Menakar kapasitas pabrik Semen Gresik



JAKARTA. PT Semen Gresik Tbk (SMGR) berniat menjual obligasi berdenominasi dollar AS senilai US$ 150 juta. Emiten itu akan memakai hasil penerbitan obligasi untuk mengakuisisi pabrik semen di satu negara Asia Tenggara, akhir 2012. SMGR dikabarkan berniat merambah Myanmar dan Vietnam.

Manajemen SMGR berharap akuisisi itu rampung pada tahun depan. Bagi emiten pelat merah ini, ekspansi ke negeri tetangga tentu bisa memperluas pasar ekspor sekaligus mendukung pemenuhan permintaan di pasar domestik.

Analis AM Capital, Helmi Therik, menilai ekspansi ke luar negeri ini merupakan pilihan rasional, meski kebutuhan dalam negeri masih besar. “Jadi daripada ekspor lebih baik akuisisi saja dan dijual di sana,” kata dia.


Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia 6% per tahun, permintaan semen bisa tumbuh 5%-10% setiap tahun. Helmi menghitung, SMGR harus menambah pabrik baru saban tiga tahun untuk mengerek kapasitas.

Langkah ini demi menjaga market share SMGR di atas 40%. Soal pendanaan, Helmi menilai, SMGR punya banyak alternatif. Tapi opsi global bond mungkin dipilih karena berbunga fixed dan bertenor panjang. “Rate global bond bisa lebih rendah, tapi bisa terkena risiko nilai kurs. Pinjaman bank biasanya mematok bunga variabel. Jadi concern mereka mana yang lebih murah,” tutur dia.

Penambahan kapasitas produksi SMGR pada tahun berasal dari pabrik baru di Tuban dan Tonasa. Pabrik Tuban akan menambah kapasitas produksi tahun ini sebanyak 1,3 juta ton. Pabrik itu beroperasi sejak Mei 2012 dengan tingkat utilisasi 70%. Kemudian pembangunan pabrik Tonasa hampir selesai dan ditargetkan beroperasi pada kuartal keempat tahun ini. “Kami memprediksi pabrik Tonasa memberi kontribusi 525.000 ton di 2012 dengan asumsi tingkat utilisasi 70%,” ungkap Analis Trimegah Securities, Michele Gabriela. Dus, kapasitas produksi SMGR tahun ini diperkirakan 21,8 juta ton.

Ketika pabrik baru beroperasi penuh di 2013, Michele menilai ada penambahan kapasitas produksi 3,4 juta ton, sehingga total kapasitas SMGR di 2013 mencapai 25,9 juta ton. Kemudian di tahun 2014 kapasitas produksinya akan naik lagi menjadi 27,3 juta ton per tahun.

Michele menaksir pendapatan SMGR di 2012 tumbuh 9,8% year-on-year (YoY) menjadi Rp 17,9 triliun, kemudian naik 18,2% (YoY) ke Rp 21,3 triliun pada 2013.

Analis Sucorinvest Central Gani, Gifar Indra Sakti, memperkirakan produksi SMGR tahun ini 20,7 juta ton dengan pangsa pasar 43%-44%. Adapun risiko yang mengadang SMGR adalah kenaikan biaya energi. Sekitar 50% biaya produksi habis untuk energi. Perinciannya, biaya bahan bakar 37% dan listrik 13%. “Tapi SMGR tak bisa serta merta menaikkan harga jual,” ungkap Gifar.

Dia menebak pendapatan SMGR tahun ini tumbuh 11,6%  (YoY) menjadi Rp 18,3 triliun. Adapun laba bersihnya bisa meningkat 12,8% (YoY) menjadi Rp 4,4 triliun. Gifar merekomendasikan hold SMGR. Target harganya masih direvisi. Michele dan Helmi juga menyarankan hold dengan target masing-masing Rp 13.000 per saham dan Rp 14.700 per saham. Harga saham SMGR, Rabu (24/10), ditutup naik 1,37% menjadi Rp 14.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro