Menadah fulus segar dari budidaya arugula



KONTAN.CO.ID - Seiring perkembangan tren makanan sehat, kini, jenis sayuran yang digunakan juga makin beragam. Salah satu jenis sayuran yang belakangan banyak digunakan dalam olahan makanan sehat adalah daun arugula. Daun arugula ini juga sering disebut sebagai daun rocket karena bentuknya yang mirip roket atau daun rucola.

Singkatnya, arugula merupakan tanaman sayur berdaun yang sering digunakan sebagai salah satu bahan campuran salad, pizza dan makanan Italia lainnya. Tanaman ini bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Namun mengikuti banyaknya permintaan, terutama dari para pegiat hidup sehat dan pecinta bahan pangan organik, daun arugula mulai dibudidayakan di Indonesia.

"Permintaan daun arugula setahun belakangan terus meningkat. Ada yang untuk konsumsi sendiri, ada juga yang memasok resto," jelas Agni Oktarina, pemilik Keningar Organic asal Surabaya.


Keningar Organic menjual daun arugula dengan beberapa kemasan berbeda, untuk kemasan 200 gram (gr) dibanderol Rp 10.000 dan untuk kemasan per kilogram (kg) dibanderol Rp 45.000. Khusus untuk pembelian minimal 3 kg, harga per kg menjadi Rp 40.000. "Harga khusus minimal pembelian itu biasanya kami berikan ke pihak rest," jelas Agni.

Dalam sebulan, ia bisa menjual sekitar 50-80 kg daun arugula. Selain menjual daun arugula, Keningar Organic juga menjual sayuran organik lain seperti kale, sawi pagoda dan sebagainya.  

Namun, daun arugula hanya dia jual di sekitar Surabaya karena tanaman arugula cepat layu kalau lama di perjalanan. "Sebenarnya permintaan juga banyak dari Bali, Yogyakarta dan Jakarta, belum bisa saya layani," jelas Agni.

Kian derasnya permintaan daun arugula juga diakui oleh Putri NU, pemilik Tante Sayur asal Jakarta. Dia bilang, empat bulan belakangan peminat daun arugula di Jabodetabek makin meningkat. "Peningkatannya sekitar 30%. Saya coba masukan arugula di pilihan sayuran sekitar pertengahan tahun lalu," tuturnya.

Putri membanderol daun arugula Rp 15.000 per 250 gr, sedangkan untuk harga per kg dibanderol Rp 50.000. Ia bilang selama ini Tante Sayur masih melayani permintaan daun arugula di sekitar Jabodetabek.

Alasannya persis sama dengan yang diungkapkan Agni, daun arugula mudah layu jika perjalanan lama. "Daun arugula ini tidak boleh terlalu lama di luar ruangan, nanti layu, jadi tidak fresh lagi kalau mau dibikin salad. Sebenarnya ada permintaan dari Bali, Bandung dan Yogya, tapi masih belum bisa dilayani. Selain mudah layu, stok daun arugula juga terbatas," jelas Putri. Ia mengaku bisa menjual 100 - 150 kg daun arugula per bulan.       

Daun arugula tumbuh lebih subur di daerah sejuk

Daun Arugula merupakan tanaman dari famili cruciferous yang juga terkenal dengan julukan nutritional powerhouses. Tanaman daun ini dikenal kaya akan kandungan serat dan antioksidan yang sangat baik untuk menangkal radikal bebas. Selain itu, arugula juga terbukti mengandung protein kompleks yang disebut glucosinolates, bermanfaat mencegah proses penyebaran sel kanker induk ke jaringan-jaringan tubuh.

Segudang manfaat yang ditawarkan arugula, mendorong para pegiat gaya hidup sehat terus mengkonsumsinya. Meski bukan jenis tanaman asli Indonesia, arugula bisa dengan mudah dibudidayakan di Indonesia.

Agni Oktarina, pemilik Keningar Organic asal Surabaya menjelaskan daun arugula bakal tumbuh subur jika ditanam daerah dataran tinggi yang udaranya sejuk. "Kebanyakan jenis tanaman daun memang lebih subur dan hasilnya maksimal kalau ditanam di daerah dingin. Kebun Keningar Organic sendiri juga ada di daerah Batu, Malang. Aneka sayur daun kami hasil dari kebun yang di sana," tuturnya.

Ia lanjut menjelaskan, tanaman arugula sebenarnya cukup adaptif untuk ditanam di beberapa tempat. Hanya saja jika ditanam di daerah sejuk, hasil daunnya akan lebih segar dan warnanya lebih cerah. Meski demikian, arugula tergolong tanaman yang cukup tahan terhadap cuaca panas.

Agni menuturkan, periode penting pertumbuhan arugula adalah setelah penyemaian biji sampai sebelum dipindah ke media tanam yang lain. Saat awal penyemaian biji, biasanya diaplikasikan menggunakan polybag. Setelah muncul tunas dan arugula berumur sekitar 2-3 minggu, baru bisa dipindahkan ke media tanam yang lebih luas.

"Waktu awal-awal penyemaian itu penyiraman harus rutin, dua kali sehari, apalagi kalau di daerah panas. Lalu tanaman arugula harus kena cahaya matahari langsung. Pupuk juga harus rutin diberikan agar pertumbuhannya cepat," jelas Agni.

Sependapat dengan Agni, Putri NU, pemilik Tante Sayur asal Jakarta juga mengatakan pemberian pupuk sangat dibutuhkan tanaman saat awal pertumbuhan. Semakin rutin pupuk yang diberikan, maka pertumbuhannya makin cepat. "Pupuk yang diaplikasikan khusus untuk tanaman sayuran daun agar pertumbuhannya cepat," tuturnya.

Putri menjelaskan, tanaman arugula biasanya sudah bisa dipanen saat menginjak umur 30 - 40 hari sejak bibitnya dipindahkan ke media tanam lebih luas. Untuk mendapatkan hasil daun yang maksimal, ia bilang pembudidaya harus selalu waspada terhadap serangan berbagai hama penyakit, seperti ulat, siput babi dan serangga pemakan daun lainnya.

"Sebenarnya untuk mencegah serangan hama harus menggunakan pestisida. Tapi karena daun arugula ini untuk dikonsumsi, penggunaan pestisida berlebihan bakal tidak baik buat konsumen. Jadi kami buat pestisida alami dari berbagai bahan rempah-rempah," tandas Putri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.