Menakar Potensi Saham-Saham BUMN Menjelang Musim Kampanye Pemilu & Pilpres



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) segera tiba. Momentum tersebut disinyalir bakal menjadi katalis bagi saham-saham berkategori pelat merah. Tapi investor mesti jeli mengantisipasi fluktuasi yang berpotensi terjadi.

Sepanjang pekan lalu, indeks saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bergerak di zona hijau. IDX BUMN20 mampu menguat 1,56%, naik paling tinggi dibandingkan indeks saham yang lain. Dalam periode yang sama, IDX-MES BUMN17 melejit 2,22% ketika empat indeks saham syariah lainnya kompak memerah.

Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya mengamati bobot kedua indeks saham BUMN tersebut didominasi oleh sektor keuangan dan infrastruktur. Secara historis menjelang Pemilu, sektor infrastruktur cenderung naik, setidaknya dalam dua Pemilu terakhir.


"Sejalan dengan harapan pelaku pasar bahwa pemimpin baru akan fokus pada pemerataan pembangunan yang menguntungkan sektor infrastruktur konstruksi," kata Cheril kepada Kontan.co.id, Senin (16/10).

Baca Juga: Harga Beras Semakin Mahal, Begini Saran Analis Untuk Emiten Produsen Beras

Cheril menambahkan, siapa pun kandidat di dalam Pemilu dan Pilpres, salah satu perusahaan yang secara historis diuntungkan dari aktivitas kampanye adalah emiten telekomunikasi. Penggunaan produk dan jasa telekomunikasi akan meningkat pada momentum tersebut.

Menurut Cheril, katalis penting lain yang mendorong saham BUMN adalah proyek Ibu Kota Negara (IKN). Dia melihat penguatan saham BUMN dalam beberapa waktu terakhir juga tak lepas respons pasar terhadap pengesahan perubahan UU IKN pada 3 Oktober 2023 lalu.

Ada ekspektasi terhadap komitmen dan kelanjutan proyek IKN, yang menjadi katalis penting bagi saham-saham BUMN. Terutama yang terkait dengan bisnis konstruksi, bahan baku bangunan, serta emiten jalan tol. "Katalis untuk sektor tersebut bisa berlanjut seiring pelaku pasar mencermati pengumuman Capres dan Cawapres di pekan ini," ungkap Cheril.

Meski begitu, Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengingatkan agar pelaku pasar tetap mewaspadai fluktuasi yang bisa terjadi. Apalagi, secara teknikal William melihat penguatan saham BUMN berpotensi sementara.

Baca Juga: IHSG Turun ke 6.896 Senin (16/10), TLKM, SGER, ADRO Paling Banyak Dibeli Asing

Toh, kinerja indeks saham BUMN pun tidak begitu mentereng. Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot pada Senin (16/10), IDX BUMN20 dan IDX-MES BUMN17 ikut terseret. Secara year to date, IDX BUMN20 masih menguat 2,29%. Namun IDX-MES BUMN17 ambles 9,44%.

William sepakat, Pilpres dan kelanjutan proyek IKN akan menjadi sentimen penting bagi saham-saham pelat merah. Namun, pelaku pasar perlu terlebih dulu mencerna bagaimana dinamika politik di sekitar Pemilu dan Pilpres.

"Perlu dicermati kejelasan dari sentimennya. Jangan sampai cuman rumor yang belum terbukti, karena bisa menyebabkan saham naik cepat tapi juga jatuhnya cepat. Lalu cek tren sahamnya, apakah solid dan memungkinkan untuk diikuti atau tidak," terang William.

Dia lantas mencontohkan BUMN Karya yang secara tren besar pergerakan sahamnya masih menurun dan belum mengalami pembalikan arah. Sehingga posisinya masih rawan. "Saya belum rekomendasi saham-saham BUMN Karya," imbuh William.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Selasa (17/10)

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menekankan pelaku pasar tetap mesti mencermati bagaimana prospek sektoral, kondisi fundamental serta potensi valuasi emiten plat merah. "Kalau bagus, tentu akan memberikan dorogan lebih besar tatkala Pemilu tiba," sebut Nico.

Di antara saham-saham yang terafiliasi dengan pemerintah, Nico memandang saham bank BUMN masih menjadi pilihan utama. "Perbankan buku IV masih memberikan potensi valuasi yang menarik disertai dengan kuatnya fundamental," ujarnya.

Nico menjagokan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Sementara itu, Cheril turut melirik saham BRIS dengan target harga di Rp 1.750 dan stop loss jika turun ke level Rp 1.400.

Cheril juga memilih saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan target harga di Rp 4.400 dan stop lossĀ jika tembus ke bawah Rp 3.500. Sedangkan William menyematkan rekomendasi buy untuk saham BBRI, BBNI, TLKM dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati