KONTAN.CO.ID - Tahun 2020 adalah tahun yang kurang bersahabat bagi dunia pariwisata dikarenakan adanya
black swan bernama Covid-19. Ini membuat kunjungan wisman di Indonesia di 2020 tercatat s 4,02 juta kunjungan, kontraksi -75,03% (yoy) setelah pada tahun sebelumnya tercatat mencapai 16,10 juta kunjungan. Namun di tengah kunjungan wisman yang rendah di sepanjang 2020, aktivitas wisatawan domestik terlihat berangsur membaik. Terkonfirmasi dari data
google mobility report yang menunjukan adanya kenaikan mobilitas secara gradual di destinasi-destinasi wisata Indonesia semenjak Mei 2020, yang merupakan titik terendah aktivitas wisata Indonesia, hingga Desember 2020. Bahkan mobilitas aktivitas pariwisata di Nusa Tenggara Timur (NTT), salah satu provinsi yang menjadi destinasi wisata super prioritas, tercatat sudah menunjukan tren positif dari
baseline semenjak Agustus 2020 yang bersumber dari tingginya kunjungan turis lokal pada periode tersebut.
Peran turis lokal terhadap pariwisata Indonesia tercatat cukup vital yang tercermin dari sisi pengeluarannya. Berdasarkan data
World Travel & Tourism Council (WTTC), prosentase pangsa pengeluaran turis lokal di Indonesia tercatat mencapai 58% dari total pengeluaran turis asing dan lokal. Daya topang pelancong lokal Indonesia tersebut juga lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain seperti Thailand, Arab Saudi, hingga Korea Selatan yang prosentasenya kontribusi pengeluaran turis domestiknya berada di bawah Indonesia. Langkah pemulihan pariwisata nasional melalui optimalisasi potensi turis lokal tersebut sangatlah mungkin dilakukan walaupun dibutuhkan beberapa upaya penyesuaian. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Google pada pertengahan tahun 2020, lebih dari 25% responden di Indonesia menunjukkan minat yang tinggi untuk kembali berwisata, dengan syarat destinasi wisata mampu memberikan jaminan keamanan melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu dari survei tersebut juga didapatkan hasil bahwa para wisatawan domestik lebih memilih untuk berwisata jarak dekat yang disertai dengan fleksibilitas dalam melakukan pemesanan. Nantinya saat terjadi peningkatan kasus Covid-19 pada daerah tujuan wisata, calon wisatawan dapat dengan mudah melakukan penjadwalan ulang ataupun membatalkan pemesanan yang telah dilakukan.
Sertifikat Indonesia Care Upaya untuk merespon preferensi wisatawan domestik tersebut pun tengah gencar dilakukan pemerintah. Salah satu upayanya adalah melalui pemberian sertifikasi CHSE
(Cleanliness, Health, Safety, and Enviromental Sustainibility) bagi pelaku pariwisata dengan nama
Indonesia Care (IDoCare). Sertifikasi tersebut diberikan untuk berbagai jenis pelaku pariwisata mulai dari hotel dan restoran hingga toko penjualan cendera mata yang menerapkan protokol kesehatan ketat dan telah terstandardisasi. Pemberian sertifikasi kepada pelaku pariwisata tersebut terbukti mendorong kepercayaan wisatawan domestik untuk kembali berwisata, terlihat dari peningkatan mobilitas masyarakat (
Google Mobility Report, area Retail & Recreation) pada beberapa wilayah tujuan wisata utama di Indonesia seperti DKI Jakarta dan Bali, dimana kedua daerah tersebut merupakan daerah dengan jumlah sertifikasi CHSE tertinggi. Di sisi lain, pemerintah juga terus berupaya untuk memulihkan kondisi para pelaku usaha pariwisata. Selama pandemi Covid-19, pemerintah telah menyalurkan berbagai stimulus untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata, antara lain berupa pemberian hibah pariwisata, subsidi
airport tax, serta dukungan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada sektor pariwisata. Tidak hanya bantuan langsung, pemerintah pun terus berkomitmen melakukan peningkatan kapabilitas UMKM di tengah pandemi melalui program
on boarding. Kemenparekraf menyebutkan bahwa dari Mei 2020 hingga Januari 2021 telah ada 4,1 juta UMKM yang sudah
on-boarding ke ekosistem digital dan diharapkan bisa beradaptasi dengan perubahan
behaviour masyarakat yang kini lebih memilih bertransaksi dan berinteraksi via digital. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong promosi wisata domestik melalui Gerakan Bangga Berwisata #DiIndonesiaAja (BWI). Gerakan ini bisa menjadi upaya untuk menyelesaikan masalah laten pariwisata nasional yakni preferensi wisatawan domestik yang lebih cenderung memilih untuk berwisata ke luar negeri dibandingkan di dalam negeri. Tingginya preferensi tersebut tercermin dari tingginya jumlah pelawat nasional yang pergi ke luar negeri yang tumbuh rata-rata 7,41% per tahun semenjak tahun 2014-2019 dan mencapai 12 juta orang di tahun 2019. Oleh karena itu, upaya promosi dan pengembangan pariwisata domestik perlu terus dilakukan yang salah satunya diwujudkan melalui BWI tersebut. Kampanye BWI sendiri bisa terus dilakukan
scale-up melalui berbagai inovasi. Selain mereaktivasi kalender acara lokal, pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata dapat melakukan inovasi atraksi dengan merujuk kepada hal-hal baru yang tengah
hype di masyarakat seperti bersepeda, lari, golf atau kegiatan
hiking untuk meningkatkan bisnis pariwisata dan tujuan lokal terutama di 5 Destinasi Wisata Super Prioritas. Lebih lanjut, berdasarkan laporan McKinsey dalam artikel mereka berjudul
"What the world can learn from Chinas travel restart after Covid-19", menyebutkan bahwa ke depannya para wisatawan lebih cenderung menghindari tempat wisata yang berkerumun dan lebih memilih wisata
outdoor dengan pemandangan alam yang indah. Pergeseran perilaku pariwisata tersebut menjadi momentum besar bagi perkembangan pariwisata domestik nasional karena Indonesia memiliki banyak tempat wisata alam terbuka, seperti Danau Toba dan Labuan Bajo yang juga masuk dalam daftar 5 Destinasi Wisata Super Prioritas.
Upaya berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah untuk terus melakukan penguatan kualitas destinasi dan promosi wisata domestik di tengah masih lemahnya prospek kunjungan wisman, tidak hanya bisa mempercepat pemulihan kinerja pariwisata nasional bisa lebih cepat. Namun bisa meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha pariwisata lokal di jangka panjang dan menjadikan Indonesia sebagai episentrum baru pariwisata dunia. Muhamad Rifki Maulana dan Monica Karina Anastasia Ekonom Yunior Bank Indonesia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti