Membedah kecelakaan di Cipularang, antara human error dan bahaya laten



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kecelakaan hebat kembali terjadi di Tol Purbaleunyi, tepatnya KM 91 arah Jakarta, sekitar pukul 12.30 WIB, Senin (2/9). Berdasarkan kabar terakhir, kecelakaan beruntun tersebut melibatkan 21 kendaraan yang menewaskan delapan orang.

Kecelakaan di ruas tol yang beken dengan nama Cipularang memang bukan yang pertama kali terjadi, terutama pada area Km 90 hingga Km 100. Tapi dari semua kejadian, insiden kali ini salah satu yang paling fatal karena melibatkan puluhan kendaraan yang melintas.

Ragam persepsi bermunculan yang mencoba untuk menafsirkan sebab dari kecelakaan beruntun tersebut. Mulai mengaitkan dengan kondisi tipografi jalan yang relatif berkelok dan menurun, permukaan yang tidak rata, hingga licin karena berpasir.


Baca Juga: Detik-detik kecelakaan beruntun Tol Purbaleunyi menurut kesaksian korban selamat

Jusri Pulubuhu, penggiat keselamatan berkendara yang juga pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting ( JDDC), menyebutkan, kondisi jalan di Cipularang sepanjang Km 90 sampai Km 100 memang cenderung rawan. Dan bisa dipastikan, penyebab awalnya tabrakan maut tersebut karena ada faktor human error.

"Perlu diingat, setiap kecelakaan beruntun pasti terjadi perbedaan tingkat kecepatan antara satu kendaraan dengan kendaraan lain di belakangnya," ujar Jusri kepada Kompas.com, Senin (2/9).

Faktor ketidaksiapan dari pengendara di belakang bisa karena banyak hal. Paling utama: pengendara tidak mampu menjaga jarak.

Baca Juga: Kecelakaan Cipularang, 21 Kendaraan Tabrakan Beruntun, 6 Tewas

Selain itu, penyebabnya juga bisa lantaran kebiasaan berkendara yang salah. Misalnya, menetralkan posisi tuas transmisi karena kebetulan ruas jalan sedikit landai.

"Contoh, terjadi perlambatan mendadak, seperti mengerem tiba-tiba dan lain sebagainya, yang membuat kendaraan di belakang tidak siap dan berakhir dengan terjadinya kecelakaan tadi. Ini kata kuncinya," kata Jusri.

Editor: S.S. Kurniawan