Menakar bisnis tembakau di tengah pandemi covid-19



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi tembakau dikabarkan mempengaruhi kesehatan seseorang dalam mengatasi penyakit pernapasan akibat wabah covid-19 ini. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagaimana efek dari pandemi ini terhadap bisnis rokok dan tembakau.

Muhaimin Moefti, Ketua Umum Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) kepada Kontan.co.id, Kamis (2/4) belum dapat merincikan lebih lanjut efek corona terhadap bisnis industri ini. Begitu pula dengan kondisi manufaktur produk tembakau secara umum.

"Belum tahu dampak karena pembatasan-pembatasan yang ada," terangnya. 


Baca Juga: Ini syarat bagi pengusaha kawasan industri hasil tembakau

Menilik bisnis salah satu produsen rokok besar seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sampai dengan akhir tahun kemarin penjualannya tercatat senilai Rp 106,05 triliun.

Jumlah tersebut turun tipis 0,6% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 106,74 triliun. Sayangnya manajemen belum dapat berkomentar lebih lanjut terkait performance maupun proyeksi bisnis perseroan di tahun ini.

Meski pendapatan sedikit turun, beban pokok penjualan perseroan dikencangkan sehingga tercipta efisiensi yang membuat kenaikan bottomline dari Rp 13,53 triliun di tahun 2018 menjadi Rp 13,72 triliun di tahun 2019.

Sementara produsen rokok lainnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tercatat mampu bertumbuh di sepanjang tahun 2019 kemarin dengan mengantongi pendapatan bersih Rp 110,52 triliun. Jumlah tersebut naik 15,5% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 95,7 triliun.

Kabar cuan juga didapat dari bisnis tembakau iris, dimana PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mengaku masih membukukan pertumbuhan penjualan baik di akhir tahun lalu maupun awal tahun ini. 

"Permintaan di pasar masih bagus, begitu pula dengan produksi dan distribusi kami tetap berjalan," ujar Djonny Saksono, Direktur Utama ITIC kepada Kontan.co.id, Kamis (2/4).

Bahkan sejak virus corona merebak di Indonesia, kata Djonny permintaan tembakau iris Indonesian Tobacco dari pasar lokal justru meningkat 20%-25% dibanding kondisi normal. 

Baca Juga: APTI: Industri tembakau tetap dibutuhkan negara untuk penanggulangan corona

Menurutnya, merebaknya virus corona membuat perekonomian melambat sehingga berpengaruh ke pendapatan masyarakat, terutama yang berada di tingkat ekonomi lemah.

"Hal ini diperparah dengan harga-harga rokok yang sudah naik banyak. Jadi, konsumen harus turun kelas dengan beralih ke produk rokok maupun tembakau yang murah," tuturnya.  Peningkatan permintaan tembakau iris bukan hanya datang dari wilayah yang banyak terdapat kasus corona, tetapi dari seluruh daerah pemasaran Indonesian Tobacco di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi