Memilih produk reksadana syariah yang tepat sesuai kebutuhan



KONTAN.CO.ID - Industri reksadana syariah di Indonesia berkembang signifikan. Pada 2017, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total dana kelolaan reksadana bernapas Islami melonjak 89,62% menjadi Rp 28,31 triliun dibanding 2016 sebesar Rp 14,93 triliun.

Pertumbuhan  itu sejalan dengan produk-produk baru reksadana syariah yang terus bermunculan. Data PT Infovesta Utama menunjukkan, hingga kini produk reksadana syariah lebih dari 140 produk. Yang terbanyak, reksadana saham syariah.

Meski begitu, Agus B. Yanuar, Presiden Direktur PT Samuel Aset Manajemen (SAM) meningatkan, porsi dana kelolaan reksadana syariah baru 5,7% dari total dana kelolaan reksadana konvensional. “Sejak diperkenalkan, dana kelolaan reksadana syariah tidak beranjak dari 5%–10% dari dana kelolaan reksadana konvensional,” ujarnya dia.


Tahun ini, Agus memprediksikan, imbal hasil (return) reksadana pasar uang syariah sekitar 3%–5%, pendapatan tetap 7%–9%, campuran syariah 10%–13,5%, serta saham syariah 12%–15%.

Sedang Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama, memperkirakan, kinerja reksadana saham syariah hingga akhir tahun nanti tumbuh 10%–12%, campuran syariah 8%–10%, dan reksadana pendapatan tetap syariah sekitar 6%–8%.

Katalis positif reksadana syariah berasal dari dukungan perbaikan ekonomi dalam negeri. Terutama, dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terjaga, dengan tingkat suku bunga yang kenaikannya tak agresif. “Jadi, masih mendukung pertumbuhan sektor riil,” kata Wawan.

Perbaikan harga komoditas global, imbuh Wawan, juga jadi katalis positif, terutama untuk reksadana syariah berbasis komoditas.

Tambah lagi, ada momen besar, seperti pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak dan Asian Games, yang bisa memacu peningkatan belanja konsumen. Sekaligus, menjaga pertumbuhan ekonomi yang didominasi konsumsi masyarakat dan pemerintah melalui proyek infrastruktur.

Tantangannya, ujar Wawan, datang dari isu-isu terkait fluktuasi rupiah dan masalah geopolitik global yang berpengaruh terhadap kondisi pasar modal secara keseluruhan.

Senada, Jamial Salim, Direktur PT Sinarmas Asset Management, mengatakan, tantangan reksadana syariah tahun ini berasal dari pelemahan nilai tukar rupiah.

Namun, prospek reksadana syariah masih cukup baik lantaran tingkat inflasi cukup rendah, tingkat likuiditas tinggi, dan fundamental negara kita yang kuat. “Ini membuat investasi di reksadana masih cukup menjanjikan,” ujarnya.

Mengenali produk

Umumnya, Agus menjelaskan, ada dua tipe investor yang membeli produk reksadana syariah.

Pertama, investor yang membeli karena unsur kesyariahannya. Yaitu, lembaga-lembaga keuangan seperti Asuransi Takaful maupun individu yang lantaran keyakinannya hanya mau berinvestasi di produk-produk berbasis syariah.

Kedua, investor lembaga maupun perorangan yang membeli produk syariah karena imbal hasilnya. Terutama, pada saat efek-efek syariah lebih berkinerja baik dibanding konvensional.

Tertarik berinvestasi di reksadana syariah? Prinsipnya, Prita Hapsari Ghozie, Chief Planner ZAP Finance, mengatakan, reksadana syariah adalah alat investasi yang memiliki ragam jenis.

Reksadana pasar uang syariah ditujukan untuk jangka pendek hingga 12 bulan. Reksadana pendapatan tetap syariah: untuk jangka satu hingga lima tahun.

Reksadana campuran syariah buat periode sampai lima tahun. Dan, reksadana saham syariah untuk jangka waktu di atas lima tahun.

Sebelum menetapkan pilihan, Anda harus tahu tujuan keuangan dan profil risiko. Setelah itu, “Baru Anda tentukan, apakah reksadana itu sesuai kebutuhan atau tidak,” imbuh Prita.

Untuk itu, persiapan buat memulai investasi di reksadana syariah adalah, Anda harus mengenali dulu berbagai produk reksadana syariah yang ada. Produk-produk ini bisa Anda pilih sesuai kemampuan keuangan, dan target investasi.

Sehingga, tujuan dari investasi Anda bisa tercapai. “Hal lain yang harus diperhatikan yaitu, semua produk yang akan Anda pilih telah sesuai prinsip-prinsip syariah yang tidak ada unsur riba dan non-halal,” tambah Jamial.

Segendang sepenarian, Agus menyarankan, agar Anda mengenali terlebih dahulu kebutuhan keuangan lalu tetapkan tujuan berinvestasi di reksadana syariah. Apakah untuk mempertahankan nilai aset dan melindunginya dari inflasi, atau untuk mengembangkan nilai investasinya guna mengakumulasi kekayaan.

Selanjutnya, identifikasi dan tetapkan jangka waktu berinvestasi: kapan uang yang Anda tanamkan hari ini di produk reksadana syariah kelak dipakai. “Dari kuesioner, kenali karakter berinvestasi Anda, apakah konservatif, moderat,  atau agresif,” tambah Agus.

Tahap berikutnya, pelajarilah produk-produk reksadana syariah yang tersedia di pasar. Siapa pengelola dan bagaimana kinerja reksadana tersebut. Anda bisa melihat informasi itu di media massa dan hasil pemeringkatan lembaga pemeringkat reksadana.

Betul, Jamial menuturkan, mesti memilih manajer investasi yang bisa Anda percaya. Sebab dalam berinvestasi di reksadana syariah, Anda mempercayakan uang untuk dikelola dan dikembangkan nilainya oleh mereka. Sebab itu, pemilihan manajer investasi sangatlah penting.

Lantaran investasi di reksadana umumnya untuk jangka panjang, sebaiknya Anda memilih manajer investasi yang punya reputasi dan rekam jejak baik.

“Khusus investasi di reksadana syariah, Anda harus memastikan manajer investasi yang mengelola reksadana syariah telah memenuhi persyaratan tata kelola yang diwajibkan OJK, yaitu telah memiliki unit pengelolaan investasi syariah, ahli syariah pasar modal, dan dewan pengawas syariah,” kata Jamial.

Dan, memilih produk reksadana syariah memang kudu yang sesuai profil risiko dan tujuan keuangan Anda.

Jika Anda merasa takut nilai investasinya bergerak naik turun, jangan pilih reksadana saham syariah. Pilihlah reksadana syariah dengan tingkat risiko yang lebih rendah, seperti reksadana syariah pasar uang atau reksadana syariah pendapatan tetap.

Setiap investor tentu memiliki tujuan investasi yang berbeda-beda. Jika tujuannya memiliki jangka waktu yang pendek, maka pilihlah reksadana pendapatan tetap syariah atau pasar uang.

“Sedang untuk tujuan yang jangka waktunya panjang demi mendapatkan hasil yang optimal, pilihlah reksadana saham syariah,” saran Jamial.

Secara umum, Agus menyatakan, yang paling menentukan produk reksadana syariah apa yang sesuai adalah jangka waktu berinvestasi. “Jangan beli produk yang lebih berisiko untuk waktu investasi pendek,” tegas dia.

Sesuai tujuan

Untuk pembelian aset seperti rumah, Agus memberi saran, Anda bisa berinvestasi di reksadana campuran syariah atau saham syariah.

Menurut Prita, bila targetnya untuk uang muka atawa down payment (DP) kredit pemilikan rumah (KPR), maka dana harus terkumpul dalam tempo lima tahun. “Ini bisa menggunakan reksadana campuran syariah,” ujarnya.

Buat biaya naik haji atau umrah, Agus bilang, sebaiknya pilih produk yang konservatif ke moderat. Yakni, reksadana pendapatan tetap syariah dan campuran syariah.

Menurut Prita, untuk naik haji, target awalnya ialah mengumpulkan dana untuk biaya pendaftaran. Anda harus menargetkan jangka waktunya.

Biasanya, ia menyarankan, maksimal tiga tahun untuk pengumpulan dana pendaftaran. Sehingga, bisa pakai reksadana pendapatan tetap syariah.

Setelahnya, lihat dulu daftar tunggu keberangkatan haji berapa tahun untuk pelunasan. Barulah, Anda memilih produk reksadana syariah yang sesuai.

Adapun untuk biaya sekolah anak, Prita menyebutkan, umumnya memang menggunakan reksadana lantaran pembeliannya mudah dengan dana berapapun. Pilihan produknya, Agus menambahkan, tergantung jangka waktunya, bisa reksadana pendapatan tetap syariah, campuran syariah, atau saham syariah.

“Untuk dana pensiun, jika masih jangka panjang waktu Anda untuk pensiun, sebaiknya membeli reksadana saham,” imbuh Prita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan