KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 mengubah pola bekerja di seluruh dunia. Sistem kerja tradisional dengan datan ke kantor selama lima hari dan berdurasi 40 jam sepekan mulai tersisih. Pola bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) dan hybrid yang diadopsi sejak pandemi mulai menjadi pola tetap bagi beberapa perusahaan. Pola kerja ini berdampak pada bisnis ruang perkantoran di kota besar. Data Moodys Analytics menunjukkan fakta menarik di Amerika Serikat (AS) bahwa ruang kantor yang kosong di AS pada kuartal keempat tahun 2023 lalu mencapai 19,6%. Angka ini lebih tinggi ketimbang rata-rata tingkat kekosongan kantor di AS sebelum pandemi yang mencapai 16,8%. Serupa tapi tak sama, kondisi pasar ruang perkantoran di Indonesia mengalami stagnasi sejak pandemi usai, meskipun potensi pertumbuhan masih tetap terbuka lebar.
PT Intiland Development Tbk. (DILD) menyatakan tahun ini tidak akan masif melakukan ekspansi di sektor perkantoran. Direktur DILD Archied Noto Pradono menyatakan hal tersebut dikarenakan permintaan ruang kantor masih stagnan. "Belum ada rencana ekspansi perkantoran yang masif, masih stagnan
demand-nya," papar Archied kepada KONTAN, pecan lalu. Berkaca pada penerimaan pendapatan berulangdi kuartal III 2023 dari segmen perkantoran, DILD adanya kenaikan pendapatan. Segmen kantor di kuartal III 2023 memberikan kontribusi sebesar Rp 170 miliar atau naik 10% dari Rp 153,8 miliar dari kuartal III 2022. Ia mengatakan, data tersebut menunjukkan adanya permintaan yang stabil, bahkan meningkat dari penyewa. Ini menandakan, sekalipun stagnan, masih ada kepercayaan dari pengguna ruang kantor terhadap fasilitas dan layanan yang ditawarkan Intiland. "Saat ini, kami mengelola sejumlah gedung perkantoran yang tersebar di Jakarta dan Surabaya, antara lain Intiland Tower Jakarta dan Intiland Tower Surabaya, South Quarter di TB Simatupang. Lalu di Surabaya, ada Spazio dan Spazio Tower di kawasan Graha Famili, Surabaya dan Praxis di pusat kota Surabaya. Tahun ini, kami fokus meningkatkan penjualan stok unit atau inventori dari proyek existing," paparnya. DILD optimistis permintaan terhadap penyewaan atau penjualan ruang kantor akan berangsur-angsur membaik. Atas kepercayaan tersebut, DILD tahun ini meluncurkan Spazio Tower di Surabaya Barat. Peluncuran ini melengkapi kepemilikan gedung perkantoran DILD sebelumnya seperti Intiland Tower Surabaya dan Praxis yang berada di pusat kota serta Spazio dan Spazio Tower yang berlokasi di kawasan Surabaya Barat. Pada proyek Spazio Tower, DILD meluncurkan konsep
private office yang menyasar target pembeli para pengguna akhir seperti para pemilik usaha. Mengenai target dan capex, Archied masih enggan membuka informasi lebih banyak. Namun demikian, pihaknya merencanakan penggunaan capex tahun ini mayoritas akan lebih banyak digunakan untuk konstruksi landed property, pergudangan serta industrial estate. "Besaran capex kita masih berhitung, tetapi alokasinya nanti kebanyakan akan digunakan untuk kontruksi landed property, warehouse dan industrial estate tahun ini," ungkapnya. Pengembang lainnya, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan perbaikan kinerja bisnis
office leasing atau sewa perkantoran sepanjang 2023. Menurutnya, performa okupansi office towers milik CTRA mengalami peningkatan dari posisi Covid-19. Direktur CTRA Harun Hajadi menuturkan, Ciputra Development memiliki empat portofolio office towers yang tiga di antaranya berlokasi di Jakarta dan satu di Surabaya. Saat ini rata-rata okupansi office towers CTRA berada di kisaran 70% atau sudah membaik dari kondisi Covid-19. “Pada umumnya 2023 lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, karena
recovery dari Covid-19,” ungkap Harun. Meski secara garis besar kondisi bisnis
office towers sudah pulih dari kondisi Covid-19, pihaknya melihat pasar sewa perkantoran di Jakarta mengalami
over supply.
“
Over supply di perkantoran masih
over hang di market, sehingga banyak yang switching ke kantor-kantor yang lebih baru,” imbuhnya. Manajemen CTRA belum berencana melakukan ekspansi perkantoran baru untuk saat ini. Pihaknya lebih memilih fokus terhadap portofolio properti lainnya, terutama perumahan yang menjadi bisnis utama saat ini. Maklumlah, kontribusi pendapatan dari sektor ini pun terbilang sangat mini, tidak sampai 5% terhadap total pendapatan Ciputra Development. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Fahriyadi .