Memberdayakan kaum marginal lewat pelatihan dan bisnis (2)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memberdayakan kaum marginal dengan memberikan pelatihan bisnis agar bisa menghasilkan produk yang punya nilai jual tinggi tak langsung menyelesaikan masalah. Pemilik usaha pemberdayaan sosial atau sosiopreneur ini tetap memiliki kendala yang harus mereka selesaikan.

Dewi Nur Cahyaningsih, pendiri Dynamic Learning, usaha sosial atau sosiopreneur yang memberdayakan kaum marginal, itu menilai bahwa  kendala yang dihadapi saat ini adalah soal produksi. Dewi mengaku ingin memiliki konveksi sendiri sehingga dapat lebih mengembangkan ekonomi kreatif bagi para kaum marginal yang dia bina.
 
Namun, membangun bisnis  konveksi tidak langsung menyelesaikan masalah. Karena dia mesti merangkul menumbuhkan jiwa berdaya kepada mereka. Ia ingin menularkan pemikiran kreatif agar menghasilkan produk bernilai tinggi.
 
Dewi menceritakan ada satu kelompok anak jalanan dan para orang tuanya di suatu tempat memiliki permasalahan berbeda-beda oleh karenanya penanganan pun tidak dapat disamakan. Namun, tetap tujuannya sama yakni pemberdayaan.
 
Tahun ini Dynamic Learning melebarkan sayap ke Medan dan juga Makassar. Selain itu, Dewi menjelaskan, ada lagi satu fokus yang ingin dilakukan di tahun ini yaitu program kesehatan mental. "Pengembangan SDM juga terus dilakukan," ujar dia.
 
Total saat ini sudah ada 280 orang yang sudah dipercayakan oleh Dynamic Learning. Sedangkan tim Dynamic Learning ada 80 orang yang tersebar di wilayah Semarang, Palembang, Yogyakarta, dan Jakarta.
 
Sementara itu Sativa Koeswojo, Volunteer Arumdalu Craft yang juga fokus pada pemberdayaan kaum marginal ini menyatakan bahwa kendala yang menghadang saat ini adalah pemasaran. Untuk itu, bulan ini direncanakan produk-produk di Arumdalu Craft mulai dipasarkan melalui marketplace atau situs belanja online. "Ini yang perlu kami lakukan," ungkapnya.   
 
(Selesai)  
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon