Membuka usaha kantin gampang-gampang susah



Dengan pasar yang sudah pasti dan besar, usaha makanan di kantin perkantoran bisa menghasilkan omzet yang lumayan besar. Apalagi, persaingannya tidak terlalu ketat, karena pemainnya dibatasi. Hanya, harus punya akses untuk membuka warung makan di kantin perkantoran yang penghasilannya bisa mencapai Rp 25 juta sebulan.Memulai usaha kuliner di kantin perkantoran gampang-gampang susah. Gampang karena tidak perlu menyediakan makanan yang aneh-aneh. Susah lantaran pengelola gedung membatasi pelaku usaha yang boleh membuka warung makan. Siapa cepat dia dapat.Dede Budiati yang punya warung makan di kantin Kantor Pos Pusat Jakarta di daerah Lapangan Banteng mengungkapkan, tidak semua orang memiliki akses untuk memulai usaha di kantin perkantoran.

Contoh, Dede memulai usaha di Kantor Pos Pusat Jakarta setelah mendapat informasi dari kerabatnya yang bekerja di sana. "Ada lowongan penjual makanan, terus saya coba," katanya.Namun, harga sewa ruang di kantin perkantoran juga lumayan tinggi. Yuni Trianingsih, pemilik warung makan di kantin Wisma Agro Manunggal, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, mengatakan, tiap tahun dirinya harus membayar sewa Rp 25 juta.Yuni menyarankan, agar mencari perkantoran dengan lokasi yang strategis dengan mempertimbangkan jumlah karyawan dan jumlah penjual makanan lain yang ada di kantin tersebut.

Hanya saja, Yuni harus menghadapi lonjakan harga bahan baku. Tapi, dia tidak serta merta bisa mengerek harga jual makanannya. Sebab, "Bisa-bisa pembeli pindah ke tempat lain," katanya. Paling banter, ia hanya dapat menaikkan harga jual aneka jus buatannya dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.000 per gelas.Yang tidak kalah penting, Dede bilang, menjual makanan yang beda dengan penjual lainnya. Ia, misalnya, menawarkan masakan khas sunda, mulai pepes ikan, ayam goreng, sayur asem, dan nasi timbel.Sejak jam enam pagi, Dede sudah sampai di warungnya untuk mempersiapkan dagangannya. Lantaran peminatnya banyak, menjelang sore semua makanan yang ia jual ludes.Tiap hari, Dede menghabiskan 10 liter beras untuk membuat nasi timbel. "Kalau ramai banget seperti tanggal-tanggal muda, saya bisa mendapatkan omzet Rp 1 juta sehari," ujarnya.Sewa ruang di kantin Kantor Pos Pusat Jakarta tidak semahal di gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Hanya Rp 8,8 juta saja per tahun. Namun, Dede juga harus merogoh kocek Rp 300.000 saban bulan untuk menggaji seorang petugas kebersihan. Sebetulnya, Dede mendapat tawaran untuk membuka warung di kantin perkantoran Mangga Dua, Jakarta Barat. Namun, ia tidak langsung buru-buru menjawab iya, karena harus melakukan survei lokasi dan jumlah karyawan dulu. Linda Martini, pemilik Joe di kantin Menara Thamrin, Jakarta Pusat bilang, peluang bisnis makanan di perkantoran lebih besar dibandingkan dengan di pusat perbelanjaan atau mal. "Di perkantoran, setiap hari pasti ada yang datang membeli. Pesaingnya juga tidak banyak seperti di mal," ungkap dia.Awalnya, Linda yang terjun ke usaha kantin perkantoran sejak Juni 2004 membuka usaha kantin di Gedung Prudential, Jalan Thamrin. Namun, lantaran perusahaan asuransi ini pindah kantor ke Jalan Sudirman, pengelola Menara Thamrin menawari Linda untuk membuka warung makanan di kantinnya.Linda hanya menjual makanan rumahan sehari-hari, seperti sup, pelbagai macam tumis, ikan, dan ayam. Harga per porsinya, ia patok mulai Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Saban hari, lebih dari 75 pembeli datang makan ke kantinnya sehingga omzetnya mencapai Rp 25 juta selama 20 hari kerja.Nah, biar pelanggan tetap setia, Linda menyarankan, setiap hari paling tidak ada menu yang harus diganti. Dan, "Makanan yang kita masak harus terjaga kebersihannya," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi