KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing yang kembali mencatatkan aksi beli bersih
(net buy) turut mendorong gerak menanjak Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG). Hanya saja, investor perlu cermat lantaran ada sejumlah sentimen yang bisa menyumbat arus
capital inflow ke pasar saham domestik. Meski dominan bergerak di zona merah sepanjang perdagangan Kamis (16/11), IHSG hanya turun tipis 0,19 poin. Nyaris tak beranjak dari penutupan Rabu (15/11) di area 6.958. Investor asing mencetak
net buy sebesar Rp 405,65 miliar, meneruskan posisi di hari sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp 681,32 miliar. Situasi ini menjadi angin segar di tengah posisi
net sell yang secara
year to date sudah bernilai jumbo, yakni Rp 15,32 triliun. Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengamati
capital outflow dari investor asing utamanya dipicu oleh sentimen geopolitik dan kebijakan moneter global, khususnya The Fed pada kuartal III-2023.
Memasuki pertengahan bulan November ini, situasi yang lebih kondusif berpotensi mendorong IHSG dan menarik
capital inflow. Salah satu faktor pentingnya adalah sinyal dari The Fed soal arah kebijakan yang
less aggressive hingga tahun 2024.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.958 Kamis (16/11), BBCA, BRPT, BMRI Paling Banyak Net Buy Asing "Hal ini berpotensi memicu investor baik domestik dan asing untuk melakukan
priced in terhadap instrumen investasi berisiko tinggi termasuk saham," kata Rio kepada Kontan.co.id, Kamis (16/11). Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menambahkan, sentimen eksternal memang mendorong
capital inflow ke pasar Indonesia. Katalis penting masih bersumber dari Amerika Serikat (AS) yang melaporkan inflasi di tingkat konsumen secara tahunan di level 3,2% pada Oktober 2023, lebih rendah dari bulan sebelumnya di posisi 3,7%. Kondisi ini ikut berimbas pada imbal hasil US Treasury, yang kemudian menyebabkan nilai tukar rupiah kembali terapresiasi. "Hal ini turut menjadi katalis positif investor asing kembali masuk ke instrumen portofolio domestik, salah satunya pasar ekuitas," terang Ratih.
Baca Juga: Pemilu 2024 Makin Dekat, Ini Dampak Visi Misi Capres ke Saham Emiten Terkait Equity & Economics Analyst KGI Sekuritas Indonesia Rovandi mengamini, perkembangan di AS juga memompa
capital inflow di
emerging markets kawasan Asia, termasuk Indonesia. "Dengan inflasi di AS mulai melemah dan terlihat arus dana masuk kembali ke Asia. Jadi sentimen positif buat IHSG di bulan ini," ujar Rovandi. Meski tidak signifikan, tapi Rio mencermati bahwa momentum
rebalancing Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) ikut memberikan kontribusi. Hal ini mempertimbangkan sebagian investor asing yang berinvestasi di pasar Indonesia menggunakan jasa manajer investasi. "Sehingga, dengan adanya
rebalancing indeks MSCI relatif mendorong
capital inflow ke pasar Indonesia sebagai bentuk rotasi indeks dalam portofolio mereka," kata Rio
Baca Juga: Pemilu Semakin Dekat, Intip Saham yang Berpotensi Terkerek Program Capres Namun, investor tetap harus waspada, lantaran sumbatan bagi
capital inflow masih ada. Rio mengingatkan potensi
capital outflow bahkan masih terbuka lebar menimbang masih adanya
uncertainty risk, terutama akibat kondisi geopolitik. Sedangkan Ratih menyoroti potensi tren suku bunga tinggi yang masih berjalan hingga tahun depan. Alhasil, meski volatilitas global perlahan mereda dan pertumbuhan ekonomi nasional terjaga, pelaku pasar masih
wait and see. Termasuk terhadap kebijakan moneter The Fed di awal bulan Desember nanti. Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menimpali, potensi
net buy akan berlanjut sampai tutup tahun 2023. Tapi secara akumulasi lebih berpeluang tetap membukukan
net sell. Sukarno pun menyoroti sentimen Pemilihan Presiden (Pilpres). "Untuk proyeksinya, tahun depan potensi
net buy sebesar atau mendekati
net sell di tahun ini. Kuncinya Pilpres berjalan dengan kondusif, yang bakal jadi sentimen positif siapa pun yang menjadi pemenangnya," ujar Sukarno.
Baca Juga: BEI Tengah Mengkaji Pembukaan Kode Broker Rekomendasi Saham
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto ikut mengamati, biasanya IHSG juga cenderung stagnan menjelang Pilpres. Dia lantas mengingatkan
capital inflow yang kembali mengalir dalam dua hari terakhir belum bisa dikatakan sebagai titik balik. Hanya saja, penurunan terbatas IHSG ini masih berupa koreksi sehat, yang justru layak dimanfaatkan sebagai momentum koleksi. William pun memilah sejumlah sektor dan saham yang berpeluang menjadi buruan investor asing pada akhir tahun ini. Saham-saham emiten bank, tambang dan energi masih bisa unjuk gigi. Selain itu, William melihat sektor properti juga cukup seksi. Dia mengamati investor asing mulai mengakumulasi beberapa saham properti dalam satu bulan terakhir.
Baca Juga: IHSG Turun Tipis ke 6.958 Kamis (16/11), Simak Rekomendasi Esok Dus, dari sektor tersebut pelaku pasar bisa mencermati PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI), PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA), PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (
BSDE), dan PT Ciputra Development Tbk (
CTRA). Rovandi juga menjagokan saham bank, terutama empat
big bank dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (
BTPS). Kemudian saham emiten tambang yakni MDKA, PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) dan PT United Tractors Tbk (
UNTR). Di samping itu, Rovandi menyodorkan saham
poultry, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN). Sukarno memilah empat saham sebagai
stock pick, yakni BBRI, BBNI, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM) dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (
JSMR). Sedangkan Rio menyematkan rekomendasi
trading buy terhadap saham MDKA, PT Astra International Tbk (
ASII) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (
ACES). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati