Menabuh berkah dari lonjakan pesanan bedug (1)



JAKARTA. Ramadan menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar pelaku usaha. Pasalnya di bulan ini, tingkat konsumsi masyarakat cenderung meningkat. Tak hanya untuk keperluan primer, tetapi juga keperluan sekunder.

Tak terkecuali permintaan pernak-pernik yang terkait dengan kegiatan keagamaan. Salah satunya adalah bedug. Lebih banyak dicari oleh organisasi, komunitas, ataupun instansi dan kelompok tertentu, penjualan bedug nyatanya mengalami peningkatan di Ramadan tahun ini.

Seperti diungkapkan oleh Rahmatullah, punggawa toko daring Bedug234.com. Tak hanya di tahun ini, menurutnya hampir setiap tahun selama berjualan bedug, permintaan selalu meningkat di saat Ramadan. “Biasanya sebulan terjual satu atau dua. Untuk Ramadan kali ini saja, saya sudah terima 20 pesanan,” tuturnya.


Menurut Rahmat, ramainya pesanan bedug ke toko daringnya sudah dimulai sejak seminggu menjelang Ramadan. Para pemesannya, beragam mulai dari masjid, event organizer serta hotel. “Memang pemesanan di bulan Ramadan tujuannya sebagian besar untuk properti, hiasan saat Idul Fitri,” jelasnya.

Ada banyak ukuran bedug yang dipasarkan oleh Rahmat. Harganya berkisar Rp 4,5 juta hingga Rp 50 juta. Rahmat bilang, di Ramadan tahun ini, kebanyakan konsumen memesan bedug dengan ukuran dan motif standar, yakni diameter 70 sentimeter (cm) dengan harga Rp 6,5 juta dan diameter 1 meter dengan harga Rp 14 juta.

Rahmat bukanlah satu-satunya penikmat laba bedug di momen Ramadan dan Lebaran. Pelaku usaha lain, Budi Nur Cahyo juga merasakan tingginya permintaan bedug selama Ramadan tahun ini. Bahkan, peningkatan permintaan sudah terasa sejak Maret lalu. Khusus di bulan Ramadan ini, pesanan sudah meningkat sekitar tiga kali lipat dari biasanya.

"Konsumen itu tahu kalau pengerjaannya butuh waktu makanya dari jauh-jauh hari," katanya pada KONTAN, Selasa (2/6). Asal tahu saja, dibutuhkan waktu sekitar tujuh hari untuk menyelesaikan satu bedug berukuran standar (satu meter).

Menurut Budi, permintaan akan terus meningkat sampai tiga bulan pasca Hari Raya Idul Fitri. Untuk, mengatasi tingginya permintaan, dia melakukan sistem stok sejak bulan November tahun sebelumnya.

Meski permintaan meningkat tajam, Budi tidak lantas menaikkan harga jual produknya. Dia membandrol harga jual mulai Rp 6,8 juta sampai Rp 250 juta. Ia mengklaim, keistimewaan produknya terbuat dari kulit sapi betina yang mmapu menciptakan suara merdu dengan rangka  kayu jati.

Budi mulai membesut usaha bedug dibawah bendera Bedug Langgeng pada 2007 lalu. Dia memulai usahanya di Mojokerto, Jawa Timur. Sampai sekarang ada 11 karyawan yang membantunya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri