KONTAN.CO.ID - SEJUMLAH analis mulai ramai membicarakan potensi terjadinya window dressing pada akhir tahun 2023 ini pasca IHSG menembus level psikologis di angkat 7.000. Seperti diketahui, pada perdagangan Kamis (23/11) ini, IHSG berhasil menguat 1,41% ke level 7.004. Dan pada penutupan perdagangan Jumat (24/11) IHSG tetap bertahan di atas 7.000, di mana IHSG tepatnya ditutup pada level 7.009. Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menguatnya IHSG pada penghujung pekan lalu disokong sentimen global seperti penurunan harga minyak.
The Fed dan Pemilu
Keputusan The Fed terkait suku bunga AS dan Pemilihan Umum pada Februari 2024 mendatang di Tanah Air turut mewarnai apakah window dressing terjadi atau tidak di ujung tahun ini. Apalagi kedua momen ini kebetulan terjadi di saat yang hampir bersamaan. Namun jika ditelisik lebih dalam, keputusan The Fed menjadi penentu utama pergerakan IHSG pada akhir tahun. Jika The Fed tidak mengerek suku bunga pada akhir tahun, maka peluang terjadinya window dressing terbuka lebar. Direktur Panin Asset Manajement, Rudiyanto, mengatakan statement The Fed terkait suku bunga dinanti pasar. Menurutnya selama ini pernyataan The Fed terkait suku bunga masih suka berubah sehingga membuat pasar lebih wait and see. Namun bila The Fed memberikan sinyal yang lebih jelas kalau suku bunga tidak naik lagi, atau saat ini merupakan puncak suku bunga, maka peluang kenaikan IHSG bakal terbuka lebar. Baca Juga: IHSG Kembali Tembus Level 7.000, Peluang Window Dressing Terbuka Lebar Sementara itu, pemilu 2024 tampaknya tidak banyak memengaruhi laju IHSG, termasuk window dressing di akhir tahun ini. Apalagi, program capres dan cawapres saat ini hampir mirip-mirip terutama pasangan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud MD, yang dalam sejumlah survei berada diurutan teratas. Rudiyanto mengatakan, pada tahun lalu window dressing gagal terjadi karena sejumlah faktor. Salah satunya karena periode penguncian saham atau lock-up saham emiten teknologi GOTO tersebut berakhir pada 30 November 2022. Artinya pada awal Desember, bulannya window dressing pemilik saham GOTO sudah bisa menjual saham mereka. Karenanya pemegang saham GOTO yang mungkin rugi di luar negeri, mereka butuh uang tunai atau likuiditas, sehingga menjual saham GOTO. Akibatnya saham GOTO mengalami auto reject bawah (ARB) berhari-hari. Kondisi ini menimbulkan kepanikan dan menarik saham-saham blue chip lainnya turun. Baca Juga: Analis Rekomendasikan Sejumlah Emiten Konsumer Ini Jelang Pemilu 2024 "Jadi kalau tidak ada faktor extraordinary itu, mengacu kepada statistik setahu saya masih 90% lebih karena dari 2001 sampai dengan 2022 (window dressing) cuma gagal di 2002," ujarny Rudiyanto kepada Kontan beberapa waktu lalu. Untuk itu, Panin Asset Management memprediksi IHSG bisa menyentuh 7.200 pada akhir tahun 2023 ini.Rekomendasi Saham
Menyambut bulan window dressing di awal bulan Desember, investor harus bersiap-siap mengambil cuan. Window dressing dikenal waktu di mana manajer investasi berusaha meningkatkan kinerja portofolio sebelum tutup tahun. Tentu saja, dalam memoles kinerja sehingga tampak lebih ciamik, manajer investasi lebih banyak mengoleksi saham-saham blue chip berfudamental baik. Itulah sebabnya para analis banyak merekomendasikan saham-saham blue chip, terutama dari sektor perbankan. Baca Juga: Harga Emas Berpotensi Melambung Jelang Window Dressing Akhir Tahun Ini Analis Pilarmas Investindo Sekuritas misalnya merekomendasikan saham perbankan, telekomunikasi, konsumer primer, transportasi dan logistik jelang tutup tahun. Saham-saham yang direkomendasiakna adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).BBCA Chart by TradingView