Membidik cuan dari bisnis game plus cafe



JAKARTA. Bisnis warung internet (warnet) mungkin saja sudah mulai tergerus zaman dengan semakin mudahnya mengakses internet melalui perangkat ponsel. Namun, berbeda dengan bisnis game center. Pasar yang luas dan karakteristik unik dari konsumennya membuat usaha warnet masih berprospek bagus.Salah satu yang menggeluti usaha ini adalah Gamer Xtreme (GX) yang berpusat di Jakarta. Usaha ini didirikan sejak 2008 di bawah naungan PT CyberWorld Network Indonesia (CNI). Direktur Operasional CNI Mengky Mangarek menuturkan, usaha game center ini berkonsep kafe atau biasa disebut gaming cafe. Lantaran menawarkan bermain game sembari bisa menikmati makan dan berkumpul dengan sesama gamer, maka ia optimistis, usaha ini berprospek bagus. "Konsep seperti ini sudah ramai di Korea Selatan dan mendapat respon positif," klaimnya.Dalam satu gerai GX terdapat beberapa unit komputer dan konsol game dari berbagai merek ternama, seperti Playstation dan Xbox. Tarifnya Rp 10.000 per jam untuk konsol, dan Rp 5.000 per jam untuk komputer. “Dari aspek legalitas kita juga memakai software dan game asli, bukan bajakan,” katanya.Sejak 2008, CNI mulai mewaralabakan usaha ini. Kini, sudah ada tujuh gerai GX yang tersebar di Jakarta dan Bandung. Rinciannya dua milik pusat, sedangkan sisanya milik franchisee.Berminat menjajal usaha ini? Ada tiga paket investasi Gamer Xtreme. Tipe A seharga Rp 1,2 miliar - Rp 1,6 miliar, dengan luas ruangan minimal 200 meter persegi (m2). Lalu, tipe B dengan investasi Rp 700 juta - Rp 800 juta. Luas ruang untuk tipe ini 90 m2 - 200 m2. Terakhir, tipe C dengan luas ruang kurang dari 90 m2. Harga paket ini Rp 400 juta.Paket tersebut sudah termasuk biaya franchise Rp 130 juta selama lima tahun. Tipe A akan mendapat 60 unit komputer atau konsol, disertai kafe. Adapun, tipe B meliputi 30 unit komputer atau konsol, plus mini kafe.Sedangkan, tipe C hanya berupa game center dengan jumlah sekitar 20-an unit komputer atau konsol.Balik modal 2 tahunMengky memperkirakan, franchisee bisa menghasilkan omzet berkisar Rp 45 juta - Rp 120 juta per bulan. Dengan laba bersih hingga 51%, franchisee diharapkan balik modal dalam dua tahun.Franchisee wajib bayar biaya royalti sebesar 5% dari omzet bulanan, plus biaya manajemen 1% dari omzet.Pengamat waralaba Evi Diah menilai, bisnis game center yang diusung GX sudah tidak booming lagi. Makanya, mitra harus mencermati bagaimana cara bisnis ini bisa bertahan dalam jangka panjang. "Jangan sampai bisnis berjalan secara musiman alias karena tren saja," ungkapnya.Selain itu, pihak pusat harus bisa menunjukkan GX memiliki daya tarik sendiri. Hal ini dimulai dari pemilihan target pasar, kemudian penetuan lokasi, tampilan outlet serta fasilitas yang diberikan. "Pelaku usaha juga harus melakukan riset, sehingga bisa menciptakan inovasi yang bisa mengundang orang mau terus datang ke tempat itu," saran Evi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini