JAKARTA. Rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada 1 April 2012, mulai mengguncang sebagian saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maklumlah, jika harga BBM naik, sejumlah bisnis akan terkena imbas negatif. Sektor yang akan kena getah kenaikan harga BBM adalah perbankan. Selain terancam menanggung kenaikan biaya pendanaan, bank juga bisa kesulitan menyalurkan kredit. Nah, emiten perbankan yang kemungkinan tersandung kenaikan harga BBM adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Selama ini, BDMN mengandalkan penyaluran kredit melalui anak usahanya, PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF). Bisnis ADMF, menyalurkan pembiayaan kendaraan, bisa terganggu saat harga BBM naik.
Hitungan Bank Indonesia (BI), jika harga BBM subsidi naik Rp 1.500 per liter, bobot inflasi tahun ini bisa bertambah 2,3%-2,4%. Bisa jadi banyak konsumen batal membeli kendaraan. "Inflasi naik, bunga pembiayaan juga ikut naik. Padahal, sekitar 80% pembelian kendaraan itu melalui kredit," kata AG Pahlevi. Analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Senin (5/3). Kredit melambat Pertumbuhan kredit Adira tahun ini diperkirakan akan melambat. Jika pertumbuhan pembiayaan Adira di tahun lalu sebesar 35%, maka proyeksi pertumbuhan kredit Adira tahun ini diperkirakan berkisar 13%-20%. Proyeksi Pahlevi, tahun ini penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor Adira Finance sekitar Rp 47 triliun. Angka ini hanya naik 13,80% dari outstanding per akhir 2011, yang sebesar Rp 41,36 triliun. Komposisi penyaluran kredit BDMN sepanjang tahun ini diperkirakan tidak berbeda dari tahun lalu. Perinciannya, penyaluran kredit mass market sebesar 58%, Small Medium Enterprise (SME) sebesar 24%, whole sale sebesar 12% dan ritel sebesar 6%. Perincian penyalur kredit mass market adalah Adira menyumbang 41%. Lalu, Adira Quantum cuma 1%. Sedang Danamon Simpan Pinjam (DPS) menjadi penyumbang terbesar, dengan porsi 58%. Rahmi Marina, Analis Kim Eng Securities, menghitung, tahun ini BDMN bisa menyalurkan kredit Rp 120,39 triliun. Tahun lalu, penyaluran kredit BDMN Rp 101,7 triliun. "Pertumbuhan kredit tahun ini hanya sekitar 15%-20%, menurun dari tahun lalu yang sekitar 23%," kata Pahlevi.
Menurut kalkulasi Aditya Srinath, Analis JP Morgan, laba bersih BDMN tahun ini bisa mencapai Rp 3,91 triliun. Sedang hitungan Pahlevi dan Rahmi masing-masing Rp 3,95 triliun dan Rp 3,90 triliun. Di tahun lalu, laba bersih BDMN Rp 3,34 triliun. Dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 17% year on year (yoy), Rahmi menargetkan harga BDMN bisa mencapai Rp 5.500 per saham. Target harga itu mencerminkan price to earning ratio (PER) sebesar 12,4 kali serta price to book value (PBV) 1,7 kali. Rahmi memasang rekomendasi buy untuk BDMN. Rekomendasi Aditya adalah overweight dengan target harga Rp 5.800 per saham. Sementara Pahlevi merekomendasikan tahan untuk BDMN dengan target harga Rp 4.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Djumyati P.