JAKARTA. Bankir tengah sibuk berhitung. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), memaksa para bankir memutar otak demi mempertahankan likuditas. Maklum, kenaikan BI rate biasanya akan memperketat likuditas. Tak pelak, perebutan dana pihak ketiga (DPK) terjadi.Atas dasar itulah, perbankan bersiap mempertebal pendanaan lewat beragam jalur, termasuk skema wholesale funding. Coba dengar rencana Bank Mandiri. Pahala N Mansuri, Direktur Finance dan Strategy Bank Mandiri, mengatakan pihaknya tengah menggodok penerbitan obligasi sedikitnya Rp 5 triliun. "Kepastiannya di kuartal II tahun depan. Kebutuhan mendesak adalah likuiditas Rupiah," ujar dia, Kamis (28/11).
Selain obligasi, bank dengan aset terbesar ini bakal merilis sekuritisasi aset kredit pemilikan rumah (KPR) di tahun 2014. Nilai aset KPR Bank Mandiri yang disekuritisasi berkisar Rp 650 miliar- Rp 750 miliar. “Proses ini akan kami lakukan di kuartal IV 2013 hingga kuartal I 2014,” jelas dia. Bank berlogo pita emas ini memang membutuhkan likuiditas melimpah. Maklum, Bank Mandiri berambisi mengakuisisi bank di tahun 2014. “Di tahun depan, Bank Mandiri akan mengakuisisi bank dengan aset di atas Rp 1 triliun,” ujar Pahala. Bank Tabungan Negara (BTN) juga memiliki jurus sama dalam mempertebal likuiditas. Maryono, Direktur Utama BTN mengatakan, pihaknya bakal menerbitkan obligasi dan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA). Target bank BUMN itu, dua skema tersebut mampu mengumpulkan dana masing-masing sebesar Rp 2 triliun. Bank Permata dan Bank Jawa Barat dan Banten (BJB) juga memiliki agenda serupa. Bank Permata bersiap merilis obligasi senilai maksimal Rp 7 triliun. Sementara, BJB berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 5 triliun. Sandeep Jain, Direktur Keuangan Bank Permata, mengatakan obligasi berkelanjutan I senilai Rp 1,5 triliun. Sementara, untuk obligasi subordinasi berkelanjutan II tahap I senilai Rp 1 triliun atau total Rp 2,5 triliun. Catatan saja, Bank Permata bakal menggunakan obligasi subordinasi untuk penyertaan modal pada Astra Sedaya Finance (ASF) senilai Rp 800 miliar. "Sisanya untuk penyaluran kredit," jelas Sandeep.
BJB juga berencana menerbitkan obligasi berkelanjutan di tahun depan. Pilihan lain yakni menerbitkan medium term notes (MTN). Bien Subiantoro, Direktur Utama BJB, menerangkan penerbitan obligasi bakal sebesar Rp 5 triliun di tahun depan. "Kami akan melihat kondisi makro, kemungkinan dilakukan pada semester I," ujar Bien. Menurut Bien, langkah penerbitkan obligasi tersebut semata-mata untuk menjaga likuiditas BJB. Selain itu, dana hasil obligasi nanti akan digunakan untuk pembayaran obligasi yang jatuh tempo. Tahun ini, BJB memiliki obligasi jatuh tempo sekitar Rp 700 miliar. Di tahun 2014, obligasi jatuh tempo BJB mencapai Rp 1,6 triliun. Total obligasi jatuh tempo sebesar Rp 2,3 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dessy Rosalina