Memilah Saham Transportasi dan Logistik yang Punya Prospek Apik, Cek Rekomendasi Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi perlambatan ekonomi dan tensi geopolitik yang bisa menyumbat rantai pasok industri, masih membayangi sektor transportasi dan logistik di tahun ini. Faktor itu bisa menjadi tantangan, sekaligus peluang bagi emiten yang bergelut di sektor tersebut.

Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi kinerja sektor transportasi dan logistik secara nilai bisa mencapai Rp 1.436 triliun pada tahun 2024, tumbuh 14,16% dibandingkan tahun lalu. 

CEO Supply Chain Indonesia, Setijadi, mengungkapkan estimasi tersebut mencakup transportasi penumpang dan barang, serta pergudangan.


SCI memperkirakan pendorong utama sektor ini berasal dari industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan, dan konstruksi. 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham ARTO, BFIN, CMRY, ACES dari Kiwoom Sekuritas Hari Ini (23/1)

"Selain berkontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi, sektor logistik berpotensi meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya dengan peningkatan efektivitas dan efisiensi," ujar Setijadi kepada Kontan.co.id, Senin (22/1).

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada sepakat sektor transportasi dan logistik merupakan penyokong bergulirnya roda ekonomi, sebagai penghubung dari satu industri ke industri lainnya. 

Sehingga, kinerja perusahaan di sektor ini tak bisa terlepas dari tingkat mobilitas dan konsumsi masyarakat maupun performa industri manufaktur.

"Meningkatnya daya beli juga secara tidak langsung mendukung pertumbuhan mereka. Ini bagian dari supply chain management untuk memenuhi permintaan pasar. Jadi, akan banyak kegiatan yang terlibat," kata Reza.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda menambahkan, kinerja emiten transportasi dan logistik dapat terdorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan mencapai 4,7% - 5,5% pada tahun 2024. Katalis penting lainnya adalah Pemilu dan Pilpres yang bisa berdampak positif bagi sektor ini.

Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya menimpali, ada sejumlah faktor yang dapat mendongkrak kinerja emiten transportasi dan logistik. Antara lain pertumbuhan e-commerce, berlanjutnya pembangunan infrastruktur, serta kenaikan investasi di bidang pergudangan.

Meski begitu, ada tantangan atau risiko yang menyelimuti sektor ini. Terutama akibat efek geopolitik terkait konflik di kawasan Laut Merah.  "Bagi kapal yang menghindari Laut Merah tentu rute yang dilewati akan lebih jauh dan butuh bahan bakar lebih besar, serta pengiriman akan memakan waktu lebih lama," kata Arinda.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Daniel Widjaja menyoroti hal yang sama. Untuk menempuh rute alternatif, memang perlu tambahan biaya. Namun di sisi yang lain, akan ada kenaikan tarif angkutan terutama untuk kapal-kapal berjenis kargo.

Dus, emiten yang bergerak pada segmen logistik tersebut bisa mencuil peluang dari situasi ini. Meski, strategi bisnis emiten akan menjadi krusial supaya bisa menumbuhkan margin laba di tengah kenaikan pendapatan dan beban. 

Hanya saja, Daniel mengingatkan sentimen dari faktor geopolitik ini hanya bersifat jangka pendek - menengah saja. Sehingga saham emiten di sektor transportasi dan logistik sementara ini bisa secara selektif dipertimbangkan sebagai pilihan trading.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham BBRI, UNVR, CTRA, dan ARTO untuk Perdagangan Selasa (23/1)

Dari sisi pergerakan saham, secara sektoral indeks transportasi dan logistik sedang berbalik arah pada awal pekan ini. Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,28%, IDX Transportasi & Logistik malah melemah 1,65% pada Senin (22/1).

IDX Transportasi & Logistik turun paling dalam secara harian dibandingkan indeks sektoral lainnya. Padahal, hingga akhir pekan lalu sektor ini masih menjadi indeks sektoral dengan laju paling kencang. Secara year to date, kenaikan saat ini sudah terpangkas menjadi 3,26%.

Menurut Vicky, kondisi ini justru bisa menjadi momentum untuk mengoleksi saham dengan valuasi yang masih tergolong murah. Vicky menilai PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) sebagai pilihan menarik dengan strategi buy on weakness. Target harga masing-masing ada di Rp 2.290 dan Rp 965.

Arinda turut menjagokan saham BIRD dan ASSA, dengan target jangka pendek pada level Rp 1.800 - 1.880 dan Rp 825. Kemudian, buy saham PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) dengan target jangka pendek di level Rp 390. 

Sementara itu, Daniel melirik saham SMDR dan PT Temas Tbk (TMAS). Sedangkan Reza memilih saham SMDR, ASSA dan PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi