Mempopulerkan Beras Garut Lewat Nasi Liwet Instant



Melalui CV 1001, Andris Wijaya menciptakan inovasi olahan pangan dari beras Garut. Kini,  nasi liwet dan nasi uduk instan buatannya mulai digandrungi. Selain jadi buah tangan khas Garut, juga sudah dipasarkan ke berbagai wilayah Indonesia.

Jika berkunjung ke Garut, ada buah tangan unik yang sedang digandrungi, yaitu nasi liwet dan nasi uduk instan. Adalah Andris Wijaya yang mempopulerkannya. Di bawah CV 1001, ia berinovasi mengolah beras asli Garut menjadi panganan instan itu. Memang, berjualan beras Garut merek 1001 merupakan usaha yang dirintis ayahnya sejak 1975.

Awalnya, tak pernah terlintas di benak Andris untuk menjadi wirausahawan. Ia justru ingin menjadi ahli di bidang teknik mesin. Karena itulah, pria asli Garut ini kuliah jurusan teknik mesin di Institut Tekhnologi Bandung. Setelah lulus pada 2001, ia bekerja di sebuah perusahaan minyak ternama di tanah air. Namun, ketika karirnya sedang menanjak, ia harus memilih antara karir atau mengikuti permintaan sang ibu.


"Ibu ingin saya meneruskan usaha keluarga. Saya akhirnya memutuskan keluar dari kantor sejak 2003," kisah Andris.

Ia harus bekerja keras mengembalikan kejayaan bisnis ayahnya. Memang, sejak sang ayah meninggal pada 1996, bisnis beras Garut 1001 vakum. "Ibu dan kakak pernah berusaha meneruskan usaha ini, tapi tidak berkembang. Namun, ibu tetap berangan supaya beras 1001 dihidupkan kembali," tuturnya.

Andris bertekad memenuhi impian ibunya. Asal tahu saja, dulu di masa kejayaan ayahnya, tiap bulan bisa menjual 45 ton beras Garut ke Jakarta.

Tugas yang tidak mudah diemban pria kelahiran 34 tahun silam ini. Maklum, ia tidak memiliki pengetahuan soal berbisnis beras Garut.Apalagi, keluarganya menanggung utang sebesar Rp 100 juta. Demi menutupi utang dan mendapat modal awal berbisnis, Andris pun meminjam modal ke bank.

Kendala lain harus dihadapi Andris, karena kala itu pamor beras Garut 1001 sudah redup. Persaingan di bisnis beras sangat ketat. "Saya sempat terpikir untuk menjual perusahaan ini," ucapnya.

Hingga akhirnya, di ambang keputusaan, terbersit ide untuk mempopulerkan lagi beras 1001 dengan membuat inovasi produk. Andris berinovasi membuat nasi liwet instan berbahan baku beras Garut. Di luar dugaan, produk itu banyak peminat, sebab nasi liwet instan ini lebih praktis.

Pembeli cukup memasaknya selama 20 menit di rice cooker dengan bumbu yang telah tersedia. Bandingkan, jika membuat nasi liwet secara konvensional yang memakan waktu 45 menit. "Banyak yang membeli untuk oleh-oleh, makan sehari-hari, piknik, hajatan, hingga bawaan naik haji," ujar Andris.

Ada enam pilihan rasa, yakni rasa original, jambal, teri, cumi, jengkol, dan pete. Setelah sukses dengan nasi liwet, ia pun menciptakan nasi uduk instan.

Kini, tiap hari, ia memproduksi 2.000 bungkus nasi liwet instan dan nasi uduk instan merek 1001. Tiap bungkus ukuran 250 gram dibanderol Rp 15.000. "Omzet saya bisa mencapai Rp 400 juta setiap bulan," ungkap Andris.

Di luar itu, ia tetap berjualan beras Garut 1001. Tiap hari, ia bisa melego 7 ton beras. Pendapatan dari jualan beras bisa mencapai Rp 700 juta per bulan.

Keberhasilan Andris menghadirkan inovasi pangan dari beras membawanya menyabet Juara I Anugerah Jabar Award kategori Inovasi Pangan dan kategori Makanan Siap Saji pada 2012. Ia juga meraih Juara I Pangan Award Tingkat Nasional dari Kementrian Perindustrian dan Perdagangan pada tahun yang sama.               (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa