Menakar laba dari ekspansi Ramayana



JAKARTA. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk terus berekspansi. Emiten berkode saham RALS ini kembali membuka lima gerai baru di tahun ini. Ramayana menggelontorkan investasi Rp 250 miliar untuk menambah lima gerai baru di semester kedua 2012. Jika rencana itu berjalan lancar, maka total gerai Ramayana hingga akhir tahun ini mencapai 112 gerai di Indonesia.

Perseroan merencanakan membuka dua gerai di wilayah Bogor, yaitu Parung dan Cibinong. Satu gerai lagi dibuka di Sorong Papua. Adapun dua gerai lainnya bakal dibuka di Cibadak Sukabumi dan Klender Jakarta Timur.

Dari lima gerai, baru gerai di Parung yang sudah mulai beroperasi pada Juli 2012. Untuk gerai di Sorong dijadwalkan melayani konsumen pada Oktober 2012 dan tiga gerai lainnya bakal beroperasi pada akhir tahun ini.


Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Andy Ferdinand menilai prospek RALS semakin menarik dengan terus menambah gerai baru. “Berarti sales bisa meningkat,” kata dia. Apalagi ekspansi itu bukan hanya di Jawa, juga di luar Jawa.

Daya beli masyarakat yang semakin kuat menjadi penopang utama kinerja Ramayana. Di saat yang sama, produk domestik bruto (PDB) Indonesia terus menanjak dan inflasi juga terkendali.

Meski demikian, Ramayana perlu merancang dengan seksama lokasi gerai baru. Berbeda dengan peritel yang menyasar masyarakat menengah ke atas, konsumen akan mencari gerai itu di mana pun lokasinya. Sedangkan RALS yang menyasar kelas menengah ke bawah, justru berlaku sebaliknya.

“Lokasi harus strategis sebab toko yang dibuka belum pasti bisa mendatangkan untung,” ungkap Andy. Belum lama ini manajemen Ramayana harus menutup dua gerai, yakni di Cinere Jakarta dan Pasar Johar Semarang.

Analis Danareksa Sekuritas, Anindya Saraswati, mengatakan, pulau Jawa menjadi penyumbang terbesar penjualan Ramayana. Di kuartal I 2012, gerai di Jakarta menyumbang 30% total pendapatan RALS, sementara pulau Jawa (di luar Jakarta) menyumbang 44% dan luar Jawa berkontribusi sebesar 26%.

Selain daya beli, emiten seperti RALS mengandalkan penjualan musiman, seperti momentum lebaran lalu. Analis Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, menulis dalam risetnya, penjualan pada Juli lalu naik karena menjelang Idul Fitri. Penjualan kotor (gross sales) di bulan itu naik 35,4% month-on-month (MoM) menjadi Rp 899 miliar. Pencapaian ini juga 7,1% di atas target senilai Rp 840 miliar.

Kendati data penjualan Ramayana per Agustus tahun ini belum dirilis, Adrian memperkirakan penjualan di bulan itu melonjak 92% MoM menjadi Rp 1,73 triliun.

Anindya merekomendasikan buy untuk saham RALS dengan target Rp 1.400 per saham, yang mencerminkan price-to-earning ratio (PER) 21,4 kali. Adrian pun menyarankan buy dengan target harga Rp 1.250 per saham.

Andy juga berpendapat RALS menarik untuk dikoleksi. “Secara historikal, dividend pay out ratio emiten ini sekitar 50% - 60%,” ungkap dia. Andy merekomendasikan buy dengan target Rp 1.300 per saham. Harga saham RALS, Kamis (27/9), tidak beranjak dari Rp 1.020 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro