KONTAN.CO.ID - SORONG. Pemerintah terus menambah jumlah penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Tahun depan program ini terus diperluas, targetnya akan bertambah hingga menjadi 583 penyalur. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan, program BBM Satu harga ini dapat menurunkan tingkat inflasi di daerah. “Inflasi daerah harus turun dong, nah itu kami minta nanti monitor sesudah program ini berjalan,” jelasnya ditemui usai peresmian 26 penyalur BBM Satu Harga di Sorong, Jumat (24/11).
Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Harga Batubara Hingga Minyak Kelapa Sawit Terkontraksi Cukup Dalam Pasalnya, dalam pemaparan Arifin Januari 2023 lalu, harga BBM jenis Solar ada yang mencapai Rp 100 per liter di Papua, atau di Nunukan, Kalimantan Utara ada yang mencapai Rp 40.000 per liter. Tentu ini menjadi beban berat bagi masyarakat daerah mengakses energi yang terjangkau. Melalui program ini, harga BBM Subsidi Solar dan Pertalite di penyalur dipatok sama seperti layaknya di Jakarta atau daerah lain. Perinciannya, solar subsidi senilai Rp 6.800 per liter dan Pertalite Rp 10.000 per liter. Meski demikian, hingga kini belum ada hitungan secara pasti dampak penyaluran BBM Satu Harga pada terkendalinya inflasi di daerah.
Arifin memastikan, stok perencanaan BBM subsidi ke wilayah 3T sudah diamankan karena pihaknya telah mengidentifikasi alokasi dan permintaannya. Hanya saja, dia menyoroti kondisi infrastruktur energi pendukung yang perlu diperkuat demi memuluskan program ini ke depannya. Perihal biaya distribusi penyalurannya, Arifin mengungkapkan, selama ini sudah ditanggung oleh PT Pertamina sebagai bentuk pengabdian pada negara. Ketika dikonfirmasi, Sekretaris Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menjelaskan, biaya logistik merupakan tanggung jawab Pertamina untuk menyelesaikan program BBM Satu Harga ini. Meski tidak mau merinci besaran logistik yang ditanggung serta dampaknya bagi keuangan perusahaan, dia menegaskan, Pertamina Patra Niaga berkomitmen menuntaskan target program ini di mana pada tahun depan bertambah menjadi 573 penyalur.
Baca Juga: Realisasi Penyaluran BBM Satu Harga Telah Mencapai 1,2 juta KL “BBM Satu harga ini adalah amanat dari pemerintah, ini kita apresiasi juga telah diberikan kesempatan mengambil bagian mewujudkan energi yang berkeadilan bagi masyarakat,” ujarnya ditemui dalam kesempatan yang sama. Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan menyatakan, program BBM Satu Harga telah dimulai sejak 2017. Secara volume, sejak 2017 hingga sekarang Pertamina telah menyalurkan 1,2 juta Kilo Liter (KL) BBM Satu Harga. Adapun sampai dengan Oktober 2023, pihaknya telah menyalurkan sekitar 449.000 KL untuk program ini. Dalam pendistribusiannya, BBM disalurkan melalui transportasi multimoda sehingga tidak hanya dibawa dengan jalur darat, tetapi juga melalui laut dan udara. Pertamina secara khusus bekerja sama mengupayakan efisiensi dengan menyiapkan jalan dan dermaga (jetty) sehingga proses penyaluran bisa berjalan lancar dan cepat. "Besar harapan kami dukungan pemerintah kepada seluruh masyarakat memberikan manfaat," jelasnya. Pada Jumat (24/11) lalu, pemerintah meresmikan 51 titik lembaga penyalur BBM Satu Harga yang merupakan peresmian tahap kedua di tahun ini. Adapun peresmian dilaksanakan pada 4 lokasi yaitu di TBBM Sorong (26 penyalur), TBBM Krueng Raya Aceh (9 penyalur), SPBU 5685806 Kabupaten Alor (11 penyalur) dan SPBU 66735002 Kabupaten Kapuas (5 penyalur). Sehingga realisasi penyalur BBM Satu Harga tahun ini telah terbangun 80 penyalur.
Baca Juga: Kemenkeu Telah Bayar Subsidi & Kompensasi Energi Rp 232,8 Triliun Hingga Oktober 2023 Di Provinsi Papua Barat Daya sendiri, lokasi Pembangunan Penyalur Program BBM Satu Harga Periode 2017-2024 sebanyak 37 Lokasi. Adapun jumlah penyalur BBM Satu Harga yang sudah terbangun di Provinsi Papua Barat Daya sampai dengan saat ini adalah 33 Penyalur BBM Satu Harga. Di tahun depan, seiring dengan semakin bertambahnya penyalur BBM Satu Harga, Kepala BPH Migas, Erika Retnowati mengungkapkan, nilai dan volume subsidi akan bertambah.
Selain mengidentifikasi alokasi BBM Subsidi dari program ini, pihaknya juga melihat tren konsumsi Solar di tahun depan akan naik signifikan. “Secara rupiah belum bisa kami pastikan (kenaikan nilai subsidi energi), tetapi secara volume akan naik signifikan. Di tahun ini kami alokasikan 17 juta KL Subsidi Solar dan di tahun depan akan menjadi 19 juta KL,” jelasnya. Erika menyatakan, kebutuhan Solar Subsidi akan meningkat signifikan di tahun depan karena didorong terkereknya pertumbuhan ekonomi. Sehingga aktivitas masyarakat semakin ramai. Meski kuota dinaikkan, BPH Migas meminta agar volume tersebut jangan sampai habis. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi