Menakar kekuatan Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta



JAKARTA. Pertarungan pemilihan presiden dan wakil presiden pada 9 Juli 2014 yang akan datang tampaknya akan berlangsung seru.

Soalnya, pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) yang akan berlaga itu dinilai punya kekuatan yang hampir berimbang.

Hal itu disampaikan oleh peneliti Charta Politika Yunarto Wijaya di Jakarta, Senin (19/5). "Bila melihat hasil survei saat ini, Joko Widodo (Jokowi) memang tingkat elektabilitas masih unggul dibandingkan Prabowo sekitar 15%," ujarnya kepada KONTAN, Senin (19/5).  


Sebagaimana diketahui, kemarin ada dua pasangan capres dan cawapres yang melakukan deklarasi. Yaitu, pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan cawapres Jusuf Kalla (JK) dan pasangan capres Prabowo Subianto dan cawapres Hatta Rajasa.

Namun, Yunarto bilang, harus diakui bahwa tingkat elektabilitas Prabowo terus naik pasca pemilihan umum legislatif April lalu. Sementara tingkat elektabilitas Jokowi cenderung stagnan.

Nah masih ada waktu sekitar satu setengah bulan lagi bagi kedua pasangan capres dan cawapres untuk meraih simpati publik dan meningkatkan elektabilitas masing-masing.

Yunarto menilai, kekuatan pasangan kedua capres dan cawapres ini terbilang sama-sama mumpuni. Jokowi yang didampingi JK dinilai pasangan ideal dan saling melengkapi.

Sebab selama ini, Jokowi cenderung dipandang kurang berpengalaman dalam mengelola pemerintahan. JK dianggap bisa menutupi kelemahan Jokowi. Sebab, JK bisa bermanuver dan memiliki pengalaman dalam menghadapi parlemen yang selama ini dinilai tidak dimiliki Jokowi.

JK juga memiliki pengalaman dan jaringan luas dalam bidang ekonomi dan hubungan luar negeri dan pernah menjadi wakil presiden.

Sementara itu, lanjut Yunarto, Prabowo juga dinilai lemah dalam bidang administrasi. Nah kelemahan itu bisa diimbangi Hatta yang sudah empat kali menjadi menteri dan memiliki kemampuan dalam mengelola administrasi negara.

Pribadi Prabowo yang dinilai cenderung anti asing dan meledak-ledak juga bisa ditutupi Hatta yang dinilai lebih cenderung moderat.

Kalau dilihat, kekuatan kedua capres dan cawapres ini cukup berimbang dan kemenangan salah satu pihak sangat ditentukan oleh mobilitas partai pendukung kedua capres.

Maka dalam waktu satu setengah bulan terakhir ini, merupakan arena bagi kedua capres dan tim pendukungnya untuk jual gagasan dan meyakinkan rakyat pemilih. Kekuatan tim pendukung masing-masing capres dan cawapres sangat menentukan pemenang pilpres yang akan datang.

Selain itu, menurut Yunarto, politik transaksional dan kampanye hitam atau kampanye negatif juga turut mempengaruhi kemenangan. Soalnya kampanye seperti ini menjadi sesuatu yang lumrah dalam negara demokrasi.

Jadi bila saat ini Jokowi memang masih di atas angin, tapi satu setengah bulan ke depan, penentu kemenangan adalah mobilitas, adu gagasan, manuver, kampanye termasuk kampanye negatif dan politik transaksional yang menjadi penentunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri