Menakar kawasan khusus wisata bagi Jababeka



JAKARTA. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung telah resmi meluncur pada 23 Februari lalu. PT Kawasan Wisata Jababeka, Tbk (KIJA) melalui anak usahanya PT Banten West Java Tourism (BWJ) menargetkan bisa mendatangkan 10 investor baru.

KIJA berhasil menggandeng empat investor asing untuk menggarap proyek KEK ini. Keempat investor itu akan membangun resor, marina, theme park dan komplek olahraga, dengan total investasi Rp 90 miliar. Sebelumnya, baru ada lima investor yang telah berinvestasi di KEK Tanjung Lesung, yakni Tanjung Lesung Beach Hotel, Kalicaa Villa, Beach Club, Sailing Club dan Legon Dadap Village.

Di tahun ini, KIJA menargetkan penjualan lahan KEK 100 hektare (ha) senilai Rp 200 miliar. Para analis menilai, proyek Tanjung Lesung ini berdampak positif bagi kinerja KIJA. "Hal itu karena, banyak investor yang mau berinvestasi di lahan KIJA," ucap Analis Bahana Securities Adrian Mahendra Putra. 


Apalagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga ingin merealisasikan proyek tersebut. Bahkan, Jokowi menjanjikan jalan tol Tanjung Lesung, Serang-Panimbang rampung di  tahun 2018.  Harga jual lahan KEK berpeluang naik karena dukungan pemerintah. Saat ini harga lahan KEK Tanjung Lesung Rp 2 juta per m². Sehingga fulus KIJA bisa meningkat.  

Menurut Thendra Crisnanda, Analis BNI Securities, lokasi Tanjung Lesung di Banten menjadi daya tarik karena upah buruh masih rendah. "Upah buruh di daerah tersebut lebih rendah dibanding di Jakarta dan Bekasi," kata dia.

Tapi, Thendra dan Adrian menghitung, pendapatan proyek tersebut baru terasa penuh di jangka panjang. "Walaupun telah memiliki beberapa vila, belum signifikan menggenjot pendapatan," ujar Adrian.

Meski demikian, Thendra yakin, KEK bisa berkontribusi sekitar 6,6% dari total pendapatan tahun ini. Dengan asumsi pendapatan Rp 3,08 triliun.  

Namun, kontribusi paling besar pendapatan masih dari bisnis bisnis pembangkit listrik KIJA. Di kuartal III-2014, pendapatan pembangkit listrik ini berkontribusi 45% dari total pendapatan. 

Apalagi saat ini KIJA memiliki agenda membangun pembangkit listrik kedua di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Meski demikian, Thendra memperkirakan, kontribusi pembangkit listrik akan turun di tahun ini menjadi sekitar 38%. Ini karena, industri kawasan industri mulai pulih kembali setelah tahun lalu melambat karena Pemilu. 

Adrian memperkirakan, pada tahun ini pendapatan KIJA akan mencapai Rp 3,01 triliun naik dibandingkan target tahun lalu Rp 2,79 triliun. Sedangkan laba bersih menjadi Rp 477 miliar naik dari target 2014 Rp 442 miliar. 

Ke depan, menurut Adrian, KIJA juga meraih kontribusi pendapatan dari hasil joint venture dengan Plaza Indonesia Realty untuk membangun mega proyek di Cikarang. Untuk membangun proyek ini dibutuhkan dana investasi Rp 1 triliun dan akan groundbreaking Juni 2015.

Adrian dan Thendra merekomendasikan buy dengan hitungan harga wajarnya Rp 450 dan Rp 418. Analis Batavia Properindo Sekuritas Steven Gunawan merekomendasikan buy saat harganya  Rp 318. Pada perdagangan di bursa kemarin, harga saham KIJA ditutup naik 1,43% menjadi Rp 354 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto