KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% bisa membawa dampak ke sejumlah sektor saham. Salah satunya adalah sektor otomotif. Penjualan otomotif yang sebagian besar masih mengandalkan kredit bisa mempengaruhi kinerja emiten sektor ini. Menurut Tira Ardianti, Head of Corporate Investor Relation PT Astra International Tbk (
ASII) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap penjualan otomotif di pasar dalam negeri. Salah satunya adalah suku bunga. Nah, kondisi suku bunga, menurutnya, secara langsung berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli sebuah kendaraan. "Hal ini jelas bisa berdampak terhadap permintaan (otomotif)," jelasnya kepada KONTAN, Jumat (26/4).
Baca Juga: Dipimpin BBCA dan BREN, Simak Rekomendasi Saham Market Cap Terbesar di BEI Imbas lain, menurutnya dari sisi pendanaan. Kenaikan suku bunga bisa mempengaruhi pendanaan perusahaan pembiayaan otomotif untuk bisa memberikan pendanaan ke konsumen yang ingin melakukan pembelian kendaraan lewat kredit. Meski begitu, Tira mengklaim kenaikan suku bunga ini tidak berpengaruh secara langsung terhadap operasional perusahaan Astra International. Meski memang masih ada dampak suku bunga terhadap penjualan otomotif. "Ini menjadi
lagging impact," sebutnya.
Analis Kiwoom Sekuritas, Vicky Rosalinda tetap melihat, kenaikan suku bunga yang sudah terjadi bisa memberikan dampak negatif ke kinerja emiten otomotif. Ada beberapa dampak negatif yang ia lihat bakal terjadi. Yakni mulai dari penurunan daya beli konsumen. Ini karena kenaikan suku bunga membuat kredit kendaraan menjadi lebih mahal dengan cicilan pembayaran yang menjadi lebih tinggi. Kondisi ini bisa membuat penjualan otomotif menjadi tertekan.
Baca Juga: Asing Net Sell Jumbo Rp 2,16 Triliun, Cek Saham yang Banyak Dijual di Akhir Pekan "Ini dapat menurunkan penjualan dan laba emiten otomotif," jelas Vicky pada KONTAN, Kamis (25/4). Imbas lain, kata Vicky adalah terjadi peningkatan biaya modal yang dapat mengurangi profitabilitas perusahaan otomotif. Keadaan tersebut, menurutnya, bisa mempengaruhi harga saham dari emiten otomotif yang bersangkutan.
Masih ada peluang
Meski begitu emiten otomotif masih memiliki peluang untuk tetap menderu di tahun 2024 ini. Tapi ada syaratnya. Yakni menunggu kepastian pemangkasan suku bunga The Fed yang dipastikan bisa menurunkan bunga acuan di sejumlah negara. Termasuk juga bunga acuan di dalam negeri. Syarat lainnya, katanya, rupiah kembali berotot. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta juga sependapat. Menurutnya masih ada peluang bagi emiten otomotif untuk bisa melanjutkan pertumbuhan pada tahun ini.
Baca Juga: Kinerja Sektor Otomotif Terancam Efek Kenaikan Suku Bunga Acuan "Untungnya BI masih akan mempertimbangkan kebijakan moneternya apabila The Fed sudah mengeluarkan kebijakan terbaru terkait suku bunga," tuturnya. Dengan kondisi tersebut, Nafan merekomendasikan untuk melakukan akumulasi terhadap saham PT Astra International Tbk (ASII) dengan target harga di posisi Rp 5.825 per saham. Berikutnya juga akumulasi saham dari salah satu lini bisnis Astra juga yakni emiten komponen otomotif, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). Target harganya di Rp 2.500 per saham.
Baca Juga: Saham Big Caps Masih Jadi Sasaran Aksi Jual Asing, Investor Lokal Mesti Waspada Sedangkan untuk saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) rekomendasinya adalah hold dengan target harga di Rp 1.420 per saham. Sedangkan Vicky justru merekomendasikan pelaku pasar untuk melalkukan
buy on weakness terhadap saham ASII dengan target harga di posisi Rp 5.175 per saham. Kemudian saran berikutnya adalah
wait and see terhadap saham AUTO. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli