Membukukan laba dari sekolah untuk orang tua



Pola asuh orang tua berperan sangat penting bagi perkembangan diri seorang anak. Sayang, banyak orang tua yang kurang paham pola pengasuhan yang benar. Situasi itu, melahirkan peluang bisnis baru berupa sekolah pendidikan mengasuh anak (parenting).Dunia usaha terbentang luas tanpa batas. Saban hari muncul bisnis baru, menjawab kebutuhan manusia yang makin beragam. Salah satunya adalah kebutuhan informasi tentang pola asuh anak yang baik dan benar. Kebutuhan semacam itu mendorong kehadiran usaha seputar pengasuhan anak.Maklum, kita sering melihat persoalan yang kian beragam yang harus dihadapi anak-anak di luar sana. Tengok saja, media kerap mengulas kasus anak yang melakukan tindak kejahatan, kecanduan narkoba, dan lainnya. Nah, orang tua yang baik tentu tak ingin buah hatinya salah langkah. Sebaliknya, mereka mendambakan si anak tumbuh menjadi seorang yang cerdas dan berkepribadian unggul. Motivasi itu yang mendorong banyak orang tua rela meluangkan waktu dan biaya untuk mengikuti sekolah parenting.Pendiri Parenting University di Padang, Hasbi, melihat hal ini. “Berbagai kasus yang terjadi pada anak mendorong orang tua untuk mencari tahu cara pengasuhan anak yang tepat,” jelas dia. Sering tindakan yang dilakukan orang tua justru mengaburkan arti kasih sayang dan perhatian pada anak.Hanlie Muliani, pendiri Sahabat Orang Tua dan Anak, menyodorkan pendapat yang senada. “Banyak orang tua yang membutuhkan jasa parenting karena ada banyak anak yang memiliki masalah di sekitar kita,” tuturnya. Sejak tahun lalu, Hanlie bersama sang suami serius menggeluti usaha parenting. Awalnya, Hanlie, yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi klinis, hanya melayani konsultasi di sela-sela hari libur. Setelah melihat kliennya terus bertambah, ia pun mendirikan sekolah parenting di Summarecon Serpong. Kini, Sahabat Orang Tua dan Anak menawarkan jasa berupa konsultasi, seminar, kelas, dan pelatihan cara mengasuh dan mendidik anak. Pendidikan itu diberikan kepada orang tua, guru, anak, dan remaja. Para orang tua yang akhirnya menjadi klien, biasanya, merupakan mereka yang pernah mengikuti seminar yang digelar Hanlie. Usai mengikuti seminar, barulah mereka tertarik untuk melakukan konsultasi lanjutan, berupa kursus dalam beberapa kali pertemuan.Kursus biasanya diikuti oleh kedua orang tua. “Pertemuan dilakukan seminggu sekali selama dua jam, jangka waktu pendidikannya sesuai kebutuhan klien,” kata Hanlie.Berbeda dengan Hasbi, ketertarikan untuk menyelenggarakan sekolah parenting justru berangkat dari pengalaman pribadi dalam mengasuh anak. Hasbi, yang menyandang titel magister pendidikan dari Australia ini, menyadari bahwa latar belakang pendidikan yang tinggi, tidak memberikan jaminan bahwa si orang tua akan sukses mendidik anak. “Saya fokus di bidang pelatihan parenting karena saya yakin bahwa perbaikan suatu bangsa berawal dari keluarga,” kata Hasbi.Saat ini, Hasbi aktif memberikan pelatihan parenting melalui seminar, workshop, atau pelatihan orang tua murid di sekolah. Selain itu, ia juga menyuarakan program parenting melalui stasiun radio.Butuh passionMateri yang disampaikan dalam jasa ini, di antaranya, seputar arti kasih sayang, pendidikan anak, menggali potensi anak serta berpikir positif. Hanlie yang juga berprofesi sebagai psikolog ini mengembangkan sendiri materi pendidikan untuk kursus parenting-nya.Ia membuka praktik mulai hari Senin hingga Sabtu. Dalam sehari, Hanlie bisa memberikan konsultasi ke para orang tua, minimal lima jam. Tarif konsultasi parenting ini sebesar Rp 400.000 setiap dua jam.Lantaran ditangani sendiri, margin jasa konsultasi ini sangat besar. “Untuk konsultasi marginnya bisa sampai 100%,” kata Hanlie sumringah.Selain itu, Sahabat Orang Tua dan Anak juga mengadakan kelas-kelas parenting. Biasanya, kelas ini diselenggarakan sebulan sekali. Setiap peserta harus membayar Rp 150.000 dengan durasi selama dua jam.Rata-rata ada 15 peserta dalam satu kelas parenting. Kelas ini diselenggarakan di kantor Hanlie. Hanya dari jasa sekolah orang tua, Hanlie mengaku, bisa mengantongi pendapatan belasan juta rupiah per bulan.Ada juga seminar diselenggarakan sebulan sekali di hotel. Untuk program yang satu ini, biayanya cukup mahal, yakni Rp 3,25 juta per orang. Biasanya, dalam satu penyelenggaraan seminar, jumlah peserta berkisar 15 orang sampai 20 orang. Di luar itu, Hanlie kerap diundang menjadi pembicara seminar dengan tarif Rp 1 juta per jam.Dalam menjalankan roda usaha Sahabat Orang Tua dan Anak, Hanlie dibantu oleh suaminya. Selain itu, ada seorang pegawai yang bertugas mencatat administrasi dan seorang office boy (OB). Sedang untuk mentor di kelas, dia mempekerjakan beberapa orang karyawan paruh waktu (freelance).Mentor terutama dibutuhkan untuk memberikan pelatihan pada anak-anak dan remaja yang mengikuti kursus pengembangan karakter dan potensi anak. Pelatihan yang membidik pasar anak-anak ini, biasanya berlangsung selama 40 pertemuan dalam setahun. Biaya kursusnya sebesar Rp 7,2 juta. Untuk pengembangan karakter ini, Sahabat Orang Tua dan Anak bekerja sama dengan Golden Life Institute (GLI). Seseorang yang ingin membangun usaha seperti ini, menurut Hanlie, harus memiliki passion atau hasrat yang kuat untuk menangani anak-anak dan remaja. Maklum dengan bekal passion tersebut, seseorang akan lebih bisa memahami dan mendalami dunia anak-anak dan remaja serta menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi.Untuk tempat usaha bisa menyewa bangunan, seperti ruko. Namun, Anda harus merenovasi ruko tersebut dan membagi ruang dalam beberapa kelas, ruang tunggu, ruang bermain anak, ruang konsultasi, dan ruang kantor. Adapun untuk seminar bisa dilakukan di hotel, sekolah, atau tempat lainnya.Dalam menjalankan bisnis, salah satu hal yang paling utama adalah merekrut karyawan yang akan menjadi mentor. Sahabat Orang Tua dan Anak sendiri merekrut mentor, baik yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi maupun bidang pendidikan lainnya. “Namun, latar belakang pendidikan psikologi juga tidak menjamin seseorang menguasai kemampuan parenting,” imbuh Hanlie. Karena itu, dia rutin mengadakan pelatihan internal dua minggu sekali. Untuk promosi, Hanlie hanya mengandalkan kepercayaan dari orang-orang yang pernah berkonsultasi dengannya. Klien juga datang dari peserta seminar parenting yang menyimaknya sebagai pembicara. “Dasarnya dari kepercayaan dan cerita mulut ke mulut. Kedua hal itulah yang lebih efektif,” kata Hanlie.Mau meniru?     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi