JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada sembilan perusahaan yang akan menerbitkan obligasi dalam waktu dekat ini. Analis menilai, imbal hasil obligasi korporasi yang bakal terbit dalam waktu dekat akan tinggi. Analis obligasi Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Fakhrul Aufa menilai, imbal obligasi berpotensi meningkat karena ekspektasi pasar bahwa suku bunga acuan atau Bank Indonesia (BI) rate naik. Ia memproyeksikan, BI rate bisa saja naik 0,5%-1% di bulan April atau Mei. Ini karena, tren inflasi sejak Januari cukup tinggi. Inflasi di Februari dan Maret biasanya rendah. Namun ada kemungkinan meningkat lantaran bencana alam yang bisa mengganggu masa panen.Kalau menurut Kepala Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, alasan kenaikan yield obligasi korporasi karena pemerintah banyak menerbitkan obligasi di awal tahun (front loading). Pemerintah menargetkan bisa menerbitkan 60% obligasi di semester I. Oleh karena itu, jika penerbit obligasi ingin terserap sempurna, mereka harus memberi yield yang lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah. Lana menggambarkan, umumnya korporasi harus memberi imbal hasil 250 basis poin di atas yield obligasi pemerintah. Fakhrul menambahkan, kondisi ini tentu akan memberatkan perusahaan. Sebab biaya dana perusahaan kian besar. Namun, bagi investor ini bisa menjadi kabar baik.
Menadah bunga obligasi korporasi yang melejit
JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada sembilan perusahaan yang akan menerbitkan obligasi dalam waktu dekat ini. Analis menilai, imbal hasil obligasi korporasi yang bakal terbit dalam waktu dekat akan tinggi. Analis obligasi Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Fakhrul Aufa menilai, imbal obligasi berpotensi meningkat karena ekspektasi pasar bahwa suku bunga acuan atau Bank Indonesia (BI) rate naik. Ia memproyeksikan, BI rate bisa saja naik 0,5%-1% di bulan April atau Mei. Ini karena, tren inflasi sejak Januari cukup tinggi. Inflasi di Februari dan Maret biasanya rendah. Namun ada kemungkinan meningkat lantaran bencana alam yang bisa mengganggu masa panen.Kalau menurut Kepala Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, alasan kenaikan yield obligasi korporasi karena pemerintah banyak menerbitkan obligasi di awal tahun (front loading). Pemerintah menargetkan bisa menerbitkan 60% obligasi di semester I. Oleh karena itu, jika penerbit obligasi ingin terserap sempurna, mereka harus memberi yield yang lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah. Lana menggambarkan, umumnya korporasi harus memberi imbal hasil 250 basis poin di atas yield obligasi pemerintah. Fakhrul menambahkan, kondisi ini tentu akan memberatkan perusahaan. Sebab biaya dana perusahaan kian besar. Namun, bagi investor ini bisa menjadi kabar baik.