Memilih produk investasi untuk dana pensiun



JAKARTA. Jangan menunda-nunda mempersiapkan dana pensiun. Agar hasil investasinya maksimal, Anda perlu cermat memilih produk investasi untuk dana pensiun.

Guna meminimalkan risiko, Aidil Akbar, perencana keuangan dari Akbar Financial Check Up, menyarankan untuk menempatkan dana pensiun pada beberapa produk investasi seperti saham dan reksadana saham, dengan cara membeli tiga produk dengan kinerja terbaik.

Sedang Eko Endarto, perencana keuangan dari Financia Consulting menyarankan memilih satu produk seperti saham atau reksadana saham. “Supaya gampang memantaunya,” ujar Eko.


Jika Anda sudah paham berinvestasi langsung ke saham, Aidil menyarankan untuk memilih beberapa saham blue chip yang rutin membagi dividen tiap tahun. “Berbeda investasi saham untuk trading yang hanya jual beli dan untuk pensiun jangka panjang,” imbuh Aidil.

Berinvestasi langsung ke saham memerlukan nominal dana yang besar. Pilihan lain adalah reksadana saham yang saat ini imbal hasilnya berkisar 18%–20%.

Produk seperti emas juga bisa dipilih. Namun, Aidil maupun Eko mengingatkan bahwa imbal hasil emas saat ini tidak terpaut jauh dari inflasi, yakni sekitar 12%–15%. Itu juga sangat bergantung permintaan dan penawaran. Menurut Eko, penempatan dana di emas cocok jika jangka waktu yang dimiliki hanya lima tahun.

Pilihan lain investasi dengan jangka waktu kurang dari lima tahun adalah reksadana pendapatan tetap dan obligasi.

Nah, kebanyakan orang memilih properti untuk simpanan masa pensiun. Selama sepuluh tahun terakhir ini kenaikan harga properti memang cukup tinggi. Imbal hasil investasi properti di beberapa wilayah bahkan bisa melampaui imbal hasil reksadana saham.

Namun salah satu kelemahan investasi properti adalah tidak likuid. Jika hendak menjual sesuai atau di atas harga pasar, Anda perlu waktu lebih lama. “Kalau mau cepat terjual, harus menurunkan sekitar 10%–20% di bawah harga pasar, risiko ini harus diperhitungkan,” jelas Aidil.

Sebagian orang yang tidak mau repot, pilih menyisihkan dana melalui unitlink. Sebenarnya, unitlink yang merupakan produk gabungan antara asuransi dan investasi kurang tepat jika dipilih sebagai penempatan investasi dana pensiun.

Soalnya, menurut Eko, harga unitlinik bisa empat kali lebih tinggi daripada reksadana saham atau saham. Selain itu, imbal hasilnya juga kurang maksimal. Hanya saja, “Kelebihannya bisa sekaligus menyiapkan warisan,” ujar Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata