Jakarta. Seiring perkembangan teknologi, bisnis sektor telekomunikasi pun bergerak dinamis. Belum lama, pemerintah mengeluarkan dua keputusan yang membuka jalan bagi PT XL Axiata Tbk (EXCL) untuk merealisasikan rencana lama, yakni mengakuisisi PT Axis Telekom Indonesia. Keputusan pertama adalah kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menata kanal third generation technology (3G). Kedua, keputusan pemerintah memenangkan XL dalam lelang kanal 3G tambahan.Alhasil, XL dan Axis akan menempati lima kanal yang berdampingan. Dus, wajar XL berniat mengakuisisi Axis. Memang, XL belum mau blakblakan soal rencana akuisisi itu. Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi cuma menjawab diplomatis bahwa XL membuka kemungkinan untuk berkolaborasi dengan mitra kerja mana pun. “Mitra kerja yang dapat memberikan value terhadap bisnis dan relevan bagi para pelanggan kami tentunya,” kilah Hasnul.Namun, Kemkominfo mengakui ada pembicaraan soal rencana tersebut. “Secara informal, memang ada omongan. Namun, resminya sendiri belum. Itu yang masih kami tunggu,” ungkap Gatot Sulistiantoro, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemkominfo.Analis menanggapi positif rencana akuisisi atau merger tersebut. Namun, investor perlu mencermati skema akuisisi ini. Poin yang terpenting, transaksi itu jangan sampai mengganggu posisi keuangan XL. Maklum, posisi keuangan XL saat ini sedang tidak bagus. “Untuk EXCL, (akuisisi Axis) menguntungkan kalau dananya dari penerbitan saham baru (rights issue), obligasi berbunga murah, atau induk usaha masing-masing perusahaan tukar guling saham,” ujar David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital.Sekadar mengingatkan, pada kuartal I–2013, pendapatan EXCL cuma tumbuh 2% dari kuartal I–2012 menjadi Rp 5,02 triliun. Tapi, akibat lonjakan beban interkoneksi dan beban langsung lainnya, laba bersih EXCL terpangkas 52,72% menjadi Rp 315,51 miliar.Kabar yang beredar, kemungkinan transaksi akan terjadi antara Axiata Group, induk perusahaan XL Axiata yang berpusat di Malaysia, dengan Saudi Telecom Company (STC), yang notabene pemilik Axis. Jika skema ini yang terjadi, maka tak ada masalah dengan posisi keuangan XL.Berdasarkan laporan keuangan STC per 31 Maret 2013, Axis memiliki aset senilai SR 3,779 miliar, setara dengan sekitar US$ 1,033 miliar (1 Saudi Riyal = US$ 0,26666).Mendominasi kanal 3GLantas, seperti apa bila rencana merger dan akuisisi tersebut terealisasi? Yang jelas, penggabungan dua operator seluler itu bakal mengubah peta bisnis telekomunikasi.Hingga akhir Maret 2013, XL mempunyai 49,1 juta pelanggan. Itu berarti, meningkat 3,3 juta pelanggan dari posisi akhir tahun lalu. Dari jumlah itu, sekitar 29,1 juta atau nyaris 60% di antaranya merupakan pelanggan layanan data. Sementara, Axis memiliki 17 juta lebih pelanggan per akhir 2012. Jika digabung, XL dan Axis mempunyai lebih dari 66 juta pelanggan.Sebagai pembanding, PT Indosat Tbk (ISAT) tercatat memiliki 55,9 juta pelanggan. Adapun, Telkomsel masih menjadi pemimpin pasar dengan 125 juta pelanggan. Di luar jumlah pelanggan, sebetulnya yang lebih penting disimak adalah peta persaingan di bisnis data berbasis 3G.Saat ini ada lima operator GSM yang mendapat izin menempati 12 kanal 3G di frekuensi 2,1 gigahertz (Ghz). PT Hutchison CP Telecommunications (Tri) mendapat blok 1 dan 2 (sebelumnya, 1 dan 6). PT Telkomsel di kanal 2, 4, dan 5 (sebelumnya, 4, 5, dan 11).Lantas, ISAT mengisi blok 6 dan 7 (sebelumnya 7 dan 8). XL berhak atas kanal 8, 9, dan 10 (sebelumnya 9, 10, dan 12). Terakhir, PT Axis Telekom Indonesia menghuni blok 11 dan 12 (sebelumnya di 2 dan 3).Jika XL dan Axis jadi bergabung, keduanya bakal menguasai lima kanal yang berdampingan, yakni 8, 9, 10, 11, dan 12. Artinya, di atas kertas, kecepatan data dan kualitas layanan mereka bakal lebih bagus ketimbang sebelumnya.Menurut Alliance Research dalam risetnya soal Axiata Group, akuisisi Axis lebih karena alasan penguasaan kanal 3G. Dengan kanal 3G yang lebih banyak, diperlukan BTS yang lebih sedikit saat menggelar jangkauan jaringan 3G, khususnya di daerah berpenduduk padat. Langkah ini akan membantu mengurangi pengeluaran belanja modal XL secara signifikan.Di sisi bisnis, penguasaan terhadap lima blok 3G membuat peluang pertumbuhan kinerja XL yang lebih tinggi di masa depan. Jangan lupa, kanal frekuensi bukan sesuatu yang bisa ditambah sesuka hati, seperti menara base transfer station (BTS).Sampai saat ini, penghasilan utama EXCL masih disumbang oleh pendapatan suara, yakni mencapai Rp 1,814 triliun, atau 36,12% dari total pendapatan. Sementara, kontribusi dari sektor data dan layanan nilai tambah atawa value added services (VAS) hanya sekitar 19,65% dari total pendapatan yang sebesar Rp 5,012 triliun.Namun, ke depan, layanan data diyakini akan menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan telekomunikasi seluler. Indikasinya sederhana saja. Aplikasi semacam Whatsapp, KakaoTalk, atau Line berangsur-angsur mulai diminati pengguna ponsel cerdas.Pengguna aplikasi pihak ketiga semacam ini cenderung meminggirkan SMS dan panggilan telepon biasa untuk berhubungan dengan pengguna yang lain. Di Indonesia, fenomena ini belum bisa secara signifikan menggusur layanan SMS dan panggilan telepon konvensional. Salah satunya karena kualitas dan jangkauan layanan data yang tidak merata.Nah, saat harus menampung pertumbuhan pengguna layanan data di masa depan, kepemilikan atas lima kanal 3G akan sangat terasa manfaatnya. Ibarat jalan tol, semakin banyak ruas yang dimiliki, kian besar pula kemampuannya menampung arus kendaraan.Khusus untuk tahun ini, David menilai, harga saham EXCL masih berpotensi naik. Sebab, mulai September nanti, XL mulai menggunakan kanal yang baru mereka menangkan. Artinya, meski belum maksimal, XL punya kesempatan menggenjot pendapatan layanan data di tiga bulan terakhir 2012.Dus, David merekomendasikan beli saham EXCL dengan target harga 2013 pada Rp 6.700 per saham. Sementara, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada merekomendasikan tahan dengan target Rp 5.300 per saham. Rabu (12/6), saham EXCL dihargai Rp 4.400.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 38 - XVII, 2013 SahamCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menakar efek rencana Axiata membeli Axis
Jakarta. Seiring perkembangan teknologi, bisnis sektor telekomunikasi pun bergerak dinamis. Belum lama, pemerintah mengeluarkan dua keputusan yang membuka jalan bagi PT XL Axiata Tbk (EXCL) untuk merealisasikan rencana lama, yakni mengakuisisi PT Axis Telekom Indonesia. Keputusan pertama adalah kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menata kanal third generation technology (3G). Kedua, keputusan pemerintah memenangkan XL dalam lelang kanal 3G tambahan.Alhasil, XL dan Axis akan menempati lima kanal yang berdampingan. Dus, wajar XL berniat mengakuisisi Axis. Memang, XL belum mau blakblakan soal rencana akuisisi itu. Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi cuma menjawab diplomatis bahwa XL membuka kemungkinan untuk berkolaborasi dengan mitra kerja mana pun. “Mitra kerja yang dapat memberikan value terhadap bisnis dan relevan bagi para pelanggan kami tentunya,” kilah Hasnul.Namun, Kemkominfo mengakui ada pembicaraan soal rencana tersebut. “Secara informal, memang ada omongan. Namun, resminya sendiri belum. Itu yang masih kami tunggu,” ungkap Gatot Sulistiantoro, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemkominfo.Analis menanggapi positif rencana akuisisi atau merger tersebut. Namun, investor perlu mencermati skema akuisisi ini. Poin yang terpenting, transaksi itu jangan sampai mengganggu posisi keuangan XL. Maklum, posisi keuangan XL saat ini sedang tidak bagus. “Untuk EXCL, (akuisisi Axis) menguntungkan kalau dananya dari penerbitan saham baru (rights issue), obligasi berbunga murah, atau induk usaha masing-masing perusahaan tukar guling saham,” ujar David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital.Sekadar mengingatkan, pada kuartal I–2013, pendapatan EXCL cuma tumbuh 2% dari kuartal I–2012 menjadi Rp 5,02 triliun. Tapi, akibat lonjakan beban interkoneksi dan beban langsung lainnya, laba bersih EXCL terpangkas 52,72% menjadi Rp 315,51 miliar.Kabar yang beredar, kemungkinan transaksi akan terjadi antara Axiata Group, induk perusahaan XL Axiata yang berpusat di Malaysia, dengan Saudi Telecom Company (STC), yang notabene pemilik Axis. Jika skema ini yang terjadi, maka tak ada masalah dengan posisi keuangan XL.Berdasarkan laporan keuangan STC per 31 Maret 2013, Axis memiliki aset senilai SR 3,779 miliar, setara dengan sekitar US$ 1,033 miliar (1 Saudi Riyal = US$ 0,26666).Mendominasi kanal 3GLantas, seperti apa bila rencana merger dan akuisisi tersebut terealisasi? Yang jelas, penggabungan dua operator seluler itu bakal mengubah peta bisnis telekomunikasi.Hingga akhir Maret 2013, XL mempunyai 49,1 juta pelanggan. Itu berarti, meningkat 3,3 juta pelanggan dari posisi akhir tahun lalu. Dari jumlah itu, sekitar 29,1 juta atau nyaris 60% di antaranya merupakan pelanggan layanan data. Sementara, Axis memiliki 17 juta lebih pelanggan per akhir 2012. Jika digabung, XL dan Axis mempunyai lebih dari 66 juta pelanggan.Sebagai pembanding, PT Indosat Tbk (ISAT) tercatat memiliki 55,9 juta pelanggan. Adapun, Telkomsel masih menjadi pemimpin pasar dengan 125 juta pelanggan. Di luar jumlah pelanggan, sebetulnya yang lebih penting disimak adalah peta persaingan di bisnis data berbasis 3G.Saat ini ada lima operator GSM yang mendapat izin menempati 12 kanal 3G di frekuensi 2,1 gigahertz (Ghz). PT Hutchison CP Telecommunications (Tri) mendapat blok 1 dan 2 (sebelumnya, 1 dan 6). PT Telkomsel di kanal 2, 4, dan 5 (sebelumnya, 4, 5, dan 11).Lantas, ISAT mengisi blok 6 dan 7 (sebelumnya 7 dan 8). XL berhak atas kanal 8, 9, dan 10 (sebelumnya 9, 10, dan 12). Terakhir, PT Axis Telekom Indonesia menghuni blok 11 dan 12 (sebelumnya di 2 dan 3).Jika XL dan Axis jadi bergabung, keduanya bakal menguasai lima kanal yang berdampingan, yakni 8, 9, 10, 11, dan 12. Artinya, di atas kertas, kecepatan data dan kualitas layanan mereka bakal lebih bagus ketimbang sebelumnya.Menurut Alliance Research dalam risetnya soal Axiata Group, akuisisi Axis lebih karena alasan penguasaan kanal 3G. Dengan kanal 3G yang lebih banyak, diperlukan BTS yang lebih sedikit saat menggelar jangkauan jaringan 3G, khususnya di daerah berpenduduk padat. Langkah ini akan membantu mengurangi pengeluaran belanja modal XL secara signifikan.Di sisi bisnis, penguasaan terhadap lima blok 3G membuat peluang pertumbuhan kinerja XL yang lebih tinggi di masa depan. Jangan lupa, kanal frekuensi bukan sesuatu yang bisa ditambah sesuka hati, seperti menara base transfer station (BTS).Sampai saat ini, penghasilan utama EXCL masih disumbang oleh pendapatan suara, yakni mencapai Rp 1,814 triliun, atau 36,12% dari total pendapatan. Sementara, kontribusi dari sektor data dan layanan nilai tambah atawa value added services (VAS) hanya sekitar 19,65% dari total pendapatan yang sebesar Rp 5,012 triliun.Namun, ke depan, layanan data diyakini akan menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan telekomunikasi seluler. Indikasinya sederhana saja. Aplikasi semacam Whatsapp, KakaoTalk, atau Line berangsur-angsur mulai diminati pengguna ponsel cerdas.Pengguna aplikasi pihak ketiga semacam ini cenderung meminggirkan SMS dan panggilan telepon biasa untuk berhubungan dengan pengguna yang lain. Di Indonesia, fenomena ini belum bisa secara signifikan menggusur layanan SMS dan panggilan telepon konvensional. Salah satunya karena kualitas dan jangkauan layanan data yang tidak merata.Nah, saat harus menampung pertumbuhan pengguna layanan data di masa depan, kepemilikan atas lima kanal 3G akan sangat terasa manfaatnya. Ibarat jalan tol, semakin banyak ruas yang dimiliki, kian besar pula kemampuannya menampung arus kendaraan.Khusus untuk tahun ini, David menilai, harga saham EXCL masih berpotensi naik. Sebab, mulai September nanti, XL mulai menggunakan kanal yang baru mereka menangkan. Artinya, meski belum maksimal, XL punya kesempatan menggenjot pendapatan layanan data di tiga bulan terakhir 2012.Dus, David merekomendasikan beli saham EXCL dengan target harga 2013 pada Rp 6.700 per saham. Sementara, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada merekomendasikan tahan dengan target Rp 5.300 per saham. Rabu (12/6), saham EXCL dihargai Rp 4.400.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 38 - XVII, 2013 SahamCek Berita dan Artikel yang lain di Google News