KONTAN.CO.ID - Mengejar impiannya punya usaha sendiri, Rido Nurul Adityawan pantang menyerah. Dengan keahlian memasak plus riset dan percobaan sederhana, ia percaya diri merintis bisnis kuliner, Ayam Gepuk Pak Gembus, Oktober 2013. Rido mendapat ide dari ramainya gerai ayam dan sambal. "Bisnis berbau sambal itu tak ada yang sepi," katanya. Ayam goreng jadi pilihannya karena lauk ini disukai banyak kalangan. Sambal bawang dengan tingkat kepedasan yang menjadi ciri khasnya pun berhasil menggebrak pasar. Menyasar konsumen kalangan menengah ke bawah, Rido menjual seporsi menu ayam gepuknya seharga Rp 15.000 per porsi.
Dalam waktu singkat, warung ayam gepuk ini populer. Laki-laki yang akrab disapa Gembus ini lantas berani membuka tawaran kemitraan sebagai upaya ekspansi, sejak Januari 2015. Kini, ada 640 cabang gerainya. Bahkan, gerai ayam gepuk ini sudah ada di Malaysia dan Singapura. Bahkan, sejumlah mitra dari Taiwan, Filipina, Selandia Baru, dan Hong Kong juga menunggunya. Khusus untuk gerainya di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekas, Rido mengolah hingga 13 ton daging ayam per hari. Ia menjalin kerjasama dengan lima pemasok ayam di Jawa Timur. Menurut Rido, mendatangkan langsung ayam dari rumah potong dari Luar Jakarta biayanya lebih murah dibandingkan mengambilnya dari pemain dalam kota. Berbeda dengan pengusaha lainnya, bapak satu anak ini tidak melakukan promosi saat awal pembukaan usaha. Bahkan hingga saat ini, dia tidak mempunyai divisi marketing. Dia berkeyakinan bahwa, apabila suatu menu pas dengan lidah konsumen, kabar itu akan cepat menyebar dan bergulir dengan sendirinya atau tersampaikan dari mulut ke mulut. Rido menemukan citarasa ayam goreng dari hasil kunjungannya ke warung-warung lainnya. Sedangkan formula sambal muncul ketika Rido menikmati pecel ayam di warung ayam Lamongan. "Di sana sambalnya dikasih kacang mete, kok, rasanya jadi enak. Jadi saya coba-coba saja dipadukan dengan sambal bawang," ceritanya. Sempat mendapat tentangan dari orangtua Keterbatasan modal tak melunturkan semangat Rido Nurul Adityawan untuk mewujudkan mimpinya. Tamat dari Politeknik Negeri Semarang, Rido memutuskan hijrah ke Jakarta untuk bekerja. Dari gajinya yang pas-pasan, Rido menyisihkan uangnya sebagai modal ketika ingin punya usaha. Akhirnya, setelah terkumpul Rp 19 juta, hasil tabungan dan pinjaman teman, laki-laki asal Magelang, Jawa Tengah ini nekat membuka gerai ayam penyet sambel bawang dengan nama Ayam Gepuk Pak Gembus. Rido membuka warung kakilima di perempatan Srengseng, Jakarta Selatan. Dia melakukan persiapan di dapur kos yang kecil. "Jadi, kalau saya masak udaranya jadi panas semuanya," ujarnya. Karena belum mampu merekrut karyawan, anak tunggal ini harus melakukan persiapan dan buka tutup warungnya sendiri. Melewati bulan ketiga, hasil bisnisnya belum terlihat. Bahkan, dia kehabisan modal. Kamera teman pun dia pinjam dan digadaikan sebagai tambahan modal. Asal tahu saja, keputusannya membuka usaha kuliner ini awalnya mendapatkan tentangan dari kedua orang tuanya. Bahkan, ayah dan ibunya langsung datang ke Jakarta setelah mendengar sang anak membuka warung kakilima dari seorang keluarganya. "Saat itu, mereka memarahi saya. Sebenarnya impian bapak saya dulu, anaknya jadi tentara atau polisi," katanya. Nyatanya, menjalankan usaha sendiri memang tak mudah. Rido sempat ingin menyerah karena merasa terlalu berat menjalankannya sendiri. Ia juga menjadi tak punya waktu untuk bergaul. Namun, ayah dua anak ini memilih bertahan. Ia menyakini usahanya pasti membuahkan hasil. Benar saja, memasuki bulan ke-8 sejak buka pada Agustus 2013, warungnya mulai mencetak untung sebesar Rp 150.000. Untung ini makin memompa semangatnya. Setelah merasa bisnisnya sudah berhasil, Rido meminta kedua orang tuanya kembali datang ke Jakarta untuk melihat langsung usahanya. "Saat mereka hendak pulang, saya beri uang Rp 50 juta dan mereka senang bukan kepalang. Dari situ mereka percaya dengan usaha saya," jelasnya. Tidak khawatir digebuk pemain baru ayam gepuk Saat memasarkan Ayam Gepuk Pak Gembus, Rido Nurul Adityawan selalu berpegang pada ucapan sang dosen kala berbisnis kuliner. Mencoba promosi lewat strategi
word of mouth atau dari mulut ke mulut. Pelan namun pasti, orang makin banyak yang mengenal Pak Gembus. Terlebih ia selalu berupaya menyajikan menu ayam gepuk tersebut dengan rasa original yang gurih khas racikannya. Ia pun mengklaim hingga kini Pak Gembus masih menjadi jagoan di bisnis kuliner ayam penyet. Apalagi orang masih terus saja berdatangan ke gerainya. Faktor inilah yang membuat Bapak satu anak ini masih belum perlu membuat tim pemasaran. "Itu nanti, saya ingin orang senang dulu tanpa harus di-
ojok-ojokin," katanya ke KONTAN (19/2). Meski begitu, usaha yang terus maju tersebut tentu bukan tanpa kendala. Laki-laki berkepala plontos ini mengaku kesulitan dalam menjalankan bisnis Ayam Gepuk Pak Gembus. Alhasil, dia pun memilih memakai jasa konsultan untuk bisa menjalankan roda bisnis. Setelah memakai jasa konsultan tersebut, ia pun mulai menjalankan roda bisnisnya secara profesional. Artinya ada peran dan tugas yang jelas dari masing-masing pihak dalam menjalankan Ayam Gepuk Pak Gembus. Apalagi dia sadar, bahwa bisnis kuliner ini pasti ada pasang surut. Ada kalanya penjualan bagus dan di periode berikutnya jelek. Untuk meminimalisir kondisi tersebut, Rido terus berupaya memperhatikan kualitas produk dagangannya (
quality control). Maklum, jumlah gerai Pak Gembus tersebar di seluruh Indonesia hingga Singapura serta Malaysia. Rido lantas membentuk tim investigasi pengawasan kualitas gerai yang berjumlah 38 orang. Tim ini bakal melakukan cek dan ricek gerai para mitra tersebut. Dengan keberadaan tim ini, ia jadi bisa rileks bila ada tambahan mitra bisnis. "Bisnis itu hukum alam, siapa yang fokus dia akan bertahan," tegasnya.
Resep lain yang membuatnya menjadi
trendsetter bisnis ayam penyet adalah keterbukaannya membuka dapur pembuatan Ayam Gepuk Pak Gembus. Ia membuat dapur berkonsep terbuka, sehingga setiap orang bisa mengetahui cara membuat sambal ala Pak Gembus. Dia pun tidak takut bila ada pihak yang mengimitasi cara masaknya. Rido mengaku tidak pernah menganggap pemain lainnya sebagai pesaing. Cuma, pria asal Magelang, Jawa Tengah ini enggan menciptakan menu baru untuk Ayam Gepuk Pak Gembus. Inovasi yang dilakukan hanya akan menghadirkan pilihan sambal saja. Namun, ia tidak merinci pemunculan sambal anyar tersebut. Selain Ayam Gepuk Pak Gembus, Rido juga mencoba ekspansi ke bisnis mie Jawa berlabel Bakmi Santet yang ia lansir Agustus 2017. Ide bisnis ini ia dapatkan kala menyendiri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.