Memilah saham LQ45 yang memikat



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bearish membuat saham dengan likuiditas tinggi ikut tergerus. Saham yang tergabung di indeks LQ45 menurun dalam. Maklum, saham emiten di indeks LQ45 paling banyak digenggam investor asing.

Padahal, kata Managing Director Investa Saran Mandiri, Jhon Veter, penurunan IHSG belakangan ini karena aksi jual asing. "Kalau asing berinvestasi bukan ke saham abal-abal, tapi ke LQ45," ujar dia, Jumat (21/6). Sebab, emiten dalam indeks LQ45 biasanya mempunyai fundamental yang cukup bagus.

Dalam jangka pendek, potensi IHSG untuk kembali ke tren menguat, agak kecil. Bahkan, analis Ciptadana Securities, Syaiful Adrian memperkirakan, IHSG masih berpotensi turun lebih dalam. "Masih ada kemungkinan bursa turun lebih dalam hingga bottom di 4.300," ujar dia.


Karena itu, David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital menduga, potensi rebound indeks masih cukup jauh. "Mungkin bulan depan baru bisa," ujar dia. Namun, merujuk pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pembelian besar-besaran kembali akan terjadi di kuartal III atau kuartal IV.

Strategi investasi

Karena itu, John menyarankan, pelaku pasar mengurangi portofolio di LQ45 dalam jangka pendek sampai ada pembalikan arah yang solid. Salah satu indikator potensi pembalikan arah adalah bila inflasi menurun.

Tapi, menurut Syaiful, strategi investasi dapat dilakukan pelaku pasar sesuai karakteristik si investor. Jika investor menginginkan investasi saham untuk jangka panjang (long term), saat ini adalah waktu yang tepat untuk masuk ke beberapa saham. "Jika harga turun maka dapat membeli kembali untuk mengurangi harga rata-ratanya (average down)," jelas Syaiful, akhir pekan lalu.

Jika IHSG berbalik arah alias rebound, menurut Jhon, saham LQ45 akan menjadi motor penggerak IHSG. "LQ45 mempunyai kemampuan pembalikan arah (rebound) yang sangat cepat," ujar dia. Sebab, investor akan memilih emiten dengan karakteristik seperti saham di LQ45 yaitu berfundamental bagus dan likuid.

Analis Lautandhana Securindo, Widhi Indratmo Nugroho juga setuju jika LQ45 memiliki kemampuan rebound yang paling cepat. "Saat ini dari valuasi fundamental, saham bluechips sudah terdiskon semua," ujar dia.

Widhi mencontohkan saham-saham bluechip dengan volatilitas besar yang sudah terdiskon dan masih menarik, yaitu saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri Indonesia Tbk (BMRI) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).

ASII misalnya, menurut Widhi, dari sisi fundamental meski tertekan kenaikan harga BBM bersubsidi, namun dalam jangka panjang dapat diuntungkan dengan kebijakan produk mobil murah.

Sementara, Syaiful merekomendasikan saham-saham perbankan, seperti BMRI dan juga saham ASII yang banyak ditinggalkan asing. Bagi Syaiful meski BI rate naik, secara fundamental BMRI tidak akan kena dampak terlalu buruk. Sebab, mempunyai loyalitas konsumen yang lebih tinggi.

Sedangkan Jhon menyukai, emiten sektor properti karena memiliki fokus pasar dalam negeri. Lagi pula, kebutuhan akan rumah masih tinggi. Saham yang menjadi jagoannya antara lain saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana