Menakar harga emas di balik fakta dan data



JAKARTA. Meski akhir pekan lalu harga emas melorot, tetapi pada dasarnya harga emas terus reli dalam sepekan terakhir. Harga emas mencatat kenaikan terbaik sejak September 2012, dimana kenaikan harga emas bulan Agustus mencapai 5,9%.

Catatan saja, sampai saat ini, emas menjadi menyandang aset paling aman, alias safe haven. Karena, harga emas dipengaruhi sentimen-sentimen global seperti perang yang beberapa waktu lalu mulai didengung-dengungkan Amerika Serikat (AS).

Lukman Leong, Chief Analyst Platon Niaga Berjangka, menuturkan, fluktuasi harga emas pekan lalu itu digerakkan oleh sentimen Suriah. Harga emas reli lantaran ada kabar Amerika Serikat (AS) bakal melakukan agresi militer ke Suriah.


Tapi, koreksi harga emas akhir pekan lalu dipicu pernyataan parlemen Inggris selaku sekutu AS yang enggan ikut serta dalam agresi. "Jadi, untuk jangka pendek khususnya sepekan mendatang, harga emas masih sangat tergantung faktor Suriah," imbuh Lukman, akhir pekan lalu.

Tapi, lanjut Lukman, perlu diingat, pekan ini adalah pekan kehadiran rilis data ekonomi AS. Data yang paling penting adalah, data non-farm payroll dan data pengangguran AS pada Jumat mendatang.

Kedua data itu menjadi faktor fundamental atas rencana pembatasan stimulus The Fed, yang akan berujung pada fluktuasi harga emas.

Kendati demikian, secara teknikal, kTa Lukman, harga emas ada dalam tren bullish, meski pada dasarnya harga emas sudah berada dalam area overbought.

Lukman memprediksi, emas memiliki support pada level US$1.395 dan US$1.350 dengan resistance pada US$1.450. Emas mungkin berpeluang mencoba mendekati level resistance penting di sekitar US$1.500.

"Harga emas mungkin masih menguat apabila AS akan menyerang Suriah dalam waktu dekat ini. Tapi, kami melihat peluang melakukan sell on rally di saat rudal pertama diluncurkan ke Suriah," jelas Lukman.

Untuk jangka menengah, sisi atas harga emas bergerak terbatas. Lukman memperkirakan, harga emas bisa terkoreksi ke level US$1.300, apabila tidak ada sesuatu yang mengejutkan dari Federal Open Market Committee (FOMC) pada September ini.

Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures punya penjelasan senada. Fluktuasi emas untuk jangka pendek masih dipengaruhi sentimen Suriah dan pekan rilis data AS. "Senin bursa AS libur, Selasa ada rilis data manufaktur, Rabu rilis neraca perdagangan AS, Kamis rilis data sektor jasa. Sementara Jumat adalah rilis data yang paling penting, yaitu non-farm payroll dan data pengangguran AS," tutur Ariston.

Nah, hari Jumat inilah yang menentukan harga emas untuk jangka pendek. Jika hasil rilisnya bagus, maka investor akan berani mengambil risiko tinggi dengan masuk ke bursa maupun pasar uang. Artinya, jika datanya bagus maka harga emas akan tertekan.

Tapi, pada dasarnya, sentimen dan harga emas selalu bergejolak. Andai kebijakan tapering The Fed dieksekusi, itu hanya sekadar pembatasan. "Jadi, untuk jangka panjang emas masih wait and see sembari memantau seberapa besar dampak tapering The Fed," pungkas Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri