Sejak lima tahun lalu, sculpted cake booming di Amerika Serikat dan Inggris. Di Indonesia, kue yang wujudnya meniru sosok asli makanan atau bentuk lain mulai banyak peminatnya. Tapi, perlu keahlian khusus membuat sculpted cake, apalagi sampai membuatnya nyata hidup seperti bentuk aslinya. Pembuat kue ini bisa mendulang omzet hingga Rp 19,6 juta per bulan.Bentuknya nyaris serupa dengan wujud aslinya: mi ramen jepang. Tapi soal rasa, beda jauh. Yang satu manis, satu lagi gurih. Maklum, mi ramen jepang palsu yang hampir menyerupai rupa aslinya itu adalah kue.Dari tangan Natasha Alexandra Tantama kue mirip mi ramen jepang tersebut lahir. Kue-kue yang bentuknya hampir menyamai wujud aslinya ini populer dengan sebutan sculpted cake. "Di Indonesia sudah ada, tapi belum sampai bisa mereplika makanan dan minuman secara detail," ungkap pemilik Cake et Cetera di Jakarta ini.Menurut Natasha, art sculpted cake sudah booming di Amerika Serikat (AS) dan Inggris sejak lima tahun terakhir. Bahkan, di Negeri Paman Sam sampai ada asosiasinya dan kontes yang digelar saban tahun.Sejatinya, Natasha tidak memiliki latar belakang kuliner. Ia jebolan Jurusan Psikologi University of Washington, AS. Ketertarikan dengan seni menghias atau membentuk kue berawal dari kesukaannya membuat aneka kerajinan tangan.Sambil kuliah, perempuan berparas cantik ini mengambil kursus dasar pembuatan sculpted cake di AS. Sisanya, Natasha belajar secara otodidak dari buku. "80% dari buku, buku adalah guru terbaik," katanya.Awalnya, Natasha membagikan kue buatannya ke beberapa temannya di AS. Ternyata, mereka suka. Dan, pesanan pun mengalir. Dari situ, perempuan 24 tahun ini mantap berbisnis sculpted cake di Tanah Air. "Saya juga ingin membawa sesuatu yang di Indonesia belum ada," ujar dia.Dengan bendera Cake et Cetera, Natasha memulai usaha kuenya di awal 2010 dengan membuka toko sekaligus workshop di daerah Jakarta Barat. Dengan hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut dan Facebook, sambutan yang ia dapat cukup bagus. "Enggak nyangka banyak yang benar-benar tertarik," katanya.Itu sebabnya, Natasha kembali terbang ke AS untuk memperdalam ilmunya dengan berguru ke master sculpted cake, Chef Casey Roger, jawara Food Network Challenge sekaligus pendiri People Revolution Cake.Saat ini, pesanan yang mengalir ke Cake et Cetera mencapai tujuh order setiap pekan. "Saya masih membatasi pesanan maksimal tujuh kue per minggu karena saya tidak mau hasilnya asal-asalan, saya ingin kualitas kuenya bagus," ujar Natasha.Dengan dibantu dua asistennya, Natasha menyelesaikan dua sculpted cake dalam tempo dua hari. Makanya, "Saya belum ingin produksi massal, saya mau fokus ke-art-nya dulu, membikin hidup makanan dan minuman seperti aslinya," kata dia. Tapi, bukan berarti dia tidak ingin memperluas usahanya, lo. Natasha menjual sculpted cake buatannya mulai harga Rp 700.000 tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya. Kebanyakan pesanan yang masuk adalah, kue ulang tahun dengan bentuk mi ramen jepang.Tapi, pembeli bisa memesan kue dengan tema sesuai keinginan mereka. "Kalau mereka tidak suka dengan pilihan tema yang saya sodorkan namun belum memiliki tema sama sekali, saya bantu mencarikan tema yang pas," ujar Natasha.Soal bahan baku sculpted cake, Natasha berani menjamin semuanya aman dikonsumsi. Ia mendatangkan bahan baku termasuk fondant dan pewarna kue langsung dari negara Barack Obama yang sudah mendapat sertifikat keamanan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FAD).Dengan pesanan mencapai tujuh kue seminggu dengan harga minimal Rp 700.000, Natasha bisa mengantongi omzet sebesar Rp 4,9 juta per pekan. Atau, tiap bulan total sebanyak Rp 19,6 juta. Selain berbentuk makanan dan minuman, Natasha juga membuat sculpted cake berwujud hewan atau benda sesuai dengan pesanan.Usaha membuat sculpted cake juga dilakoni Dewi Anwar. Tapi, pemilik Kitchen Craft Cake ini lebih suka menyebutnya dengan kue tiga dimensi.Dewi mengandalkan bahan baku fondant dan modelling chocolate untuk membuat kue tiga dimensi. Fondant adalah bahan dekorasi kue yang terbuat dari campuran gula, gelatin, glucose, glycerin, dan shortening. Fondant berbentuk seperti lilin mainan anak-anak dan cenderung elastis.Adapun modelling chocolate adalah pasta cokelat leleh lentur yang dibuat dari cokelat dan sirup. "Membentuk modelling chocolate lebih sulit daripada fondant, butuh suhu di bawah 20°C supaya mudah dibentuk. Lebih dari suhu itu, dia lembek," jelas Dewi.Dengan lapisan modelling chocolate, kue tiga dimensi mampu bertahan di dalam kulkas sampai satu minggu. Adapun, fondant tak boleh masuk kulkas. Tapi, ia hanya bisa bertahan di suhu ruangan selama 3 hari.Dewi membanderol harga kue tiga dimensinya mulai Rp 750.000 tergantung ukuran. Tapi, wanita 45 tahun ini pernah membuat kue tiga dimensi bertingkat tiga seharga Rp 3 juta. Dalam sehari, dibantu dua asistennya, Dewi mampu mengerjakan tiga kue tiga dimensi. Kalau digabung dari omzet pembuatan kue figur tokoh kartun, "Sebulan saya bisa dapat untung sampai Rp 20-an juta," katanya.Namun, Dewi tidak menerima pesanan kue tiga dimensi sesuai keinginan pembeli. "Toko cake biasanya tidak menerima pesanan rancangan kue pembeli. Cuma usaha rumahan saja yang mau terima pesanan ini," tutur Dewi.Menurut Natasha, bisnis sculpted cake cukup cerah karena pemainnya masih sedikit. "Jangka panjang, saya berencana membuka kursus sculpted cake," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Membentuk untung dari usaha sculpted cake yang booming di Amerika
Sejak lima tahun lalu, sculpted cake booming di Amerika Serikat dan Inggris. Di Indonesia, kue yang wujudnya meniru sosok asli makanan atau bentuk lain mulai banyak peminatnya. Tapi, perlu keahlian khusus membuat sculpted cake, apalagi sampai membuatnya nyata hidup seperti bentuk aslinya. Pembuat kue ini bisa mendulang omzet hingga Rp 19,6 juta per bulan.Bentuknya nyaris serupa dengan wujud aslinya: mi ramen jepang. Tapi soal rasa, beda jauh. Yang satu manis, satu lagi gurih. Maklum, mi ramen jepang palsu yang hampir menyerupai rupa aslinya itu adalah kue.Dari tangan Natasha Alexandra Tantama kue mirip mi ramen jepang tersebut lahir. Kue-kue yang bentuknya hampir menyamai wujud aslinya ini populer dengan sebutan sculpted cake. "Di Indonesia sudah ada, tapi belum sampai bisa mereplika makanan dan minuman secara detail," ungkap pemilik Cake et Cetera di Jakarta ini.Menurut Natasha, art sculpted cake sudah booming di Amerika Serikat (AS) dan Inggris sejak lima tahun terakhir. Bahkan, di Negeri Paman Sam sampai ada asosiasinya dan kontes yang digelar saban tahun.Sejatinya, Natasha tidak memiliki latar belakang kuliner. Ia jebolan Jurusan Psikologi University of Washington, AS. Ketertarikan dengan seni menghias atau membentuk kue berawal dari kesukaannya membuat aneka kerajinan tangan.Sambil kuliah, perempuan berparas cantik ini mengambil kursus dasar pembuatan sculpted cake di AS. Sisanya, Natasha belajar secara otodidak dari buku. "80% dari buku, buku adalah guru terbaik," katanya.Awalnya, Natasha membagikan kue buatannya ke beberapa temannya di AS. Ternyata, mereka suka. Dan, pesanan pun mengalir. Dari situ, perempuan 24 tahun ini mantap berbisnis sculpted cake di Tanah Air. "Saya juga ingin membawa sesuatu yang di Indonesia belum ada," ujar dia.Dengan bendera Cake et Cetera, Natasha memulai usaha kuenya di awal 2010 dengan membuka toko sekaligus workshop di daerah Jakarta Barat. Dengan hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut dan Facebook, sambutan yang ia dapat cukup bagus. "Enggak nyangka banyak yang benar-benar tertarik," katanya.Itu sebabnya, Natasha kembali terbang ke AS untuk memperdalam ilmunya dengan berguru ke master sculpted cake, Chef Casey Roger, jawara Food Network Challenge sekaligus pendiri People Revolution Cake.Saat ini, pesanan yang mengalir ke Cake et Cetera mencapai tujuh order setiap pekan. "Saya masih membatasi pesanan maksimal tujuh kue per minggu karena saya tidak mau hasilnya asal-asalan, saya ingin kualitas kuenya bagus," ujar Natasha.Dengan dibantu dua asistennya, Natasha menyelesaikan dua sculpted cake dalam tempo dua hari. Makanya, "Saya belum ingin produksi massal, saya mau fokus ke-art-nya dulu, membikin hidup makanan dan minuman seperti aslinya," kata dia. Tapi, bukan berarti dia tidak ingin memperluas usahanya, lo. Natasha menjual sculpted cake buatannya mulai harga Rp 700.000 tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya. Kebanyakan pesanan yang masuk adalah, kue ulang tahun dengan bentuk mi ramen jepang.Tapi, pembeli bisa memesan kue dengan tema sesuai keinginan mereka. "Kalau mereka tidak suka dengan pilihan tema yang saya sodorkan namun belum memiliki tema sama sekali, saya bantu mencarikan tema yang pas," ujar Natasha.Soal bahan baku sculpted cake, Natasha berani menjamin semuanya aman dikonsumsi. Ia mendatangkan bahan baku termasuk fondant dan pewarna kue langsung dari negara Barack Obama yang sudah mendapat sertifikat keamanan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FAD).Dengan pesanan mencapai tujuh kue seminggu dengan harga minimal Rp 700.000, Natasha bisa mengantongi omzet sebesar Rp 4,9 juta per pekan. Atau, tiap bulan total sebanyak Rp 19,6 juta. Selain berbentuk makanan dan minuman, Natasha juga membuat sculpted cake berwujud hewan atau benda sesuai dengan pesanan.Usaha membuat sculpted cake juga dilakoni Dewi Anwar. Tapi, pemilik Kitchen Craft Cake ini lebih suka menyebutnya dengan kue tiga dimensi.Dewi mengandalkan bahan baku fondant dan modelling chocolate untuk membuat kue tiga dimensi. Fondant adalah bahan dekorasi kue yang terbuat dari campuran gula, gelatin, glucose, glycerin, dan shortening. Fondant berbentuk seperti lilin mainan anak-anak dan cenderung elastis.Adapun modelling chocolate adalah pasta cokelat leleh lentur yang dibuat dari cokelat dan sirup. "Membentuk modelling chocolate lebih sulit daripada fondant, butuh suhu di bawah 20°C supaya mudah dibentuk. Lebih dari suhu itu, dia lembek," jelas Dewi.Dengan lapisan modelling chocolate, kue tiga dimensi mampu bertahan di dalam kulkas sampai satu minggu. Adapun, fondant tak boleh masuk kulkas. Tapi, ia hanya bisa bertahan di suhu ruangan selama 3 hari.Dewi membanderol harga kue tiga dimensinya mulai Rp 750.000 tergantung ukuran. Tapi, wanita 45 tahun ini pernah membuat kue tiga dimensi bertingkat tiga seharga Rp 3 juta. Dalam sehari, dibantu dua asistennya, Dewi mampu mengerjakan tiga kue tiga dimensi. Kalau digabung dari omzet pembuatan kue figur tokoh kartun, "Sebulan saya bisa dapat untung sampai Rp 20-an juta," katanya.Namun, Dewi tidak menerima pesanan kue tiga dimensi sesuai keinginan pembeli. "Toko cake biasanya tidak menerima pesanan rancangan kue pembeli. Cuma usaha rumahan saja yang mau terima pesanan ini," tutur Dewi.Menurut Natasha, bisnis sculpted cake cukup cerah karena pemainnya masih sedikit. "Jangka panjang, saya berencana membuka kursus sculpted cake," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News