KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada 2017, PT Elnusa Tbk (ELSA) meraup pendapatan Rp 4,98 triliun. Jumlah ini tumbuh 37,57% dibandingkan pendapatan 2016 senilai Rp 3,62 triliun. Namun laba bersih anak usaha PT Pertamina ini menyusut 20,51%
year-on-year (yoy) menjadi Rp 247,14 miliar pada tahun lalu. Meski demikian, analis OCBC Sekuritas Indonesia, Inav Haria Chandra menilai, pencapaian laba bersih ELSA cukup positif, yakni 135% di atas estimasinya. Kinerja
bottom line ELSA didorong segmen hilir
(downstream). Pada tahun lalu, laba bersih ELSA di segmen ini tumbuh 81% (yoy) menjadi Rp 207 miliar. Angka tersebut 125% di atas estimasi OCBC.
Manajemen ELSA menyebutkan, kinerja positif ini didukung semua lini bisnis di segmen
downstream. Salah satu sentimen positif yang membuat segmen
downstream bertumbuh adalah stabilnya pertumbuhan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Dengan begitu, kegiatan di segmen
downstream seperti manajemen distribusi BBM ke SPBU bertambah. "Bertambahnya SPBU di Indonesia cukup stabil, makanya segmen
downstream bisa naik 10% setiap tahun," kata Inav. Tahun ini, Inav memproyeksikan kinerja ELSA tidak hanya ditopang segmen hilir, melainkan segmen hulu atau
upstream juga bisa sama kuat bertumbuh didukung kenaikan harga minyak. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) pada tahun ini diperkirakan di atas US$ 65 per barel. Segmen hulu Dengan kenaikan harga minyak mentah, banyak perusahaan migas di Indonesia memiliki
cash flow yang bisa digunakan untuk membiayai mengembangkan kegiatan di segmen hulu, seperti data seismik dan
drilling. "Dengan dukungan harga minyak mentah, manajemen ELSA tetap yakin segmen hulu kembali menguntungkan di akhir tahun ini," ungkap Inav. Dia mencatat, segmen hulu ELSA pada tahun lalu sempat rugi Rp 10 miliar. Yuni, analis NH Korindo Sekuritas Indonesia menyebutkan, membaiknya harga minyak bisa memacu aktivitas eksplorasi migas Indonesia. Dia memproyeksikan kegiatan hulu Pertamina akan lebih aktif seiring banyaknya blok migas di Indonesia yang kontraknya berakhir di tahun ini. Hal tersebut memungkinkan Pertamina sebagai induk perusahaan ELSA memperoleh lebih banyak kontrak untuk mengelola blok minyak dan gas. "Hal tersebut tentu berdampak positif pada ELSA sebagai anak perusahaan Pertamina untuk menikmati pertumbuhan yang fantastis pada tahun ini," kata Yuni, dalam riset 27 Februari 2018. Yuni mengharapkan banyak kontrak
drilling & oilfield services (DOS). yang berasal dari Kalimantan dan baru saja menyelesaikan transisi kontrak dari pihak asing ke Pertamina, yang bisa mendukung kinerja ELSA di masa mendatang. Secara garis besar, kinerja keuangan ELSA pada tahun ini didukung dari perolehan kontrak baru yang lebih tinggi dari perkiraan, perbaikan margin untuk bisnis hilir dan perbaikan arus kas dari harga minyak yang lebih tinggi. Bisnis ELSA bukan tanpa hambatan. Sejumlah sentimen negatif membayangi kinerja ELSA, misalnya harga minyak mentah yang secara tiba-tiba bisa menyusut. Namun, Inav optimistis dalam kondisi saat ini harga minyak mentah tidak akan menurun drastis.
Inav memproyeksikan pendapatan ELSA pada tahun ini tumbuh 7% (yoy) menjadi Rp 5,17 triliun. Adapun laba bersihnya mencapai Rp 335 miliar. Inav merekomendasikan
buy saham ELSA dengan target Rp 750 per saham. Yuni memprediksikan pendapatan ELSA di akhir tahun nanti mencapai Rp 5,73 triliun atau naik 15,2%. Adapun laba bersihnya naik mencapai Rp 444 miliar. Yuni merekomendasikan
buy dengan target Rp 625 per saham. Analis Trimegah Sekuritas, Willinoy Sitorus, juga merekomendasikan
buy ELSA dengan target Rp 560 per saham. Harga ELSA kemarin naik 3,33% menjadi Rp 496 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati