dan memiliki tren positif, baik dalam hal tingkat return maupun dalam bentuk capital value di masa mendatang,” sebut Marietta Iskandar, warga Indonesia lain yang pernah berinvestasi properti di Australia.Marietta berkisah, ia pernah membeli apartemen seluas 90 meter persegi di Melbourne pada 1999. Apartemen tersebut ia beli seharga AU$ 300.000. Sepuluh tahun kemudian, ia sukses menjual apartemen tadi di harga AU$ 450.000. Artinya, Marietta bisa mengantongi untung sampai 50%.Ia juga tidak perlu waktu lama memasarkan apartemen miliknya tersebut. “Dalam waktu dua minggu saya sudah mendapatkan pembeli yang tepat,” kenang Marietta.Para investor yang pernah menanamkan duit di investasi properti di Australia mengakui, kenaikan harga properti residensial di negeri ini cukup menarik. Anthony menuturkan, pertumbuhan harga properti residensial di Australia berkesinambungan dan stabil, tidak seperti di Singapura yang cenderung fluktuatif. Selain itu, “Pasokan properti di Australia masih lebih rendah daripada jumlah permintaan,” sebut dia.Maklumlah, pertumbuhan populasi di Australia cukup pesat. Pasalnya, Australia juga terus kedatangan warga negara asing, terutama yang ingin melanjutkan pendidikan di negara benua ini. Dari Indonesia saja, setidaknya ada 50.000 mahasiswa baru yang datang ke Australia tiap tahun.Pilih kota yang masih menjanjikanKarena itulah, pembelian properti residensial di Australia oleh warga negara Indoensia cukup besar. Bahkan, Anthony menuturkan, warga Indonesia termasuk lima besar warga negara asing yang terbanyak membeli properti di Australia. “Paling banyak pembelian oleh warga China,” tutur Anthony. Sayang, ia mengaku tidak memiliki angka pasti pembelian properti residensial oleh warga negara asing.Tapi, tentu saja, tidak semua wilayah di Australia menjanjikan imbal hasil besar bagi investor properti. Jadi, kalau Anda berniat menjajal investasi di properti residensial Australia, ada kota-kota tertentu yang menjanjikan imbal hasil lebih menarik.Lokasi yang masih cukup menarik untuk investasi properti di Australia, antara lain Sidney dan Melbourne. “Populasi di kedua kota tersebut cukup tinggi, tidak seperti Perth yang populasinya tidak terlalu banyak, sehingga nanti kalau mau menjual kembali propertinya akan lebih sulit,” papar Reiza Arif Juremi, Senior Marketing Executive Penta Properties di Indonesia.Marietta menilai, pasar properti di Melbourne adalah yang paling menarik bagi pasar internasional. “Selain sebagai kota pendidikan, Kota Melbourne juga telah memenangkan penghargaan sebagai salah satu kota ternyaman di dunia sebanyak dua kali,” jelas dia.Tambah lagi, Melbourne sudah memiliki rencana infrastruktur dan pengembangan kota hingga 30 tahun mendatang. Kenaikan harga propertidi kota ini juga tinggi, bahkan bisa mencapai 15%-20% dalam setahun. “Biasanya kenaikan sudah bisa dilihat pada 2,5 tahun pertama,” imbuh Marietta.Selain itu, di beberapa kota, pasokan properti residensial sudah berlebih. Misalnya di kota Perth dan Darwin. Harga properti di kedua kota tersebut sempat naik tinggi lantaran booming pertambangan. Namun, lantaran bisnis pertambangan tahun ini meredup, kedua tempat tersebut mengalami oversupply properti. Alhasil, harga properti yang sempat naik tinggi kini mulai merosot.Faktor lokasi ini juga penting diperhatikan agar Anda tidak kesulitan melepas properti Anda kelak. “Investasi properti di mana pun perlu dititikberatkan pentingnya lokasi,” sebut Marietta.Biasanya, kalau yang membeli properti adalah warga negara asing, mereka lebih suka memilih properti residensial yang berlokasi di dekat kampus atau dekat central business district (CBD) dan memiliki akses transportasi umum yang mudah. Sementara, warga lokal Australia lebih suka tinggal di kawasan suburban.Pembelian properti residensial oleh warga negara asing di Australia juga tidak terlalu sulit. Pemerintah Australia tidak menetapkan aturan yang rumit bagi warga negara asing. Hanya saja, biasanya warga negara asing hanya bisa membeli properti residensial baru atau istilahnya first contract.Selain itu, pembeli akan diminta menunjukkan paspor negaranya. Pembeli properti juga harus menunjukkan bukti pendapatan bulanan. Nah, dalam hal ini, pembeli harus bisa menunjukkan ia memiliki pendapatan bulanan senilai tiga kali cicilan bulanan.Warga negara asing bahkan bisa membeli properti dengan memanfaatkan pembiayaan dari perbankan. Tentu saja, pengembang properti hanya bersedia menerima pembiayaan dari bank Australia.Marietta bilang, biasanya pembeli diminta menempatkan dana sebesar 10% dari harga pembelian properti di bank sebagai jaminan. Dana ini disimpan dalam bentuk deposito yang bunganya dapat dinikmati kembali oleh pembeli properti. Pengembang baru akan mencairkan dana jaminan ini setelah properti diserahterimakan.Kalau Anda tidak mau repot mencari bank di Australia yang bersedia memberikan pembiayaan, Anda bisa menghubungi agen properti yang menawarkan properti residensial di Australia. Sejumlah agen properti memiliki kerjasama dengan bank di Australia.Salah satunya Penta Properties. Agen properti ini nanti akan menghubungkan calon pembeli dengan perbankan. Layanan ini akan mempermudah pembeli yang berniat membeli properti di Australia dengan memanfaatkan pembiayaan bank.Selain itu, meski harus tetap berhati-hati, Anda tidak perlu terlalu khawatir bila ingin membeli properti residensial di Australia. Biasanya properti yang dijajakan ke luar negeri sudah mendapatkan restu dari Foreign Investment Review Board (FIRB). Ini adalah lembaga yang mengevaluasi investasi yang masuk ke Australia.Selain itu, pengembang di Australia memiliki kewajiban untuk memasarkan minimal 50% proyek propertinya ke masyarakat lokal sebelum bisa menjajakan ke para pembeli dari luar Australia. Dengan demikian, calon pembeli dari luar Australia tidak perlu khawatir proyek properti tersebut bodong. Jadi, sudah siap memiliki properti di Australia?

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 50 XVI 2012 Saham


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Imanuel Alexander