Menakar Nasib Rupiah di Tengah Memburuknya Ekonomi AS



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perekonomian Amerika Serikat (AS) mulai mengalami perlambatan, namun kondisi inflasi sudah menurun. Hal ini menandakan waktunya The Fed turunkan suku bunga acuannya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan, melihat indikator ekonomi AS terkini, sebagian besar menunjukkan bahwa ekonomi AS sudah dalam tren melemah, dengan data-data pasar tenaga kerja yang longgar dan sektor riil terutama sektor jasa yang sebelumnya cenderung resilient sekarang sudah menunjukkan kontraksi.

“Kondisi ini meningkatkan probabilitas pemotongan suku bunga The Fed di September 2024,” tutur Josua kepada Kontan, Kamis (4/7).


Baca Juga: Rupiah Berpotensi Kembali Menguat di Perdagangan Jumat (5/7)

Ia memperkirakan, akhir tahun nilai tukar rupiah berpotensi menguat ke arah Rp 15.900 hingga Rp 16.200 per dollar AS, jika pemotongan suku bunga kebijakan oleh The Fed benar-benar dilakukan sesuai perkiraan.

Meski  begitu, Ia melihat ketidakpastian terkait kondisi politik di Eropa dan AS saat ini cenderung meningkat. Ketidakpastian politik Eropa datang dari pemilu legislatif Perancis ronde pertama yang dimenangkan oleh parta far-right.

Sementara ketidakpastian politik AS muncul setelah debat presiden perdana yang memenangkan Trump.

“Oleh karena itu, dalam jangka pendek rupiah kami lihat masih akan dalam tekanan, namun mungkin tidak sebesar tekanan pada bulan Juni lalu sehingga masih akan berada di kisaran Rp 16.200 – Rp 16.500 per dolar AS,” ungkapnya.

Baca Juga: Berotot, Rupiah Spot Menguat ke Rp 16.352 Per Dolar AS di Tengah Hari Ini (4/7)

Untuk diketahui, Nilai tukar rupiah di pasar spot masih mampu mempertahankan keunggulan hingga tengah hari ini. Kamis (4/7), rupiah spot berada di level Rp 16.352 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ini membuat rupiah menguat 0,12% dibandingkan dengan penutupan di hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.371 per dolar AS. Pergerakan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang di Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli