JAKARTA. Anak usaha PT United Tractors Tbk (
UNTR), PT Pamapersada Nusantara (PAMA), mengakuisisi perusahaan tambang emas PT Sumbawa Jutaraya. Sekretaris Perusahaan
UNTR Sara K Loebis dalam pernyataan resminya beberapa lalu mengatakan, PAMA telah mengakuisisi 75,5% saham PT Sumbawa dari dua pemilik saham pendahulunya, United Gold Resources Pte Ltd dan PT Sumbawa Mas Persada. Total nilai akuisisi ini US$ 2,56 juta. Analis Reliance Securities Robertus Yanuar Hardy menilai, diversifikasi bisnis merupakan upaya
UNTR menutupi kelesuan sektor pertambangan batubara. Efek akuisisi cukup positif untuk menambah pendapatan.
Namun dalam jangka pendek, efek akuisisi ini belum terasa. Sebab,
UNTR perlu menggelar eksplorasi tambang tersebut dan membutuhkan biaya cukup besar. "Sehingga belum bisa terlihat hasilnya dalam waktu dekat, bahkan bisa menambah beban pembiayaan. Tapi untuk jangka panjang positif," lanjut Robertus.
UNTR memang rajin diversifikasi bisnis. Hal itu demi mengantisipasi industri batubara yang melambat beberapa tahun terakhir. Sebelumnya,
UNTR melebarkan usaha di bidang konstruksi dengan mengakuisisi 250,5 juta saham PT Acset Indonusa Tbk (
ACST) pada Oktober 2014. Stefanus Darmagiri, Analis Danareksa Sekuritas, dalam riset 13 Maret 2015 menambahkan,
ACST telah menyumbang sekitar 2,1% terhadap total pendapatan
UNTR. Kontribusi tersebut akan terus meningkat menjadi 10% dalam lima tahun ke depan. Analis Valbury Asia Securities Budi Rustanto, dalam riset pada 2 Maret 2015 mengatakan, penurunan harga batubara yang terus berlanjut menyebabkan
UNTR melakukan penilaian kembali bisnis tambang batubara dan menentukan provisi untuk impairment pertambangan tersebut. Sepanjang tahun lalu ia mencatat
UNTR membukukan kerugian penurunan nilai properti pertambangan sekitar Rp 2,74 triliun. Tak hanya itu, kontribusi dari lini bisnis alat berat menurun menjadi 28,2%, dibandingkan dengan sebelumnya 30,7%. Sementara, kontribusi lini bisnis kontraktor pertambangan dan pertambangan masih meningkat, masing-masing 63% dan 8,8%. Kendati demikian, Budi menilai, pencapaian kinerja
UNTR masih positif. "Tahun 2014, laba bersih
UNTR meningkat 11,1% year on year menjadi Rp 5,37 triliun," tulis dia. Kenaikan kapasitas produksi pertambangan menyebabkan volume penjualan batubara meningkat. Sayang, harga jual rata-rata batubara yang lebih rendah berdampak negatif pada margin
UNTR.
Para analis menilai, tahun ini sektor alat berat akan membaik, seiring pengembangan proyek infrastruktur.
UNTR juga akan lebih banyak mengandalkan penjualan alat berat untuk konstruksi, kehutanan dan perkebunan. Manajemen
UNTR menargetkan, tahun ini pertumbuhan penjualan alat berat Komatsu sebesar 14% menjadi 4.000 unit. Stefanus memperkirakan, tahun ini pendapatan
UNTR akan turun menjadi Rp 52,92 triliun dari 2014 Rp 53,14 triliun. Namun, laba bersih
UNTR naik menjadi Rp 5,54 triliun. Stefanus merekomendasikan hold di Rp 22.200. Budi dan Robertus menyarankan, beli di Rp 25.500 dan Rp 23.000. Senin (23/3), harga saham
UNTR turun 1,05% di Rp 21.175 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa