JAKARTA. Tujuan investasi bukan semata-mata untuk mengejar keuntungan. Tujuan utama berinvestasi terutama untuk mengamankan dana dengan risiko terukur. Begitu pegangan Joseph Darmawan Angkasa, Presiden Direktur PT Asuransi Mitra Maparya Tbk, dalam memutar dana investasinya. Pria kelahiran Jakarta 20 Maret 1968 ini berpegang teguh pada prinsip itu. Maka dia tidak mudah tergiur dengan berbagai tawaran investasi yang memberi iming-iming imbal hasil besar tapi berisiko tinggi. Joseph berkisah, investasi yang pertama kali ia lakukan berupa deposito. Saat itu di tahun 1990, ia masih bekerja di Deutsche Bank AG, Indonesia. "Waktu itu pertama kali saya bekerja dan memilih deposito karena belum kenal instrumen investasi yang lain," ujar Joseph kepada KONTAN, pekan ini.
Lantaran ini merupakan investasi perdananya, Joseph mengambil deposito tenor jangka pendek, hanya beberapa bulan saja. Ia merasa, masih dalam tahap belajar investasi sehingga harus mencermati segala aspeknya. Pada 1995, Joseph baru berani mengalihkan dananya ke instrumen yang lebih berisiko yaitu reksadana. Awalnya, ia membuka reksadana jenis pendapatan tetap. Tapi, krisis di pasar modal saat itu, membuat imbal hasil reksadana tak sesuai harapan. Bahkan, produk reksadana pendapatan tetap saja bisa turun nilai pokoknya pada saat itu. Alhasil, Joseph hanya memegang reksadana pendapatan tetap itu selama satu tahun. Kemudian, ia memindahkan asetnya tersebut ke produk reksadana lain yakni reksadana pasar uang. Garis besarnya, sejak 1995 hingga 1998, Joseph hanya berinvestasi di reksadana. Return yang diperoleh waktu itu di atas bunga deposito. Dari sana, pengetahuan dan pengalaman Joseph tentang investasi bertumbuh. Dia pun mulai berani mengembangkan investasi berikutnya.Joseph kini tidak lagi terpaku pada investasi di produk-produk pasar keuangan, seperti reksadana dan deposito. Ia juga memiliki beberapa properti untuk investasi, seperti rumah dan apartemen. Ia juga memiliki rumah toko (ruko) dua lantai yang ia sewakan sebagai kantor. "Ruko itu bekas kantor istri saya. Sudah tidak dipakai, akhirnya kami sewakan," tutur dia. Ruko ini terletak di kawasan elite Permata Senayan, Jakarta Pusat. Ia memasang tarif sewa Rp 250 juta per tahun. Harga ruko tersebut juga sudah naik empat kali lipat dari harga sewaktu ia beli pada 2005. Dia membeli ruko ketika belum ada tren menjadikan ruko sebagai alat investasi, sehingga harganya tidak terlampau mahal.
Joseph yang sudah bekerja di Grup Kalbe Farma sejak tahun 1997, juga masuk ke bisnis rumah sakit. Total sudah ada lima rumah sakit yang ia miliki di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. "Hanya rumah sakit kecil-kecilan. Yang aktif mengelola istri saya," kata Joseph merendah.Sebagai kepala rumah tangga, Joseph belum mengajarkan anak-anaknya untuk terjun berinvestasi. Putrinya yang tertua kini berusia 18 tahun. Joseph membimbingnya untuk mendalami bisnis. Salah satu caranya, dengan mengajak putri sulungnya itu ke kantor dan menyodorkan sebuah kasus bisnis. Dari situ, sang putri mendapat pelajaran awal menangani sebuah bisnis dan manajemen perusahaan dari sang ayah. Sesuai dengan tujuan utamanya dalam berinvestasi, Joseph mengaku sebagai investor konservatif. Bagi dia, saat berinvestasi, yang terpenting ialah uang yang ditanamkan bisa bertumbuh tanpa ada risiko besar kehilangan nilai pokoknya. "Kalau ditanya untuk apa saya berinvestasi, jawabnya untuk dana pendidikan anak-anak saya," terang bapak tiga anak ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sofyan Hidayat