Kisah sukses Lawrence Ho dimulai sejak 2001. Kala itu, Lawrence memilih mendirikan bisnis di luar entitas sang ayah, Stanley Ho yang mendapat gelar raja judi Makau. Di tahun 2001, Lawrence mengambil alih Melco International. Ini adalah perusahaan yang merugi selama lebih dari empat tahun dan hanya memiliki 10 karyawan. Kala itu, Lawrence baru menginjak usia 25 tahun. Lawrence pun mengubah haluan bisnis Melco dari bisnis perdagangan menjadi bisnis resor dan kasino. Tiga tahun berselang, Lawrence berhasil membuat Melco meraih keuntungan dan memiliki 10.000 karyawan. Salah satu kunci keberhasilan Lawrence adalah mengenalkan Melco sebagai produsen mesin judi. Dengan kerja keras dan inovasi, ia berusaha membuktikan kepada keluarganya dan dunia bahwa dia mampu membangun kerajaan bisnisnya sendiri.
Sejatinya, menggandeng partner internasional adalah jurus kunci Lawrence yang sukses mendongkrak popularitasnya di kancah bisnis kasino internasional. Proyek pertama Lawrence dengan mitra asing dilakukan di Makau. Di sekitar tahun 2007, Lawrence bertemu dengan James Packer, pebisnis media asal Australia. Keduanya bersepakat mendirikan Melco Crown Entertainment dengan modal US$ 900 juta untuk membeli lisensi kasino di Makau. Asal tahu saja, bisnis Melco Crown terpisah dengan entitas bisnis kasino Stanley. Itu sebabnya Melco Crown harus merogoh kocek jumbo untuk membeli lisensi kasino sendiri. Proyek pertama Melco Crown adalah City of Dream, yakni kawasan resor dan kasino mewah di Makau. Kerjasama dua miliarder ini berlanjut dengan mendirikan resor dan kasino di Manila, Filipina. Dengan berbagai inovasi, Lawrence berkeyakinan bahwa industri kasino akan terus berkembang. Menurut dia, kasino tidak akan mengandalkan orangtua kaya raya, melainkan anak muda. Atas dasar itulah, Lawrence berusaha mewujudkan citra bahwa judi merupakan bagian dari rekreasi. Itu sebabnya, kasino racikan Lawrence menyodorkan teknologi canggih, dan bernuansa urban.