KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketika Chris Kanter menjabat Direktur Utama Indosat Ooredoo, langsung mendapat sambutan hangat dari Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. "Feeling saya, Indosat Ooredoo sedang mempersiapkan sesuatu. Indosat Ooredoo is cooking something,” ujarnya. Banyak yang brtanya-tanya apa yang dimaksud Chief RA- panggilan Rudiantara dengan cooking something. Akhirnya cooking something itu sedikit terkuak. Pada Farewell & Welcoming Indosat Ooredoo, Kamis (18/10) Kanter menargetkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun depan sekitar US$ 2 miliar atau Rp 30,4 triliun. Nah, untuk apa duit belanja itu? Menurut Kanter, dana tersebut tidak menutup kemungkinan akan digunakan untuk mengakuisisi perusahaan operator telekomunikasi. “Rencananya sudah ada sejak dua tahun lalu, tapi untuk perusahaan apa dan kapan akan direalisasikan itu belum tahu yang pasti saat ini kita akan fokus ke perluasan jaringan dulu,' ujarnya. Ini klop dengan keinginan Chief RA yang menginginkan terjadi konsolidasi. Kalau emak-emak dapat duit belanja dari suami, lalu darimana Indosat Ooredoo mendapat duit belanja, apakah dari sang emak, Ooredoo? Sebelum sampai ke sumber pendanaan Victoria Venny, analis saham MNC Securities menyebutkan, idealnya capex emiten telekomunikasi berkisar 20%-25% dari revenue perusahaan. "Jika pendapatan Rp 30 triliun, wajar jika capex Indosat di Rp 6 triliun- Rp 7,5 triliun. Jika mereka merencanakan capex sebesar Rp 30 triliun itu akan sulit terealisasi, terlebih sumber pendanaan relatif terbatas," dalam pernyataan tertulis akhir pekan lalu. . Berdasarkan kinerja keuangan Indosat semester I-2018, total debt to equity ratio (DER) sudah mencapai 2.6 kali. Artinya, ruang untuk pendanaan melalui uutang relatif terbatas. Sedangkan net DER di level 1,4-1,5 kali, jauh lebih tinggi dibandingkan kompetitor seperti XL Axiata dan Telkom Indonesia, yang berada di kisaran 0.5-0.6 kali. "Jika Indosat mencari dana capex melalui hutang, itu sangat berat. Paling besar ia hanya bisa mendapatkan Rp 3 triliun lagi. Ini disebabkan EBITDA Indosat tidak mendukung. Sehingga berat untuk mencari capex dari utang. Posisi free cash flow juga tidak mendukung. Apa lagi saat ini untuk menerbitkan obligasi sangat sulit," terang Venny.
Menakar duit belanja Indosat Ooredoo untuk cooking something
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketika Chris Kanter menjabat Direktur Utama Indosat Ooredoo, langsung mendapat sambutan hangat dari Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. "Feeling saya, Indosat Ooredoo sedang mempersiapkan sesuatu. Indosat Ooredoo is cooking something,” ujarnya. Banyak yang brtanya-tanya apa yang dimaksud Chief RA- panggilan Rudiantara dengan cooking something. Akhirnya cooking something itu sedikit terkuak. Pada Farewell & Welcoming Indosat Ooredoo, Kamis (18/10) Kanter menargetkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun depan sekitar US$ 2 miliar atau Rp 30,4 triliun. Nah, untuk apa duit belanja itu? Menurut Kanter, dana tersebut tidak menutup kemungkinan akan digunakan untuk mengakuisisi perusahaan operator telekomunikasi. “Rencananya sudah ada sejak dua tahun lalu, tapi untuk perusahaan apa dan kapan akan direalisasikan itu belum tahu yang pasti saat ini kita akan fokus ke perluasan jaringan dulu,' ujarnya. Ini klop dengan keinginan Chief RA yang menginginkan terjadi konsolidasi. Kalau emak-emak dapat duit belanja dari suami, lalu darimana Indosat Ooredoo mendapat duit belanja, apakah dari sang emak, Ooredoo? Sebelum sampai ke sumber pendanaan Victoria Venny, analis saham MNC Securities menyebutkan, idealnya capex emiten telekomunikasi berkisar 20%-25% dari revenue perusahaan. "Jika pendapatan Rp 30 triliun, wajar jika capex Indosat di Rp 6 triliun- Rp 7,5 triliun. Jika mereka merencanakan capex sebesar Rp 30 triliun itu akan sulit terealisasi, terlebih sumber pendanaan relatif terbatas," dalam pernyataan tertulis akhir pekan lalu. . Berdasarkan kinerja keuangan Indosat semester I-2018, total debt to equity ratio (DER) sudah mencapai 2.6 kali. Artinya, ruang untuk pendanaan melalui uutang relatif terbatas. Sedangkan net DER di level 1,4-1,5 kali, jauh lebih tinggi dibandingkan kompetitor seperti XL Axiata dan Telkom Indonesia, yang berada di kisaran 0.5-0.6 kali. "Jika Indosat mencari dana capex melalui hutang, itu sangat berat. Paling besar ia hanya bisa mendapatkan Rp 3 triliun lagi. Ini disebabkan EBITDA Indosat tidak mendukung. Sehingga berat untuk mencari capex dari utang. Posisi free cash flow juga tidak mendukung. Apa lagi saat ini untuk menerbitkan obligasi sangat sulit," terang Venny.